17. Sorry

2.8K 446 7
                                    

Enjoy kuy.



Brakk!

Jennie segera menumpahkan air mata yang ia tahan sedari tadi. Dadanya sungguh terasa sesak. Jennie tidak tau salahnya apa sampai Jisoo bertindak seperti itu. Padahal sebelum Jisoo berangkat ke Thailand ia masih bersikap manis. Tapi kenapa sekarang sikap dinginnya itu kembali lagi. Jennie ingin sekali mengubungi teman-teman Jisoo apakah terjadi sesuatu saat mereka di Thailand, tapi Jennie tidak punya semua nomor mereka.

Jennie melihat pintu kamar mandi yang masih tertutup. Ingin sekali ia mendobrak pintu itu dan meminta penjelasan Jisoo tentang sikapnya, tapi Jennie tidak bodoh. Jadi ia sekarang menunggu di sofa sampai Jisoo keluar. Jennie juga masih berpikiran positif mungkin Jisoo lelah. Tapi orang yang sangat lelah pun tidak mungkin melakukan itu pikir Jennie.

Sedangkan di kamar mandi tepatnya dibawah guyuran shower Jisoo sedang menangis. Ia belum siap untuk melihat wajah Jennie. Jisoo masih terbayang kematian Kim Jiyong, appa Jennie.

Jisoo tidak peduli lagi badannya menggigil. Ia hanya butuh waktu untuk bertemu Jennie. Dan bukan sekarang, mungkin besok setelah pikirannya tenang. Jadi ia hanya perlu berdiam diri di kamar mandi sampai Jennie tidur. Mungkin butuh waktu sampai tiga jam baru Jisoo bisa keluar.

Jennie yang sudah lelah menangis pun akhirnya tertidur di sofa. Ia hanya berharap, setelah bangun tidur, Jisoo kembali menjadi Jisoo yang kemarin bersikap perhatian dan peduli padanya. Bukan Jisoo yang menyeramkan seperti ini.

.

Setelah tiga jam Jisoo keluar dari kamar mandi dengan badanya yang menggigil. Ia segera berlari ke kamar untuk ganti baju. Saat membuka pintu pun Jisoo tidak menemukan keberadaan Jennie.

"Kemana?"

Tapi untuk sekarang Jisoo tidak memperdulikan dimana Jennie. Pikirnya mungkin ia di sofa karena takut bertemu dengannya. Jadi Jisoo lebih memilih untuk memilih pakaian yang paling tebal dan juga celana yang paling hangat dulu. Setelah selesai ganti baju Jisoo keluar kamar. Dan benar saja Jennie sedang tertidur pulas di sofa. Ia segera mengambil bantal dan selimut.

Jisoo mengangkat kepala Jennie perlahan untuk memberinya bantal. Tepatnya bantal untuk mereka berdua karena Jisoo sekarang sudah berbaring menyamping dan menarik Jennie ke pelukannya supaya badan mereka berdua muat di sofa. Setelah itu ia memasang selimutnya, jujur badan Jisoo masih menggigil karena aksi tidak masuk akalnya itu.

Dipandangnya wajah cantik yang tengah tertidur itu. Jisoo mengecup kening Jennie cukup lama. Ia merasa sangat bersalah. Air mata Jisoo pun tidak bisa di ajak kompromi saat melihat wajah Jennie. Jisoo menggigit bibir bawahnya agar tangisannya tidak mengeluarkan suara. Ada sedikit pergerakan dari Jennie. Dengan segera Jisoo mengelus rambutnya agar tidur Jennie tidak terganggu. Yang membuat Jisoo sedikit terhibur adalah secara tidak sadar tangan Jennie sudah memeluknya sekarang.

Entah sudah berapa kali Jisoo mengucapkan maaf. Tapi ia masih belum puas dengan itu. Jisoo terus mengucapkannya sampai ia sendiri tertidur.

.

Jennie yang merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan pun akhirnya membuka matanya. Jennie cukup terkejut karena wajah damai yang tengah tertidur di hadapannya ini. Mungkin wajah mereka hanya berjarak 7 cm. Tapi Jennie berpikir ini mimpi. Sangat tidak mungkin di depannya ini Jisoo mengingat sikapnya kemarin. Tangan Jennie terangkat untuk menyentuh wajah di depannya ini.

"Bukan mimpi. Tapi kenapa sikapmu kemarin seperti itu? Kau membuatku takut , Ji." Gumam Jennie dengan segala pemikirannya.

Merasa terganggu karena ada yang mengelus pipinya Jisoo pun terbangun. Ia kaget karena melihat mata Jennie yang sembab itu. Jisoo berpikir pasti ini karena ulahnya kemarin.

The Truth Untold (Jensoo) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang