Enjoy kuy.
Just for 50++
Jennie kini tengah membujuk Jisoo. Ya dari siang tadi Jisoo belum makan, dan sampai sekarang juga. "Mau makan apa? Aku akan masak untukmu." Sudah lima kali lebih Jennie berkata seperti ini.
Jisoo hanya menggeleng. Daritadi ia hanya bersandar di sofa dengan tatapan sendunya.
Jennie menghela nafasnya. "Aku buatkan nasi goreng ya? Kau kan suka sekali dengan nasi goreng kimchi buatanku. Aku delivery kan ayam juga?"
"Aku tidak lapar."
"Nanti kau sakit, Ji."
"Biar saja, aku juga ingin menyusul kedua orang tuaku. Aku lelah, Jen." Jisoo bersandar di pundak Jennie.
"Hei bilang apa sih? Kau tega meninggalkanku dan anakmu juga? Kasusnya kan sedang di selidiki kepolisian, jadi kita berdoa saja supaya mereka cepat mendapat titik terang." Jennie mengambil tangan kiri Jisoo untuk di genggamnya. "Sebentar, aku mau masak untukmu dulu." Jennie menyandarkan kembali kepala Jisoo ke sofa dan berjalan menuju dapur.
TingTong!
Bel apartemennya berbunyi. Dengan langkah gontai Jisoo berjalan ke arah pintu. Ia melihat layar intercom, ternyata Seokjin yang datang. Jisoo membukakan pintunya.
"Ji? Gwaenchana?"
Jisoo langsung memeluk tubuh Seokjin. "Oppa, aku lupa memintamu untuk melindungi ibuku." Jisoo menangis lagi.
Jin membalas pelukan Jisoo. "Jangan menangis, aku akan membantumu menemukan siapa pelakunya."
"Hiks oppa, aku anak yang tidak berguna. Menjaga ibuku saja aku tidak bisa."
"Jangan bilang begitu, Ji." Jin melepaskan pelukannya, ia juga mengusap air mata Jisoo. "Aku tidak suka melihatmu menangis seperti ini, aku merasa bersalah pada ayahmu jika kau menangis."
"Hiks air mataku tidak bisa berhenti keluar."
Jin kembali merengkuh Jisoo ke dalam pelukannya. "Percayalah, ayah dan ibumu sudah bahagia di sana. Mereka sudah melakukan yang terbaik selama hidup di dunia ini. Kalau kau terus menangis, pasti ayah dan ibumu juga sedih melihatmu seperti ini. Ikhlaskan mereka, Ji."
"Hiks bi-biarkan aku menangis untuk yang terakhir kalinya." Ucap Jisoo di sela tangisnya.
Jin mengangguk. "Baiklah."
Mereka berdua tidak menyadari ada seseorang yang berdiri mematung dengan hatinya yang sangat sakit melihat adegan di depannya. Matanya pun sudah berkaca-kaca karena dirinya sedang diselimuti kecemburuan. Untuk pertama kalinya, Jennie cemburu terhadap Jisoo.
Setelah tangisan Jisoo reda, Jin melepaskan pelukannya. Dan saat itu juga ia melihat Jennie berdiri dengan membawa piring. Ia tidak tau jika mata Jennie berkaca-kaca karena jarak mereka agak jauh.
"Itu Jennie membawakanmu makanan, makan dulu." Jin menarik tangan Jisoo menuju sofa.
"Sirreo. Aku masih tidak nafsu."
"Oppa suapi ya? Kau dulu kalau tidak mau makan kan tante Dara selalu menyuruhku untuk menyuapimu." Jin masih mengingat baik kenangan tersebut.
Jisoo akhirnya tersenyum, meski sangat tipis.
"Dia bahkan bisa membuatmu tersenyum."
Karena sudah tidak kuat menahan air matanya, Jennie memilih pergi. "Tolong suapi Jisoo ya." Jennie meletakkan piring yang berisi nasi goreng kimchi itu ke meja. Ia memilih pergi ke kamar dan menangis disana. Sungguh, Jennie tidak bisa melihat yang seperti ini lagi. Kini ia bisa merasakan seperti apa cemburunya Jisoo ketika ia bertemu dengan Mino dan June.