2'halu

637 33 0
                                        

Pertandingan basket antara kelas XI IPA 2 dengan XI IPA 1 telah usai. Juara diraih oleh kelas XI IPA 2 dan lanjut ke final. Insiden Darren dan Kanaya telah Senja lupakan sejenak. Senja duduk di bangku kelasnya, terselip di antara tumpukan kertas ulangan susulan. Wajahnya yang pucat memancarkan ketegangan karena belum pulih sepenuhnya dari sakitnya. Dia tenggelam dalam pertimbangan matematika sulit ketika langkah berat Darren memecah kesendiriannya.

"Senja, lo lagi ngapain di kelas?" tanya Darren yang bersandar di depan meja Senja.

Senja menghela napasnya, berusaha bersikap biasa saja karena terkejut dengan kedatangan Darren. "Oh, ini, gue lagi ulangan susulan karena waktu itu gue sempet sakit, kan."

Darren mengangguk mengerti. "Semangat, ya, semoga lo berhasil nyelesain semuanya."

Senja tersenyum kecil, namun dia terharu dengan dukungan yang Darren berikan. Kehadiran Darren yang begitu dekat membuatnya berdebar-debar. Dia berusaha untuk tetap tenang dan fokus pada soal-soal di hadapannya. Setelah memberikan semangat singkat, Darren memberikan Darren akhirnya memilih untuk meninggalkan Senja agar bisa fokus pada ulangan susulannya. Senja memandangi pergi Darren dengan rasa campur aduk di dalam hatinya.

Di luar kelas, Kanaya sudah menunggu Darren dengan senyuman manisnya. Darren membalas senyuman itu, langkah ringan menuju Kanaya. Di balik senyum manisnya, Darren menyimpan perasaan yang dalam untuk Kanaya, dan Kanaya mengetahui itu. "Darren, ayo ke kantin," ucap Kanaya.

Darren mengangguk. Darren mengikuti Kanaya ke kantin dengan senyum lembut di wajahnya. Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan Jessie, kakak kelas yang memiliki pesona memikat banyak lelaki. Jessie mengenal Senja dan Darren dengan baik, bahkan mengetahui perasaan Senja terhadap Darren.

"Woi, Darren. Mau kemana?" tanya Jessie dengan ramah.

Darren memberikan sapaan singkat, tetapi pandangannya terus tertuju pada Kanaya. Kanaya merasa ketidaksukaan Jessie terhadapnya, tetapi dia memilih untuk tidak ambil pusing.

"Gue mau ke kantin, belum makan siang, lo sendiri mau ke mana?" tanya Darren.

Jessie tersenyum sinis ke arah Kanaya, lalu menatap Darren sambil tersenyum kecil. "Oh, ini gue mau samperin Senja."

Darren mengangguk. "Jangan di ganggu, dia lagi ngerjain ulangan susulan."

Lalu Jessie meninggalkan keduanya dengan mengacungkan lengan dengan simbol 'oke'.

**

Di sebuah perpustakaan tua yang tempatnya berada di depan SMA Nusa Bakti, Senja duduk di sudut ruangan yang tenang, menunggu supirnya menjemputnya setelah hari yang panjang di sekolah. Dia menatap keluar jendela, membiarkan angin senja menyapu lembut rambutnya.

"Nta, Darren keren banget, tadi dia datang ke kelas waktu gue pusing banget ngerjain ulangan, dia nyemangatin gue," ucap Senja , senyumnya merekah saat mengingat tingkah Darren.

Cinta mengangkat sebelah alisnya dengan isyarat lucu. "Oh, jadi lo lagi bahagia banget, ya. Udah ketebak, sih."

Senja tersenyum sambil menggeleng. "Tapi tadi gue liat Kanaya, nungguin Darren di luar kelas."

Cinta mengangkat kedua alisnya mencoba menenangkan Senja, dia menangkup kedua pipi milik Senja. "Eits, nggak usah mikirin itu dulu. Kalau lo cinta sama Darren, nggak perlu lo peduliin keberadaan Kanaya."

Senja menghela napasnya. "Tapi, harusnya gue yang sadar diri kalo Darren nggak akan pernah jadi milik gue, Nta."

**

Senja berdiri di teras rumahnya yang sunyi, menatap kekosongan di sekelilingnya yang menjadi teman setianya selama hampir 3 tahun ini. Albert – ayahnya setia menemani Mira – Bunda Senja dalam pengobatan tumr otak di Singapura. Beberapa minggu yang lalu, ketika Mira akan menjalani operasi, Mira koma, Senja sangat terpuruk mendengar hal itu.

Dalam keheningan rumah yang hanya diisi oleh suara gemercik air dari selang air yang Bik Minah pakai menyiram tanaman. Senja melangkah masuk ke dalam rumah, menyusuri lorong yang kosong. Sesampainya di kamar, Senja menghempaskan tubuhnya sendiri ke kasur, dia menahan air matanya yang mengalir, Senja hanya merindukan bundanya, Senja tidak mau sendirian terus-menerus seperti saat ini.

"Bun, aku rindu Bunda," 

SENJA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang