47. Back

3.2K 421 46
                                    

Enjoy kuy.






Flashback.

"Jen?" Panggil Wendy.

"Apa?"

"Jisoo pasti sangat senang melihat anaknya, kau mau kan pulang bersamaku?"

Jennie masih diam. Wendy pun tidak berani menoleh karena Jennie masih menyusui.

"Jangan menyiksa dirimu, Mingyu juga butuh sosok seorang Daddy."

"Aku sudah selesai menyusui."

Wendy menoleh. Ia melihat Mingyu yang kini tengah bersembunyi di ceruk leher Jennie. Mungkin dia masih takut untuk melihat Wendy.

"Dia sangat tampan dan mirip sekali dengan Jisoo." Tangan Wendy terulur untuk mencubit pelan pipi bayi itu.

Mingyu semakin menyembunyikan wajahnya.

Jennie tersenyum. "Dia takut dengan orang yang baru dikenalnya."

"Mingyu mau kan ikut pulang ke Korea? Mingyu mau kan bertemu Daddy?"

Tentu bayi yang di ajak bicara itu tidak mengerti apa yang dibicarakan Wendy. Ia masih nyaman di leher Jennie sambil terus memandangi wajah Wendy. Kini tatapan Wendy mengarah ke Jennie.

"Jen, Jebal...jika kau terlambat, mungkin kau tidak akan bisa lagi bertemu dengannya."

Jennie melihat sorot mata Wendy yang menunjukkan keseriusan. Jika seperti ini, Jennie tidak bisa untuk bilang iya. Jujur saja, satu tahun ini ia sangat tersiksa oleh rindu yang semakin membunuhnya secara perlahan. Jennie pun mengangguk sebagai tanda setuju.

Wendy tersenyum lebar. Ia berdiri kemudian melompat-lompat seraya berteriak kecil.

Mingyu yang melihatnya pun tertawa. Ia merasa terhibur dengan apa yang dilakukan orang tidak dikenalnya itu. Dan tawa Mingyu menghentikan selebrasi Wendy. Ia duduk lagi, kemudian mencium pipi gembul bayi itu.

"Mungkin Jisoo sangat iri padaku karena aku mencium anaknya dulu. Mingyu-ah, Daddy mu kalah start."

Jennie terkekeh. "Kau benar, Jisoo pasti sangat iri denganmu."

Untuk pertama kalinya dalam setahun, akhirnya Jennie memanggil nama Jisoo lagi. Ada perasaan senang sekaligus deg-degan saat ia mengucapkan nama tersebut.

"Kemasi barangmu, aku sudah memesan tiket pesawat kita. Satu jam lagi kita take off."

"A-apa? Kau bercanda? Satu jam lagi?" Jennie tidak habis pikir dengan yang Wendy ucapkan.

Wendy mengangguk. "Aku sudah memesannya kemarin, untuk...dua kursi." Wendy tersenyum bodoh.

"Kemarin?" Jennie sampai mengernyitkan alisnya.

"Sudah jangan banyak tanya, sini biar Mingyu aku yang gendong."

Awalnya Mingyu menolak untuk di gendong Wendy, tapi setelah Wendy berusaha membujuk akhirnya bayi berpipi gembul itu mau.

"Aku tinggal mengemasi barangku sebentar." Ucap Jennie.

Wendy mengangguk. "Cepatlah, dan bawa yang penting saja."

Wendy pun mengendong Mingyu keluar rumah. Ia menuju kolam ikan yang berada di depan rumah. Wendy duduk di kursi taman dekat kolam ikan. Sesekali Wendy menciumi Mingyu dengan gemas hingga terdengar tawa sang bayi. Kini Mingyu berdiri menghadap Wendy, tangan mungil itu memukul pelan pipi Wendy.

The Truth Untold (Jensoo) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang