SEBUAH KOMITMEN 🌷

7K 421 21
                                    

Kini aku tau menetap tak menjamin tak akan pergi. Yang selalu ada juga akan menghilang dan yang mencintai juga akan berhenti.

🌷.

Voment.

*******

"Zalikha bukan?" tebak seorang pria lalu setelah itu ia duduk disamping Zalikha yang masih menatap lurus ke depan. Ia enggan menangis. Menurutnya, menangis hanya membuatnya ia lelah.

"Kenapa disini? Bukannya udah bel dari tadi?" yang laki-laki itu dapat hanya diam. Ia menghela nafasnya. Ia tau, bahwa perempuan disampingnya adalah perempuan yang belakangan ini dekat dengan kekasihnya.

"Ada masalah?" ucap laki-laki ber name tag Azka Aregio. Zalikha melirik sekilas lalu kembali memandang berbagai tanaman hias didepannya.

Huft

Azka menghembuskan nafasnya kasar. Ternyata mengahadapi perempuan tak semudah menemukan jawaban dari soal fisika yang sangat sulit sekalipun.

"Kadang, masalah itu rasanya susah kita selesain. Padahal, sebenernya kita masih mampu. Kan' ngga mungkin Tuhan ngasih cobaan diatas kemampuan kita. Tuhan yakin bahwa kita kuat dan mampu menghadapinya." air mata Zalikha meluruh seketika. Ia tak mampu menyimpan bebannya sendirian. Begitu banyak masalahnya yang belum terselesaikan. Ada rasa aneh saat dekat dengan Azka. Perasaan nya menjadi hangat seketika.

"Ta......tapi, apa gue kuat buat ngadepin semua?" suara Zalikha terdengar parau. Azka meringis. Sepertinya sangat banyak beban dipikirkan gadis berumur 16 tahun didepannya.

Zalikha memejamkan matanya, "kenapa harus gue, kak? Kenapa harus dikasih ke gue? Gue ngga kuat. Gue ngga punya siapa-siapa. Kenapa harus gue? Hah?!" Azka tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Membiarkan Zalikha mengeluarkan unek-unek nya.

"Gue benci hidup gue. Kenapa gue ngga bisa jadi remaja pada umumnya? Yang sibuk mengisi masa muda mereka dengan teman sebayanya. Kenapa kebahagiaan ngga pernah berpihak ke gue?" Zalikha semakin tersedu-sedu. Rasanya pasokan oksigen disekitarnya tak mampu membuat ia bernafas dengan lancar.

Azka menatap nanar gadis disampingnya yang sedang menangis tersedu-sedu. Seberapa berat hidup gadis itu? Mengapa saat gadis itu menangis hati Azka seperti ditusuk benda tajam? Benar-benar sakit.

"Udah?" ucap Azka setelah Zalikha puas mengeluarkan unek-uneknya. Zalikha mengangguk lalu menghapus air matanya dengan kasar.

"Boleh gua peluk lu sekali aja? Katanya, perempuan bakal tenang kalo di peluk. Jadi.....mau?" Azka tampak ragu-ragu. Karena, ia pernah diceritakan oleh Reza tentang gadis ini. Tidak pernah takut dengan siapapun dan bar-bar.

"Boleh?" Zalikha menatap ragu kearah Azka. Tak menyangka, kakak kelasnya yang terdengar dingin dan angkuh mau berdekatan dengan gadis seperti dirinya.

"Why not?" sedetik kemudian, Zalikha langsung berhamburan kedalam pelukan Azka. Ada rasa menjalar di dalam hati Zalikha. Bukan rasa suka, melainkan rasa nyaman dan terlindungi. Begitupun dengan Azka. Rasa ingin melindungi gadis ini begitu besar. Rasanya, seperti sudah sangat dekat dengan gadis ini. Padahal, ini adalah kali pertama ia mengajak bicara Zalikha.

*******

"Kita mau kemana?" ucap Aleeta sedikit berteriak. Azka menjalankan motornya, menembus padatnya lalu lintas di ibu kota pada sore ini. Sudah rencana Azka untuk mengajak kekasihnya ini. Sejak ia jadian dengan Aleeta, ia banyak membaca di internet 'cara memahami perempuan'. Mungkin ini salah satu cara agar Aleeta tak jenuh menjalani hubungan dengan pria kaku dan tidak pernah dekat dengan perempuan seperti dirinya.

UNTUK AZKA [SUDAH DIBUKUKAN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang