Jangan lupa baca terus
"Senja"***
Menjadi diri sendiri itu adalah salah satu definisi kebahagian, karena menjadi orang lain itu agak sulit dan sedikit terkekang
Sorakan riuh di koridor kelas XII menggema, seorang wanita yang berpenampilan acak – acakan, baju yang seperti biasa yang di luar aturan. Jessie Nirandja. Kini dia tengah berjalan menuju kantin dan mencari seseorang, Senja yang melihat kedatangan Jessie terkejut, pagi tadi ia tidak melihat Jessie.
Mata Jessie menangkap sosok yang ia benci, sorot matanya tajam ke arah wanita tersebut, tatapannya seperti tatapan bak iblis. Tangannya gatal sekali ingin menampar wajah wanita tersebut. Reina dan Dinda yang melihat kehadiran Jessie dia pun langsung menghampiri Jessie. "Kapan lo datang Jess?" Tanya Reina.
"Tadi barusan,"
"Terus sekarang lo mau ngapain?" Tanya Dinda.
Jessie tersenyum sinis. "Mau hancurin seseorang yang seharusnya gue hancurin!"
Reina dan Dinta membulatkan matanya. "Maksud lo?"
"Ikutin gue!"
Jessie langsung menggebrak meja wanita di hadapannya, kemudian dia menarik wanita tersebut dan akan membawanya ke taman belakang yang biasanya tak ada orang satu pun. Senja yang mulai panik dengan kelakuan Jessie akhirnya dia pamit kepada Tania dan Cinta untuk menyusul Jessie. "Gue mau susul kak Jessie dulu Cint,"
***
Suara langkah Senja berhenti ketika melihat Jessie yang sedang melabrak wanita. Siapa lagi jika bukan Bunga. "Lo seharusnya mikir Bunga! Lo dan Nyokap lo gak pantes buat bokap gue paham?!" Ujar Jessie tajam.
Bunga sedikit bergemetar saat melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini. "Gu-gue ..."
Jessie tersenyum meremehkan kepada Bunga. "Hebat! Hebat! Gue udah tau kok kelakuan lo saat gue gak masuk! Labrak Senja lo?!"
"Enggak! Bisa gak lo gak usah ikut campur sama kehidupan gue?!" Elak Bunga.
Jessie tertawa jahat layaknya bak iblis yang menemukan mangsanya. "Ikut campur apa adik kecil?" Jessie menjeda ucapannya, kemudian ia menarik dagu Bunga dan menatapnya tajam. "Nyokap lo itu murahan! Pelakor! Tau lo pelakor?! Ternyata anaknya juga gak lebih dari pelakor!"
Senja sudah tidak tahan melihat kelakuan Jessie, takut Jessie melakukan apa – apa, Jessie sudah kelas XII, takut terjadi masalah dan beresiko Jessie harus di Drout Out dari sekolah. "KAK JESSIE BERHENTI!" Teriakkan milik Senja membuat Jessie dan yang lainnya menoleh terkejut.
"Senja? lo ngapain?" Tanya Jessie.
"Kak, please kakak udah kelas XII, aku mohon jangan bikin masalah, aku takut kakak di Drout Out," Ucap Senja mengingatkan.
Jessie tersenyum kepada Senja. "gue enggak akan seperti itu Nja, lo tenang aja,"
"Tapi kak, takdir kan gak ada yang tau,"
Senja menatap Reina dan Dinda dengan tatapan memohon agar Jessie menghentikan aksinya untuk menyerang Bunga, Bunga sudah dengan keadaan yang acak - acakkan. "Udah seh Jess, bener kata Senja. tuh si Bunga biar urusan belakangan aja," Ucap Dinda.
Jessie menghela nafasnya. "Senja, gue mohon untuk kali ini jangan ikut campur urusan gue, gue gak mau hidup gue terus - terusan begini!"
Senja mengadah ke atas langit sebentar, kemudian ia tersenyum ke arah Jessie. "Semua ada jalan kak, seperti yang aku bilang ... Untuk lo Bung, lo boleh sepuasnya labrak gue, marahin gue! Tapi satu hal yang perlu lo tau, jangan pernah membawa - bawa orang lain dalam urusan lo dengan gue, walaupun gue gak tahu lo ada masalah apa sama gue,"
Bunga diam tak berkutik saat mendengar ucapan Senja. tapi Bunga tetaplah Bunga, dia sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan milik Senja, harga dirinya kini lebih penting dari semuanya. "Gue gak peduli,"
Jessie melotot ke arah Bunga. "Apa lo bilang?! Jadi lo mau terus - terusan kaya gini ha?!"
Bunga membuang pandangannya ke samping sambil tersenyum kecut. "Jangan mentang - mentang lo kakak kelas jadi seenaknya nindas adik kelas!"
Jessie tersenyum sinis sambil bertepuk tangan. "Bunga gue gak akan apa - apain lo sekarang! tapi lo denger baik - baik sekarang! Hidup gue hancur semenjak nyokap lo dan lo masuk ke dalam hidup bokap gue! Nyokap lo yang udah rusakin semuanya! Nyokap lo yang bikin adek gue hilang! Jangan sok polos deh Bung! gue udah tau kelakuan bejat lo kaya gimana! Sekarang lo gak ngerassain gimana lelahnya ngurusin mama lo sendiri!
"Gimana rasanya berjuang sendiri dan menenangkan mama lo di saat dia ingin mencabut nyawanya! dan lo! Lo cuma enak - enakan ngehamburin harta bokap gue?! Mikir lo!"
Setelah puas mengucapkan seperti itu, Jessie, Senja, Reina dan Dinda langsung meninggalkan Bunga yang tertawa layaknya bak iblis. Dia tak termakan ucapan Jessie sedikit pun. "Bodo amat gue mau hamburin uang bokap gue lah! Sirik aja lo Jessie!"
***
"Babwang Daren kenapa nichh??" Tanya Gilang sambil mencolek - colek pinggang Daren.
Daren menepis tangan Gilang dan menatap tajam Gilang. "Lo bisa berhenti sikap Absurd lo sehari aja?!"
Gilang menyengir menampilkan deret gigi putihnya. "kalian mau gue berhenti??"
Daren, Digo dan Robby mengangguk. "Teraktir gue dong! Sumpah gue belum makan nih!"
Digo memutar bola matanya mals. "Pantes si monyet Absurd! belum makan!"
"Lo buta apa gimana Go? Gue manusia gini di sebut monyet!"
"Lo keturunan anak monyet Lang! Muka lo mirip bener!" Ucap Robby meledek Gilang.
"Anak monyet! Lo gak tau apa gue ini Raja Kucing yang pertama!" Kata Gilang.
"Alahh! Apaan lo! kucing liat lo aja langsung kabur Lang!" Kata Robby lagi.
"Weeee! sembarangan lo! kucing nih ya kalo liat gue mereka langsung tunduk semua sama gue!"
"Terselah apa kata lo! Capek gue dengarnya!" Ucap Daren sangat pasrah.
Gilang berrdecak sebal. Gilang Anandy adalah anak dari sepasang Nandi Derwana dan Alish Derwana, jangan dikata Gilang yang sikap bodohnya sampai ke ubun - ubun, tapi Gilanglah anak dari orang yang kekayaaannya sangatlah lebih. diantara keempatnya, Gilanglah seorang anak yang dikata paling tajir. tapi sikap bodohnya yang membuat para wanita Ilfeel.
"Lang lo kan anak orang kaya! Masih aja minta teraktiran sama kita! Gimana sih lo?!" Tanya Robby.
"Gini ye! Di rumah emang gue anak yang sholeh dan kaya raya! Tapi maaf, saya di sekolah hanyalah manusia biasa yang tiap harinya meminta teraktiran dari lo, lo pada!"
Ketiganya bergidig ngeri saat Gilang berbicara seperti itu, Gilang adalah orang yang sangat berlebihan dalam kebahagiaan, hidupnya seperti tidak ada beban yang harus di hadapi. Hidupnya seperti lurus saja dan datar. "Lo tau gak! Masa kemarin kucing gue yang namanya Ipeh kejang - kejang?!" Ucap Gilang memberi tahu bahwa kucingnya yang bernama Ipeh mengalami kejang - kejang.
Ketuganya yang malas menanggapi ucapan Gilang hanya menggeleng datar. "Nah! Udah gitu gue tanya kan sama bunda gue! terus dia bilang! "Gilang itu Ipeh belum kamu kasih uang ya jadinya kaya gitu?" Lah terus gue mikir. "Emang si Ipeh matre apa gue kasih - kasih duit?!" Bunda gue aneh banget kan?"
Daren, Digo dan Robby mengeluarkan uang dua ribuan dan di kepalkan ke tangan milik Gilang. Gilang menatap aneh uang tersebut. "Buat apaan ini? lo semua kalo mau ngasih teraktiran jangan setengah - setengah dong!"
"Buat beli otak lo yang udah gesrek!"
***
Hai semuanya! Senang sekali bisa update satu part, walaupun hanya sedikit tapi gak masalah kan? kalian bisa tahu kelanjutan cerita Senja. Gue seneng banget nih! Berkat kalian pembaca Senja bertambah! Thanks yaa semuanya! sayang kalian dehhh!
Pokoknya kalian jangan lupa untuk Vote dan komentarnya! kasih tau kalo ada yang typo...
Happy Reading^^
Xoxo^^
KAMU SEDANG MEMBACA
SENJA (COMPLETED)
Novela Juvenil[PLAGIATOR GO WAY] cinta tidak seperti yang kalian ketahui, cinta itu butuh banyak proses yang akhirnya bisa bahagia. Untuk benci, dia akan menghilang ketika cinta bisa datang. Tapi mengapa rasanya cinta dalam diam itu lebih sulit? Pertemuan ini bis...