Enjoy kuy.
Sudah lebih dari dua jam Jennie tidur. Dan sekarang ia terbangun karena merasa haus. Jennie berjalan ke dapur. Karena melewati kamar Jisoo, ia mengintip ke dalam kamar. Tapi Jisoo tidak ada disana. Dan sebuah note yang di tempel Jisoo di pintu mengalihkan perhatiannya.
To : My Wife
Sayang aku sedang di restoran, ada sedikit masalah disini. Kalau sudah bangun hubungi Rose saja, dia akan menemanimu. Saranghae!
Jennie mendengus kecil karena tulisan 'My Wife'. "Ck, my wife apanya? Kau saja belum menikahiku."
Ia berjalan ke dapur dulu untuk minum, kemudian kembali ke kamar untuk menghubungi Rose.
"Yeobseo, unni."
"Bisakah kau kesini? Aku sendirian."
"Siap bosku! Mau dibawakan apa?"
"Emm, aku ingin teobboki pedas."
"Itu saja?"
"Iya, cepat kesini."
"Hmm, aku tutup."
Sembari menunggu Rose, Jennie menyempatkan diri untuk menata peralatan dapur yang Jisoo beli. Setelah selesai semua, Jennie pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Rose pun sudah sampai di depan pintu apartemen Jisoo. Ia menekan bel berkali-kali, tapi Jennie belum juga membukakan pintunya. Ia berpikir menghubungi Jisoo untuk bertanya sandi apartemennya. Rose mencari kontak Jisoo, tapi...
"Sudah menunggu lama?" Tanya Jennie yang sudah membukakan pintu.
"Yak! Aurat!" Rose menutup matanya. Ia hanya melihat Jennie menggunakan handuk, belahan dadanya terlihat dan jangan lupakan paha mulusnya juga. Ia merasa seperti nostalgia disini.
Jennie terkekeh. "Masuk dulu. Kita kan sama-sama perempuan, jadi tidak masalah kan?" Ucap Jennie.
"Ck, tetap saja, unnu. Aku kaget, apalagi melihat payudaramu yang tercetak sebesar itu."
Jennie menatapnya tajam.
"Hehe hanya bercanda, sudah sana ganti baju. Aku akan mengambil piring untuk teobbokinya." Rose berjalan ke dapur, sejujurnya ia menghindari tatapan tajam yang Jennie berikan.
Kini mereka berdua sudah duduk di sofa depan TV. Mereka menonton film The Notebook yang sudah Rose sambungkan melalui ponselnya.
"Astaga mataku ternodai!" Pekik Rose yang melihat adegan ciuman di filmnya.
Jennie mengusap wajah Rose dengan kasar. "Ck, sok suci! Memang kau tidak pernah melakukannya dengan Lisa?" Sindir Jennie.
"Hehe lupakan, unni."
TingTong!
"Ah mereka sepertinya sudah datang." Ucap Rose seraya bangkit dari duduknya.
"Siapa?"
"Yeri dan Joy." Rose setengah berteriak karena posisinya sudah di depan pintu.
"Masuklah." Suruh Rose.
Jennie melihat Yeri dan orang yang lebih tinggi darinya.
"Jennie unni!" Yeri berlari kemudian memeluknya.
"Astaga, lama tidak bertemu." Jennie membalas pelukannya.
"Jangan kencang-kencang kalau memeluk Jennie unni, ada bocah di perutnya." Ucap Rose.
Mata Yeri membulat. "Apa? Apa kau bilang? Unni anak siapa yang ada di perutmu?"
Rose menjauhkan Yeri dari Jennie. "Sana jangan dekat-dekat ponakanku. Nanti dia ketularan ketidakwarasanmu!"