"KITA MAU CARI KORAN DIMANAA ?!" teriak Aira.
Aira dan teman - temannya merasa frustasi karena tidak dapat menemukan koran asian para games. Di tukang loak pun gak ada, katanya koran itu sudah tak diproduksi sejak seminggu lalu.
"Ya iyalah anjir, koran diproduksi sehari yaudah gak dicetak ulang," saut Zigo.
"Terus kalo gitu gimana ?" Keluh Misha.
Mereka duduk termenung dimeja kantin, Aira yang sibuk mondar mandir, Misha yang terus berceloteh, Zigo menelungkupkan kepalanya dan Dino sibuk dengan makanannya.
"AH GUE TAU," teriak Dino dengan lantang.
"Gimana kalo kita nyari ke kelurahan, kecamatan, rumah sakit atau perusahaan gitu." Zigo dan Aira menatap heran ha ?
"Masa gitu aja gak paham, kan perusahaan gitu pasti langganan koran, kan ? Kita minta korannya. Toh, mereka cuma baca gak bakalan disuruh bikin makalah sama bos mereka, dan yang terpenting gratis." Dino menaik turunkan alisnya.
"WAH ANJIR GAK NYANGKA LO SEPINTER ITU," ucap Misha.
"Lo muji gue apa ngeledek ?" Dino menatap sinis Misha, yang ditatap hanya cengegesan.
Keputusan akhir dari rundingan ini, mereka akan meluncur ke tempat - tempat itu selepas pulang sekolah. "Mulai kemana dulu ni ?" Tanya Misha.
"Kecamatan terdekat dulu," ujar Zigo. Mereka siap meluncur kesana. Aira dibonceng oleh Zigo, Misha dibonceng oleh Dino.
Setibanya mereka di kantor kelurahan, keadaan kantor cukup lenggang. Hanya terdapat pesuruh yang sedang menyapukan halaman depan. Motor Dino dan Zigo sudah terparkir rapi dibawah pohon mangga.
"Misi pak," ucap Aira ramah.
"Ya, dek ? Ada apa ?" Tanya laki laki paruh baya itu. Beliau memberhentikan aktivitasnya.
"Kelurahan ini langgannan koran gak, pak ?" Tanya Misha.
"Maaf neng, kami gak minat langganan koran." Laki laki paruh baya itu menjawab sekenanya lalu kembali melanjutkan aktivitasnya.
Dino memutar bola mata malas, setelah berucap terimakasih juga pamit. Mereka memutuskan untuk beranjak dari sana. "Dahlah anjir," ucap Aira moodnya berubah drastis.
"Ih jangan nyerah dulu, ayok kita ke kecamatan.
--------
Baru saja satpam yang bekerja disana menutup pintu gerbang. Mereka menghelai napas panjang. Zigo melihat jam yang berada dipergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukan pukul 05.30
"Hampir magrib," gumam Zigo.
"ARGHH, BAWA BUGENFIL INI MAH," teriak Aira.
Misha hanya dapat meratapi nasib. "Waktu kita mepet, ayok langsung ke rumah sakit aja," ucap Dino mengarahkan teman temannya.
Wajah tak lagi cerah, baju sudah tak berbentuk. Datang ke resepsionis RSUD menanyakan koran. Resepsionis itu menjawab dengan terkekeh, Aira dan Misha menantap sekeliling. Para pasien memperhatikan mereka. Pasalnya mereka masih pakai baju sekolah lengkap dengan tas.
Resepsionis itu bertanya, "buat apa emangnya, dek ?"
"Buat tugas olahraga, buat makalah." Aira tersenyum tipis.
"Ohh, dari sekolah mana ?" Ucap Resepsionis seraya mengantarkan mereka ke sebuah ruangan dengan pintu kaca buram serta terletak meja dan kursi didalamnya. Saat lemari kayu itu dibuka terdapat banyak koran. Mata mereka berbinar saking terharunya mereka menitikkan air mata.
"Cari aja, dek. Nanti rapiin lagi ya. Saya tinggal dulu." Aira dan Misha mengangguk lalu memilah satu persatu koran yang berisikan berita Asian Para games.
Zigo dan Dino datang "lama banget lo, ada gak ?"
"Lo gak liat ? Bantuin sini, jangan ngoceh aja," ucap Aira tanpa menatap mereka.
Muncullah dua wanita dengan stelan suster dari balik ruangan itu. "Eh ?" Kemunculannya yang tiba tiba membuat mereka menoleh.
"Kalian ngapain ?" Tanya salah satu suster itu.
"Nyari koran, kak." Suster itu ber-oh panjang.
"Kok kalian kepikiran ke rumah sakit ?" Tanyanya lagi.
"Karena kami mikir kalo perusahaan banyak yang langganan koran, tapi ternyata koran sudah tak selaris dulu. Jadi susah buat dicari." Zigo tersenyum kepada kedua suster itu lalu disikut oleh Dino bermaksud jangan ganjen.
"HUAAA, UANG 1 JUTA GAK JADI KELUAR. ALHAMDULILLAH," teriak Aira setelah keluar dari ruangan itu.
Mereka pulang dengan senyum yang mengembang. Tak ada kerisauan yang ada dibenaknya, uang 1 juta aman, nilai mereka aman. "Untung kita gak nyerah pas di kecamatan ya. Kalau kita pulang bisa bisa bobok celengan," ujar Dino seraya menunjukan cengiran khasnya.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Militer
Teen FictionSekolah dengan peraturan super ketat, guru super killer dan olahraga yang tak ada hentinya. selain itu, murid disana harus kuat fisik maupun mental. sekolah itu terlihat biasa saja. Namun, begitu mencengkeram jika terjadi sebuah kesalahan. peraturan...