Enjoy kuy.
Mino sekarang mengantar Jennie pergi ke bandara. Di dalam mobil mereka hanya diam. Mino dengan penyesalannya karena mencium bibir Jennie, dan Jennie dengan segala pemikirannya. Bahkan Jennie pun duduk di kursi belakang karena masih kecewa dengan Mino.
"Jen?" Mino mencoba menarik perhatian Jennie.
Jennie hanya berdehem, sedari tadi ia setia memandang keluar jendela.
"Maaf, Oppa menyesal."
Jennie menghela nafasnya. "Sudahlah, aku tidak mau mengingatnya lagi."
Mereka kembali terdiam selama sisa perjalanan ke bandara.
Setelah setengah jam perjalanan, kini mereka telah sampai.
"Terima kasih telah memberiku tempat tinggal beberapa hari ini, dan terima kasih telah mengantarku ke bandara." Setelah itu Jennie turun dari mobil.
Mino segera melepas seatbeltnya dan menyusul Jennie. Ia berusaha mensejajarkan langkah kakinya dengan Jennie. "Aku antar." Ucapnya.
Jennie memberhentikan langkahnya. "Aku bisa sendiri, kau pulanglah."
"Jen, maafkan aku."
"Aku sudah memaafkanmu."
Mino akhirnya mengalah. "Baiklah, aku tidak akan ikut masuk. Hati-hati."
Jennie hanya mengangguk dan berjalan masuk. Sebenarnya jadwal keberangkatan Jennie masih dua jam lagi. Ia berangkat sekarang karena ingin menghindari Mino. Entahlah, Jennie masih belum bisa bersikap biasa saja setelah kejadian kemarin.
Mino menatap punggung Jennie yang semakin menjauh. Ia menyesal karena kemarin mengungkapkan perasaannya, ia menyesal karena mencium bibir Jennie. Dan hasilnya sekarang, Jennie menjauhinya.
...
"Ashhh." Jisoo terbangun sambil memegangi kepalanya yang berdenyut.
"Dok, Jisoo sudah sadar." Teriak Wendy.
Dokter Song pun masuk ke kamar Jisoo. Ia segera mengecek keadaan Jisoo.
"Astaga, Ji. Kau tau kita semua mengkhawatirkanmu?" Ucapnya seraya membantu Jisoo bersandar di kepala kasur.
"Dok, berikan obat sakit kepalaku." Ucapnya lemah.
"Kau tidak butuh itu. Aku akan membuatkanmu sup pereda pengar." Dokter Song berjalan ke dapur.
Wendy meletakkan laptopnya di kursi. Ia duduk di sebelah Jisoo. "Jangan bertindak bodoh lagi."
Jisoo masih menunduk dan melihat luka sayatan di kedua tangannya.
Wendy pun mengikuti arah pandang Jisoo. "Dokter Kang yang mengobati lukamu, dia tadi sempat kesini."
Jisoo masih terdiam. Ia mulai meraba tangan kirinya yang bertuliskan orang yang sangat disayanginya, Jennie.
"Aku tidak percaya saat kau mengatakan ingin melupakannya. Itu hal yang sangat mustahil, Ji." Ucap Wendy.
Jisoo menghirup dalam nafasnya. "Semakin aku melupakannya, semakin pula dia terngiang di pikiranku."
"Meskipun aku tidak pernah mengalami hal sepertimu, tapi aku bisa merasakan bagaimana rasanya."
Jisoo tersenyum tipis. "Rasanya sangat sakit Wen, aku berharap kau tidak akan merasakan hal seperti ini."
Wendy merangkul bahu Jisoo. "Kau kuat, kau bisa melewati ini. Aku mohon jangan melakukan hal bodoh seperti itu lagi, kita semua khawatir."
Jisoo hanya diam tanpa tau harus bicara apa. Disaat itu juga Dokter Song masuk membawa sup.