Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Saat ini semua keluarga Galvin sudah berada di bandara. Sendari tadi Della hanya menggenggam tangan milik Galvin begitu erat. Dari tadi Galvin sudah menanyai Della, tapi Della hanya menjawab tidak papa.
"GALVIN!" Oh gausah nanya siapa itu yang teriak.
"Woy Dim suara lo anjeng!" Raka menoyor kepala milik Dimas.
"Jadi pusat perhatiankan jadinya." Sekali lagi Leo menoyor kepala Dimas.
"Bangsat pala gue ini anjeng."
"Yang bilang kaki siapa bangsat?" Tanya Leo.
"Gak ada si."
"Yaudah si."
"Kenapa si kalian dimana-mana ribut terus?" Tanya Intan menatap jengah kekasihnya dan teman-teman Dimas.
"Emang gak malu?" Tanya Intan sekali lagi.
"Enggak!" Mereka menjawab dengan begitu kompak.
"Au ah." Intan, Cara dan Teresa meninggalkan para lelaki itu.
"Della haii." Sapa Intan pada Della, namun Della membalasnya dengan senyum kecilnya.
"Woy Gal, wes bro." Sapa Dimas pada Galvin.
"Gal tunggu gue disana ye. Lusa gue berangkat," Kata Leo. Galvin hanya mengangguk menjawab.
"Lo jadi satu apartement sama Galvin?" Tanya Raka.
"Jadilah, kasian Galvin sendirian nanti kalo gak ada gue yang menemani." Jawab Leo sedikit berlebihan.
"Alay lo! lagian nih ya ada enggak ada lo Galvin juga gak akan mati." Ujar Dimas ngegas.
"Jadi lo nyumpahin Galvin mati?" Tanya Galang.
"Eh eh kaga gitu anjir." Dimas ngeles kek bajaj.
Tiba-tiba pengumuman keberangkatan untuk pesawat yang akan dinaiki oleh Galvin diumumkan, membuat Della semakin mengeratkan genggaman tangannya pada tangan Galvin. Meresa Della dan Galvin butuh waktu berdua, mereka semua meninggalkan Galvin dan Della untuk berbicara serius.
Setelah semuanya pergi, bukan benar-benar pergi meninggalkan Della. Jika semua pulang nanti Della pulang sama siap coba kan ya.
"Hey dengerin aku ya," Galvin menangkup kedua pipi milik Della dan menatap lembut mata Della.
Della tetap diam, air mata yang sendari tadi ia tahan akhirnya keluar juga. Dia menangis sesegukan. Membuat Galvin tidak tega meninggalkan Della. Lantas Galvin menarik Della kedalam pelukannya.
"Nanti kan kita bisa video call, chatingan sayang." Ujar Galvin mengelus punggung milik Della.
"Lagian aku bakal berusaha keras, biar cepet lulus dan pulang nyamperin kamu." Galvin melepaskan pelukannya, mengangkat sedikit dagu Della dan mengusap air mata Della.
"Jangan nangis, kalo kangen aku peluk boneka yang aku beliin itu ya." Ujar Galvin.
Cup...
Cup
Cup
Cup
Galvin mengecup setiap inci wajah Della sehingga membuat Della berhenti menangis.
Cup...
Della membalas mencium bibir milik Galvin.
"Lano janji kan bakal selalu ngabarin Della?" Tanya Della.
"Iya sayang, aku janji." Ujar Galvin tegas.
Sekali lagi terdengar pengumuman bahwa pesawat Galvin akan segera lepas landas.
"I love you baby." Galvin mengecup kening Della sekali lagi.
"I love you too babe." Balas Della.
Galvin berlalu meninggalkan Della yang tengah dihampiri oleh para sabahatnya. Galvin menoleh sekali lagi dan menghela napas pelan saat melihat Della yang menangis dipelukan Intan.
"See you soon baby." Gumam Galvin.
🍓
Saat di perjalanan pulang Della hanya Diam dan menatap kearah jalanan, ia tidak memperdulikan Intan yang terus mengajak dirinya berbicara. By the way Della memang ikut di mobil milik Dimas.
Huh....
Della tidak bisa membayangkan hidup tanpa Galvin untuk beberapa tahun kedepan. Dan mulai sekarang ia harus terbiasa tanpa Galvin.
"Dell lo mau ikut kita makan?" Tanya Intan menatap Della yang berada di kursi belakang.
"Enggak." Jawab Della singkat.
"Kak Dimas tolong langsung anterin aku pulang ya kak." Ujar Della pada Dimas.
"Siap tuan putri."
"Maaf ya kak, Della ngerepotin kakak." Ujar Della sekali lagi.
"Yaelah Santuy aja kali, kaya sama siapa aja lo Dell." Ujar Dimas sedikit bercanda. Ia merasa sedikit aneh melihat Della yang pendiam seperti itu, tidak seperti Della yang ia kenal. Della yang usil, cerewet dan manja, padahal baru beberapa menit ditinggal oleh Galvin Della sudah berubah seperti ini.
Sampainya didepan gerbang rumah, setelah mengucapkan Terimakasih pada Dimas. Della langsung keluar dari mobil Dimas tanpa banyak bicara. Membuat Intan sedih melihat sahabatnya yang cerewet itu berubah menjadi pendiam.
Dimas menjalankan mobilnya, meninggalkan perkarangan rumah milik Della untuk mencari makanan karena ia belum sempat sarapan karena terlalu buru-buru pergi untuk menghantar Galvin
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haii aku update lagiii Seneng gak kalian?
- maaf buat typonya - maaf kalo terlalu maksain - jangan lupa follow akun aku - spam komen pun tak apa - tencu gaes❤️