26. X

3.2K 400 24
                                    

Enjoy kuy.


"BATALKAN KASUS INI WEN!" Jisoo tiba-tiba berteriak.

Seketika mereka berempat pun terlonjak kaget. Jisoo menghentikan kasus ini bukan karena akting Rose yang buruk, tapi bukankah kasus ini sama persis seperti ayahnya?

"Kenapa memangnya?" Tanya Wendy yang masih mengelus dadanya Seulgi.

"Yak! Kau kan punya dada, kenapa mengelus punyaku?!" Ucap Seulgi sambil menghempaskan tangan kotor Wendy dari dadanya.

"Wen, bukankah ini sama persis dengan yang terjadi pada ayahku? Aku hanya tidak mau membunuh orang yang tidak bersalah." Tutur Jisoo.

Rose yang mendengar ini langsung berlari menuju mobil tanpa pamit ke Tzuyu. Jujur Tzuyu bingung dengan manusia yang mengaku gangster ini. Tapi Tzuyu tidak peduli dan segera pergi dari taman.

"Lisa! Cepat jalankan mobilnya!" Teriak Rose yang baru saja masuk mobil.

Lisa yang ikut panik pun langsung tancap gas menuju basecamp mereka. Jisoo, Wendy, dan Seulgi menatap Rose dengan tatapan bingungnya.

"Kau Kenapa?" Tanya Jisoo.

"Astaga unni, tentu aku setuju denganmu. Aku juga tidak mau terlibat pembunuhan pada manusia yang tidak bersalah."

Mereka semua mengangguk.

"Bukankah kita harus membantunya?" Tanya Lisa.

"Membantu? Membantu bagaimana? Pekerjaan kita membunuh bukan membantu." Kata Jisoo.

"Ji, tidakkah kau merasa kasian padanya?" Tanya Seulgi.

"Untuk apa aku kasian. Aku bahkan tidak mengenalnya. Sudah antarkan aku pulang saja, kalau kalian mau menolongnya, bantu saja. Aku tidak mau."

"Dasar olaf." Batin mereka berempat.

...

Setelah sampai di depan apartemen, Jisoo langsung turun tanpa pamit. Mereka berempat sudah terbiasa dengan sikap Jisoo ini. Ya namanya batu, diubah menjadi apapun ya tetap saja batu.

Jisoo segera masuk ke apartemennya. Ia melihat Jennie yang sedang menonton televisi.

"Jennn..." Ucap Jisoo manja dan langsung tidur di pangkuan Jennie.

"Kenapa?" Jennie mengelus pelan rambut Jisoo.

"Bogoshipeo."

Senyum Jennie pun mengembang. "Benarkah?"

"Hmm, masih sakit?" Tanya Jisoo.

"Sudah tidak terlalu sakit, kenapa? Jangan-jangan kau mau melakukannya lagi." Jennie menyipitkan matanya.

"Yak apa yang kau bicarakan?! Aku ingin mengajakmu jalan-jalan." Bibir Jisoo melengkung ke bawah karena di fitnah seperti itu.

Cup!

Jennie mencium bibir Jisoo.

"Maaf, aku bercanda. Mau mengajakku kemana?"

"Sudah sana ganti baju dulu."

Jennie pun menurut dan pergi ke kamar. Sementara si chikin ini mengecek ponsel Jennie karena saat ia datang tadi Jennie tersenyum menatap ponselnya. Tapi tidak ada apa-apa karena Jennie sudah menghapus semua chatnya. Ya mereka sekarang punya ponsel masing-masing. Ponsel Jennie yang berada di rumahnya dulu ia pakai lagi, dan Jisoo memakai ponsel yang dulu ia berikan pada Jennie.

"Tsk! Kenapa aku melakukan ini." Gumam Jisoo sambil meletakkan ponsel Jennie.

"Ayo Ji."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Truth Untold (Jensoo) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang