Enjoy kuy.
Kini keduanya tengah bersandar di kepala kasur. Jennie bersandar di bahu Jisoo. Ya meskipun kecewa, tapi Jennie sudah melupakan kejadian kemarin.
"Ji?"
"Apa?" Jisoo memainkan jari telunjuk Jennie.
"Sejak kapan kau menyukaiku?"
"Pertama melihatmu."
Jennie mendongak. "Jinjja? Suka apanya? Sikapmu dingin sekali."
"Ya memang sikapku seperti itu."
"Menyebalkan!"
Ponsel Jisoo berdering. Karena Jennie yang dekat dengan nakas, jadi ia yang mengambilnya. Nama Wendy tertera di layar ponselnya.
"Kenapa ponselmu retak?"
Jisoo mengisyaratkannya nanti akan menceritakannya setelah menjawab panggilan Wendy.
"Halo, Wen?"
"Ji, kau jadi pindah apartemen tidak? Aku sudah menemukan apartemennya."
"Iya, tolong kau urus ya? Aku masih sakit. Gomawo."
Tut!
"Kenapa bisa retak?" Jennie mengambil ponsel Jisoo untuk dilihatnya.
"Aku kesal karena ponselmu mati. Kau sengaja menghindariku?"
"Mian."
"Jen, besok kita pindah apartemen."
"Pindah? Kenapa?"
"Aku sudah bosan disini." Ini hanya alasan Jisoo. Sebenarnya apartemennya ini tidak aman lagi. Saat Jennie tidak ada disini, banyak yang meneror apartemen Jisoo. Mereka menyamar menjadi mengantar pizza, petugas kebersihan dan lain-lain.
"Bosan kenapa? Apartemenmu ini kan bagus."
"Aku sudah sepuluh tahun tinggal di sini, Jen, bosan."
"Eoh? Benarkah?"
Jisoo mengangguk. "Sejak eommaku di rawat aku tinggal sendiri disini."
"Jennie-ah."
"Apa?"
"Maukah kau berjanji padaku?"
Jennie menatap Jisoo. "Berjanji? Untuk apa?"
"Kau tidak akan meninggalkanku apapun yang terjadi."
"Kau ini kenapa sih, Ji?"
"Aku serius, Jen."
"Tergantung bagaimana caramu memperlakukanku, kalau kau menyakitiku lagi aku tidak bisa menepati janjiku."
Ingatan Jisoo tentang appa Jennie pun berputar kembali. Bagaimana jika Jennie tau tentang itu? Tapi Jisoo percaya Jennie tidak mungkin tau masalah itu. Jisoo juga percaya teman-temannya akan menyimpan masalah ini rapat-rapat.
Jisoo memeluk Jennie. "Sehari tanpamu saja aku seperti ini, aku tidak bisa membayangkan seminggu tanpamu bahkan setahun tanpa melihat wajahmu."
"Makanya jangan menyakitiku."
"Iya sayang."
Jennie melepas pelukannya. "Sayang? Siapa yang kau panggil sayang?"
"Orang di depanku ini."
"Memang aku siapamu? Pacarmu saj---"
Cup!
Jisoo membungkam mulut Jennie dengan ciumannya.