"Ya, halo ?" kalimat pertama yang ia lontarkan kepada lawan bicaranya.
"..."
"Bisa, kapan ?" Ayman yang sedari tadi menguping percakapan Aira.
"..."
"oke oke." Aira memutuskan hubungan lalu beranjak ke kasur.
Rutinitas setiap malam menonton video yang berhubungan dengan SBMPTN atau simak. Berbagai video penjelasan mengenai materi SBMPTN ditonton dengan seksama. Memahami setiap soalnya seraya dicatat di notebook bergambar my little pony.
Sesekali Aira menguap dan mengelap air matanya, rasa kantuk mulai melanda. "udah gak usah dipaksain banget. Gue yakin lo pasti bisa masuk PTN," ujar Ayman.
"ha ? dikit lagi kelar pembahasannya, tanggung," saut Aira tanpa mengalihkan pandangannya.
"terlalu maksain juga gak baik, harus ada jadwalnya juga, Ai." Ayman duduk disofa samping tempat tidur.
"gue pengen banget masuk FH, jadi gue harus belajar semaksimal mungkin." Jari Aira menggoreskan penanya diatas kertas.
"dulu gue pas tes simak gue gak belajar, gue pasrah semuanya," ungkap Ayman mampu mengalihkan fokusnya.
"Lah beruntung banget dong lo ?" tanya Aira yang mulai tertarik dengan topik pembicaraannya.
"iya karena dulu gue anak bar – bar, gue gak punya orang tua. Gue hidup sendirian buat makan aja gue harus kerja part time." Ayman menundukkan kepalanya.
"Emangnya ortu lo kemana ?" Aira mendekatkan diri.
Ayman menatap sendu Aira, tatapannya mengandung arti tersirat. Aira paham betul terlihat dibola matanya menunjukkan rasa kekecewaaan juga kesedihan yang menjadi satu. "maaf," cicit Aira.
"orang tua gue bercerai, Ai. Setelah kepergian ayah gue mulai nyari kerja untuk makan. Bersyukurnya adik gue dibawa sama ibu gue. Gue kurang perhatian makanya di sekolah gue sering berantem, berkali kali gue dapet panggil yang gue bawa selalu abang – abang yang mangkal bareng gue." Ayman diam sejenak agar tidak menitikkan air mata.
Aira mulai berpikir masalah yang selama ini ia anggap paling berat ternyata ada yang lebih berat lagi. Ya tuhan, kuatkan hambamu yang lemah ini, ujar Aira dalam hati.
Tidak selamanya kehidupan orang lain lebih nikmat dibanding hidup kita sendiri. Sebab nikmat tidaknya sebuah hidup tergantung seberapa sering kita merasa cukup dan bersyukur.
"sampai hari itu, gue ketemu sama nenek lo. Gue mau pulang, kondisi gue mabok terus gue liat nenek lo yang mau ditabrak sama temen gue yang sama mabuknya. Nenek lo nolongin gue, ngasih gue makan, tempat tinggal dan lain lain." Aira mengangguk karena tidak ingin memotong cerita Ayman.
"nenek bilang kalau kamu gak sukses siapa yang bakal ngurusin diri kamu ? nenek gak tau umur nenek sampai kapan. Dari situ gue mulai bertekad, gue mau ngebahagiain nenek dengan kesuksesan gue." Ayman tersenyum ramah, tangannya terulur untuk menghapus air mata Aira.
"gue gak nyangka," ucap Aira seraya menghapus air matanya menggunakan punggung tangannya.
"Lo pasti bisa, Ai." Aira mengangguk mantap, matanya berbinar semangatnya kembali tumbuh.
"istirahat, gih. Jangan lupa Bahagia." Ayman beranjak dari duduknya.
Aira diam merenungi setiap kata yang dilontarkan oleh Ayman, kisahnya lebih menyedihkan. Namun, ia bisa bangkit kembali. "gue pasti bisa," gumam Aira menyemangati dirinya sendiri.
Malam ini dibawah terangnya bulan purnama Aira bertekad untuk tidak mengeluh dan akan memperjuangkan apa yang harus diperjuangkan. Tidak ada lagi kata malas demi kebahagiaan ibu dan neneknya. Sekarang yang Aira punya hanya dua ia tidak lagi berharap kepada ayahnya. Tanpa seorang ayah pun Aira yakin semuanya akan terlewati dengan sempurna.
Mungkin dengan begini dirinya bisa menjadi lebih dewasa dalam menghadapi rintangan dimasa yang akan datang.
Aira berdiri depan kaca lemari memperhatikan wajahnya lekat – lekat. "Aish."
Tangannya membuka kembali pintu lemari "yang mana ya ?" jarinya menggeser setiap gantungan, mencari baju yang pas untuk digunakan. Mencocokkan satu persatu ke tubuh mungilnya "kalau pake baju ini, celananya apa ?" terus saja mengoceh sendiri.
"Arghh, gue mau kemana si, gini aja ribet deh."
Akhirnya Aira memilih kaos berwarna pink lengan pendek dengan celana kulot hitam "ah, kaya ibu ibu." Aira membantingkan tubuhnya ke kasur, Lelah sudah berkutat dengan baju – bajunya itu.
Jarinya mulai menari diatas layer ponsel membuka aplikasi pinteres mencari referensi outfit. "makin insecure, njir."
Pikiran yang mengitari kepalanya saat melihat orang lain yaitu, dia cantik ya, outfitnya cocok banget dibadannya, glowing banget mukanya dan lain sebagainya. Kemudian pikiran itu membuat Aira terpojoki hingga rasa percaya dirinya mulai turun.
"AIRA DILUAR ADA SEA." Aira jingkrak dari kasurnya lalu menarik sling back dan tak lupa dengan ponselnya.
"kamu mau kemana, Ai ?" tanya Lestari.
"hmm a—anuu." Aira menggaruk kepala yang tak gatal.
"kita mau ke taman kota," saut Sea.
"jangan pulang sore – sore ya, takut hujan," pesan Lestari.
"Siap boss." Aira berdiri tegak dengan tangan seperti orang hormat. Lestari terkekeh kecil melihat tingkah laku anak tunggalnya. Mereka pamitan lalu meluncur ke tujuan awal.
Mereka duduk di gazebo tepat dibawah pohon beringin. Angin sepoi – sepoi membuatnya mengenang masa lalu, belum terlalu hanyut dalam masa lalu itu Sea membuka obrolan, "Sebenernya ada yang mau gue omongin, Ai," ujar Sea.
"tumben, apaan ?" tanya Aira dengan santai.
"gue gak tau harus mulai darimana." Aira membenahi posisi duduknya.
"Ya mane saya tau," timpal Aira.
"Aish, jangan reseh dulu." Sea memutarkan bola matanya malas.
"Yaudah ngomong aja, laut." Aira menatap malas seraya menekan kata terakhir.
"jadi sebenernya gu---" ucapan Sea terputus ketika tangan Aira terjulur ke rambutnya.
" Ada serangga, lo kutuan ?" ledek Aira.
"Apasi," geram Sea.
Aira menjulurkan lidahnya lalu lari menghampiri tukang eskrim. Sea diam memperhatikannya dari jauh. "Aish." Tangannya berkeringat perasaan gugup menyelimuti.
Aira kembali dengan dua eskrim ditangannya, Sea menatap dengan intens "kenapa si ? kok ngeliatinnya gitu ? gue kaya ibu – ibu ya ?" ucap Aira dengan nadaa sendu.
Sea menggeleng kuat "cantik."
"Oiya sebenernya lo mau ngomong apasi ?" Aira kembali duduk disamping Sea.
"sebenernya gu---" lagi lagi ucapan Sea terpotong. Tetapi kali ini dengan ponsel Aira yang berdering.
"gue harus balik." Aira berlari dengan tergopoh – gopoh lalu memberhentikan taksi. Sea memandang nanar gadis itu hingga masuk ke dalam taksi.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Militer
Roman pour AdolescentsSekolah dengan peraturan super ketat, guru super killer dan olahraga yang tak ada hentinya. selain itu, murid disana harus kuat fisik maupun mental. sekolah itu terlihat biasa saja. Namun, begitu mencengkeram jika terjadi sebuah kesalahan. peraturan...