38'Surat Senja

305 20 2
                                    

Baca terus Cerita "Senja"

***

Banyak waktu yang aku tunggu kali ini, dan itu akan cepat datang. Tapi mengapa, menunggumu dan mengharapkanmu kembali, rasanya itu sangat mustahil.

***

Hari ini Senja dan Salma sibuk memasukan barang – barang miliknya ke koper, hanya sisanya saja. Dan sisanya lagi sudah Albert kirimkan sebelum – sebeumnya. Senja telah selesai jauh sebelum Salma, karena sebelum keberangkatannya, Senja ada perlu untuk bertemu dengan Daren. Senja kekamarnya menagmbil sebuah amplop berwarna biru muda. "Bun! Senja pamit keluar sebentar ya?!"

"Hei mau kemana? Sudah selesai berbenah?"

"Udah semua! Senja pamit dulu Assalamu'alaikum,"

Senja membawa mobilnya dengan kecepatan di bawah rata – rata, karena ia juga masih menyayangi nyawanya. "Sebentar lagi Senja,"

Setelah sampai dirumah Daren yang besar, Senja langsung dibukakan gerbang oleh satpam penjaga rumahnya. Senja menyapa ramah satpam itu. Mobilnya sudah terparkir rapi di halaman rumah Daren. Kemudian ia memencet bel rumah yang bernusa putih dan didominasikan dengan abu – abu itu. Keluarlah asisten rumah tangga Daren. "Eh non Senja ya?"

Senja menanggapi dengan senyum manisnya. "Iya bi, Darennya ada?"

"Yah, barusan pisan den Daren keluar sama non Tania, mau tunggu aja tah?"

Senja menatap si bibi dengan wajah yang kecewa, didliriknya jam di pergelangan tangannya, sebentar lagi Senja harus ke bandara. "Em ... Boleh nitip surat ini untuk Daren bi?"

"Surat? Oh nanti akan bibi sampaikan,"

"Yaudah kalo gitu makasih ya bi, Senja pulang dulu,"

"Sama – sama non,"

Senja langsung menuju mobilnya dengan perassaan yang kecewa, lelaki yang ia tunggu kini sedang tidak ada di rumahnya. Kemudian Senja langsung pergi menuju rumahnya, dan saat sampai disana, sudah ada Garent, Cinta, Jessie, Reina dan Dinda yang akan menghantarnya ke bandara. "abis dari mana lo Nja?" Tanya Cinta.

"Em.. itu gue habis ke supermarket beli barang – barang yang diperluin,"

"Senja! Ambil koper dan barang – barang yang sudah kamu persiapkan! 10 menit lagi kita berangkat ke bandara,"

Dengan sigap Senja mengambil semua peralatan yang sudah di rapihkan, sebelumnya ia terus meneliti kamar yang akan ia tinggalkan. Senja tersenyum pedih, terbesit di hatinya untuk kembali berbicara kepada Albert agar tidak pindah. "Kamar ini menjadi saksi tangisan air mata gue,"

Tak mau menangis lagi, akhirnya Senja turun dengan tergesa – gesa, takut tertinggal oleh bundanya. Mira menoleh kedua anaknya yang sudah siap dan saling membawa koper di kedua lengannya. "Udah siap?" Tanya Mira.

"Iya bun, ayo berangat,"

Semuanya memasuki mobil masing – masing. Senja terus menatap rumahnya yang kini menjauh, air matanya turun kembali. "Bye Jakarta,"

***

Kini keluarga itu menunggu panggilan pesawat yang akan ditaikinya, Cinta terus saja memeluk tubuh Senja dan menangis. Hanya itu yang bisa dilakukan olehnya. "cinta udah ya? Gue jadi ikut pengen nangis,"

"Senja, gue disini sama siapa? Gue gak ada temen lagi selain lo yang bisa di ajak curhat, Senja ..."

"Kan banyak Cint, udah ah! Jangan nangis lagi, nanti kalo sempat gue akan main lagi ke indonesia untuk ketemu lo,"

SENJA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang