.
.
.
.
Kalo doi gak peka - peka tuh jangan kodein Mulu. To the point langsung.
.
.
.
.Di kelas XII IPA 9 sedang di adakan konser dadakan yang di lakukan oleh, Garent sebagai pemain gendang dengan cara memukul meja, Elang memukulkan botolnya ketangannya, Miko bernyanyi - nyanyi menggantikan mic-nya oleh Sapu.
Begitulah yang dilakukan mereka jika tidak ada guru dikelas. Senja yang sedang berjalan di koridor kelas XII bersama Jessie melihat kelakuan abanganya. Senja hanya terkekeh.
"Senja!" Panggil seseorang di koridor.Senja menoleh terdapat Cinta yang sedang menghampiri dirinya. "Kenapa?"
"Tadi gue liat si Bunga ngamuk - ngamuk gak jelas!" Ucap Cinta.
"Hah?" Senja tak paham.
"Oh, mungkin tadi sen, yang gue omongin," ucap Jessie.
"Omongin apa kak?" Tanya Cinta tak paham.
"Gue labrak tuh anak," jawab Jessie santai.
Cinta menganga - nganga kaget. Apa sebabnya Jessie melabrak bunga. "Hah? Why?"
Jessie menaikan bahunya acuh tak acuh. "Kagak tau, udah ah! Cabut dulu! Bye!" Pamit Jessie.
"Kak Jessie kenapa sih Sen?" Tanya Cinta penasaran.
"Udah gak usah dipikirin, mending kita ke kantin yuk, gue belum makan," aja Senja.
"Iya-iya"
Cinta dan Senja akhirnya memutuskan untuk pergi ke kantin dan mendiam diri di kantin sambil menunggu bel pulang.
"Senja," panggil Cinta.
Senja hanya menyahutnya dengan gumaman dan membuat Cinta mengerucut sebal. "Lo tuh ya! Gue panggil juga!"
"Iya apa?"
"Lo masih suka di Daren?"
"Menurut 'L'?" Tanya Senja malas.
"Hadeuh! Capek dah gue ngomong sama Lo! Senja! Mau sampai kapan lo kaya gini terus?"
"Sampe doi peka," jawab Senja asal.
"Ih! Tuh si Daren gak mungkin peka - peka kali! Lo to the point aja napa sih?"
Senja yang sedang fokus membaca pun langsung menoleh kepada Cinta yang mengomel terus tentang Daren. "Heh! Lo ngomong enak! Gue gak mau Cint"
"Hadeuh! Capek deh gue!"
"Yaudah kalo Lo capek, gak usah urus sana - sini, gue aja baik - baik aja,"
"Iya-iya ngomong sama Senja mah capek!"
Masing - masingnya diam, Senja sibuk membaca, Cinta sibuk memainkan ponselnya. Senja merasa ada yang memperhatikan dirinya dari jauh. Senja mengedarkan padanya hanya ke seluruh kantin, terlihat disana Bunga sedang menatap Senja dengan tatapan tidak suka.
"Cint," panggil Senja pada Cinta.
"Hah?"
"Coba Lo liat deh, si Bunga kok liatin gue kaya gak suka gitu sih?"
Cinta melihat arah yang di tunjuk oleh senja, terlihat Bunga yang menampakkan wajah amarahnya kepada Senja. "Buset! Tuh anak ngapain?" Tanya Cinta.
Tak lama segerombolan Daren Dkk datang ke kantin. Bunga yang tadinya memasang wajah geram, seperti menahan amarah yang tersimpan pada Senja, langsung menoleh pada Daren menampilkan Senyumnya.
Astaga, Dragon. Senja lelah dengan kepalsuan.
"Hai Daren," sapa Bunga. Senja yang melihat itu sangat jijik.
"Coba deh Lo liat Sen, Lo tuh harus kaya gitu sama si Daren," ucap Senja.
"Idih! Gue? Kaya gitu? Ke Daren? Ogah banget! Gue bukan cewek centil!"
"Yha barangkali lo emang mau Deket gitu"
Senja hanya geleng - geleng saja mendengar penuturan Cinta. Ada - ada saja kan? Senja memperhatikan lagi ke arah Bunga yang sedang bermanja-manja ria di Daren. Memang sih, Daren tak memperdulikannya. Tapi Daren menerimanya kan?
"Daren, nanti antar aku ya?" Tanya Bunga.
"Yee! Heh bukadut! Jijik tau gak! Lo suka boleh Sam Daren! Asalkan tau batasannya!" Ujar Gilang tiba - tiba.
Bunga langsung memberi tatapan tajam pada Gilang. Gilang hanya menatap bunga jijik. Mimpi apa dirinya semalam melihat sahabatnya selalu di dekati cewek seperti Bunga.
"Ck! Bunga mending Lo pergi deh dari sini! Buat gue sakit mata tau gak?!" Ujar Digo.
"Ish! Apaan sih kalian? Iri? Bilang aja kali!"
Setelah mengucapkan itu, ada seseorang yang menarik rambut Bunga dari belakang, sehingga membuat Bunga meringis kesakitan. Jessie lah yang menarik rambut Bunga.
Gilang dan Digo mengacungkan jempolnya pada Jessie. Memang, Gilang, Digo dan Jessie sudah tahu kelakuan Bunga yang sebenarnya. Tapi mereka memilih diam.
"Auh! Aw sakit! Daren tolongin!" Teriak Bunga kesakitan.
Senja dan Cinta yang sedang duduk pun melotot terkejut melihat yang dilakukan oleh Jessie. Daren dan Robby sama terkejutnya melihat kelakuan Jessie.
"JESSIE NIRANDJA!" Teriak Daren kesal.
"Apa? Mau marah lo Daren? Cuih!"
"LO JADI KAKAK KELAS GAK USAH SOK BERKUASA BANGSAT!" Ujar Daren kesal.
Jessie menghela nafasnya gusar. Dia melepaskan tangannya dari rambut Bunga. Sebenarnya Jessie tau, Bunga tidak seperti itu, biasanya sewaktu SMP dulu Bunga-lah yang selalu menindas Juniornya.
Bunga menangis. Dan Jessie tau, itu air mata buaya.
"LO HARUS BAYAR ATAS PERBUATAN LO!" Teriak Daren.
Jessie tersenyum sinis. "Terserah lo Daren! Gue sih cuma mau bilang! Jangan nyesel setelah tahu sifat asli Bunga," setelah mengucapkan seperti itu Jessie langsung pergi meninggalkan Kantin yang mulai ramai.
Daren mulai menenangkan Bunga. Dan Senja sakit melihat kejadian dimana Bunga di peluk oleh Daren. Cinta melihat Senja sayu. Terlihat dari mimik wajahnya yang berubah.
"Jangan dilihat kalo Lo gak kuat, Senja" ucap Cinta.
Entah mengapa saat Cinta berucap seperti itu, tiba - tiba air mata Senja mengalir begitu saja. Cepat - cepat Cinta langsung memeluk Senja dan menenangkannya.
Jessie yang melihat Senja menangis dari kejauhan. Amarahnya langsung memuncak. Jessie tidak suka saat orang - orang yang dia sayang tersakiti. Jessie tipe orang yang mau akan keinginannya. Jika keinginannya belum tercapai, maka dirinya akan berusaha.
Dan sekarang keinginannya adalah menghancurkan Bunga.
"Bunga sialan! Awas aja lo! Lihat nanti! Lo udah bikin Senja nangis! BANGSAT!"
***
Hai para pembaca setia "Senja"👋
Gimana ceritanya? Gereget gak sama Bunga? Kalo gue sih gereget! Hahaha!Coba deh kalian pilih :
Daren//BungaDaren//Senja
Yang mana tuhh? Komen yaa!
1 kata buat Jessie!
1 kata buat Senja!
1 kata buat Cinta!
1 kata buat Daren!
1 kata buat Bunga!
Jangan lupa Vote dan komen ya💕
Tetap setia membaca "Senja" ya guys!
Happy Reading💕
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA (COMPLETED)
Roman pour Adolescents[PLAGIATOR GO WAY] cinta tidak seperti yang kalian ketahui, cinta itu butuh banyak proses yang akhirnya bisa bahagia. Untuk benci, dia akan menghilang ketika cinta bisa datang. Tapi mengapa rasanya cinta dalam diam itu lebih sulit? Pertemuan ini bis...