41. Cry Again

2.2K 337 46
                                    

Enjoy kuy.




Jennie masuk secara tergesa ke rumah tersebut. Ia pun mengetok pintu dengan tidak sabar berharap sang pemilik rumah cepat keluar. Dan setelah beberapa saat pintu pun terbuka menampilkan seseorang yang baru bangun dari tidurnya.

Jennie langsung memeluk orang tersebut. "Hiks, oppa."

Karena kesadarannya belum sepenuhnya sadar, Mino pun masih kaget dengan tingkah Jennie. Mino mengusap matanya memastikan ia tidak ngelindur.

"Jen, kau kenapa?" Tanyanya sembari mengusap punggung Jennie.

"Orang itu brengsek oppa, hiks."

Kening Mino pun mengernyit. "Orang itu siapa?"

Jennie menggeleng. "Aku tidak mau menyebut namanya, aku sangat membencinya."

Mino menghela nafasnya, ia akan menanyakannya nanti setelah Jennie tenang. Jadi yang Mino lakukan sekarang hanya membalas pelukan Jennie dan menenangkannya.

Setelah menumpahkan semua air matanya, Jennie melepaskan pelukannya.

"Duduk dulu, aku akan mengambilkanmu minum."

Jennie mengangguk dan duduk di sofa.

Mino kembali dengan segelas air putih di tangannya. Ia pun memberikannya kepada Jennie. "Minum dulu."

Jennie mengangguk dan meneguk minumannya.

Pandangan Mino masih tak lepas dari Jennie. Kemudian ia menyadari sesuatu, yaitu perut Jennie yang buncit. "Jen, pe-perutmu?" Masih pagi, dan otak Mino dibuat berpikir keras oleh Jennie.

Jennie menghabiskan setengah airnya, kemudian memegang gelas itu di tangannya. "Aku hamil." Ucapnya.

"APA! HAMIL?" Kini kesadaran Mino sudah telah terkumpul seratus persen karena ucapan Jennie.

Jennie mengangguk lemah dan terus memandangi gelasnya.

Mino mendekat dan duduk di samping Jennie. "Siapa yang melakukan ini! Apa dia tidak mau bertanggung jawab?"

"Oppa?" Kepala Jennie bersandar di pundak Mino.

"Wae? Kau ada masalah apa? Ceritakan semuanya!"

"Kau ingat dengan wanita yang bersamaku dulu? Dia yang melabrakmu saat mobilmu tiba-tiba berhenti?"

Mino mencoba mengingatnya. "Ah iya, bukankah dia kekasihmu? Siapa namanya..Ji-Jisoo? Kim Jisoo kan?"

Hati Jennie seakan teriris ketika mendengar nama itu. "Jangan sebut namanya lagi, aku sangat membencinya." Ucapnya lirih.

Kini tangan Mino terulur untuk menepuk bahu Jennie. "Wae? Kenapa membencinya?"

"Dia manusia paling jahat yang pernah kutemui." Suara Jennie mulai bergetar.

"Dia melakukan apa padamu? Dan kau belum menjawab pertanyaanku, anak siapa yang sedang kau kandung?"

Air mata Jennie turun untuk kesekian kalinya. "Anaknya."

Mino dibuat kaget lagi. "A-APA? BAGAIMANA BISA? DIA KAN WANITA SEPERTIMU."

"Dia berbeda."

Mino pun mengangguk karena mengerti maksud Jennie.

"Kau ada masalah dengannya?"

"Hiks, dia yang membunuh appaku."

"APA? ASTAGA JEN, KAU TIDAK MABUK KAN?" Sungguh, otak Mino tidak bisa memproses apa yang diucapkan Jennie.

Jennie menggeleng. "Aku berkata yang sebenarnya. Dan kau tau apa yang lebih mengejutkan dari ini? Dia dan teman-temannya adalah pembunuh bayaran. Hidupku selama ini dikelilingi para pembunuh oppa."

The Truth Untold (Jensoo) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang