Enjoy kuy.
"KAU PEMBUNUH BRENGSEK! KAU SUDAH MEMBUNUH APPAKU! DAN SEKARANG KAU MASIH BERTANYA AKU KENAPA HAH!"
Deg!
Jisoo terdiam. Nyawanya seakan di tarik dari tubuhnya.
"Jen, ka-kau salah paham." Jisoo mendekat untuk meraih tangan Jennie. Tapi sebelum itu terjadi, Jennie langsung memukuli kepala Jisoo dengan brutal.
Bugh! Bugh!
"HIKS BAJINGAN KAU! BAJINGAN KAU KIM JISOO!"
Jisoo berusaha menghindar. Ia berusaha memegangi tangan Jennie yang terus memukul kepalanya, bahkan rasa pening yang menjalar pun ia abaikan.
"Jen, tenang dulu! Aku bisa jelaskan!"
"WE ARE DONE!"
Jisoo berhasil meraih tangan Jennie meskipun pemiliknya kian memberontak. Jantung Jisoo rasanya berhenti ketika Jennie mengatakan itu. Air matanya pun turun tanpa diminta.
"Andwae, jangan katakan itu!"
Bugh!
Jennie menendang selakangan Jisoo dengan sangat kencang. "Hiks aku menyesal karena kau mengambil keperawananku."
Tangan Jisoo yang memegangi tangan Jennie pun terlepas. Ia memegangi selakangannya karena terasa ngilu sekali.
Jennie segera keluar dari apartemen, ia sangat muak berada disini.
Jisoo berhasil menahan tangan Jennie, tapi Jennie dengan segera menepisnya.
"Aku tidak sudi melihat wajahmu!"
"Hiks, Jen, jebal dengarkan aku dulu." Jisoo tetap berusaha menahan tangan Jennie.
"JANGAN MENYENTUHKU BRENGSEK!" Jennie mendorong Jisoo sampai kepala Jisoo membentur pinggiran pintu. Pelipisnya kini pun mengeluarkan darah.
Karena tidak kuat menahan rasa sakitnya, Jisoo sampai bersimpuh di kaki Jennie. Ia memegangi kaki Jennie dengan sangat erat. "Jangan pergi hiks jebal."
Jennie mendorong tubuh Jisoo dengan kakinya. "Minggir!" Ia juga melempar cincin tunangannya di wajah Jisoo.
"Jen anak--"
"AKU TIDAK MAU PUNYA ANAK DARI SEORANG PEMBUNUH!"
Setelah mengucapkan itu Jennie benar-benar pergi. Jisoo berusaha mengejar, tapi tidak bisa karena kepalanya terasa pening dan sakit karena pukulan Jennie dan benturan yang keras di pintu. Milik Jisoo yang di tendang Jennie pun masih terasa sangat ngilu. Ia kini menangis di lantai sambil terus memanggil nama Jennie dan Mingyu. Sungguh, Jisoo tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya setelah ini.
...
"JEN!!" Bukan Jisoo yang memanggil, tapi Wendy. Ia dan Jin segera menghampiri Jennie yang berjalan cepat keluar apartemen.
Jennie tidak peduli dan terus melangkah kakinya. Ia juga tidak peduli terhadap pandangan orang-orang yang melihatnya menangis seperti orang gila.
Mereka berdua berhasil menghadang Jennie.
"Mau apa kalian?!"
"Jen, dengar---" ucapan Jin terpotong.
"Tutup mulutmu! Kalian sama saja dengan si brengsek itu!"
Wendy dan Jin bisa melihat kedua mata Jennie yang tengah memancarkan amarah.
"Jen---" Wendy ingin menjelaskan semuanya.
"MINGGIR KAU IBLIS!" Jennie menubruk tubuh mereka dan segera pergi.
Wendy ingin mengejar Jennie, tapi Jin menahannya. "Biarkan dia pergi, pasti dia sangat terpukul. Aku akan menyuruh bodyguardku mengawasi Jennie. Sebaiknya kita melihat Jisoo."