Kehadirannya membuat suasana menjadi canggung. Aira memasang wajah masam, dua insan yang sejak tadi berdebat sekarang diam tak berkutik, kedatangan diwaktu yang salah keenam orang itu hanya saling melirik dan tak berniat mengawali percakapan. Aira jengah, jengah sama sikap gak jelas mereka.
"Tempat masih banyak, bisa pindah gak ?" sarkas Aira.
Mereka terbelalak kaget mendengar suara Aira yang tegas, dan dingin. Gadis itu merotasikan bola matanya seraya berdecak sebal. Menatap sinis Ayman yang sedang asik dengan dunianya sendiri.
"Masih ngerti Bahasa Indonesia, kan ?" ucapnya sekali lagi.
"Kita semua mau ngejelasin, Ai. Kasih kita kesempatan buat ngomong," ujar Zigo.
"kroyokan gini ?" Aira berdecih lalu menampilkan senyum jengkel.
"Sebelumnya maaf, gue gak bilang dari awal kalau gue dijodohin sama Zamas, gue juga gak tau kenapa bisa dijodohin. Alesan orang tua gue bener – bener klasik bahkan gue sendiri gak percaya sama alesan orang tua gue." Alisha angkat bicara.
"Kita juga udah berusaha untuk nolak, Alisha juga udah ngomong semuanya ke gue tentang lo suka sama gue sejak MPLS, dan gue pikir itu udah lama banget harusnya lo bisa nyari yang lebih baik lagi." Aira menatap tak percaya bagaimana bisa dia bicara seperti itu dihadapannya ? mencari yang lebih baik lagi katanya, heh! Emang perasaan segampang lo ngomong ? dia ngomong gak dipikirin apa gimana si ? bukannya merasa bersalah malah mencari pembelaan.
"Kalian niatnya Cuma ngejelasin doang atau nyari pembelaan si ?" kesabaran Aira mulai habis, bisa – bisanya setiap menjelaskan dari chat sampai saat ini yang dikatakan hanya itu – itu saja, gak ada bedanya. Toh, buat apa susah – susah mending gak usah kalau gak jelas.
"gue bosen tau gak sama apa yang kalian omongin, kalian gak ngerti keadaan gue. TEMEN KALIAN CUMA ALISHA DOANG KAN ? MAKANYA YANG DIBELAIN DIA DOANG." Para pengunjung menoleh dengan tatapan yang berbeda – beda, suasana McD saat itu benar – benar simpang siur, mereka membuat kegaduhan. Satpam yang berdiri didepan pintu sigap untuk mengusir mereka. Tetapi, Ayman menjelaskan bahwa mereka tidak akan menganggu pengunjung yang lain.
" Kita tau perasaan lo, lo pasti kecewa banget temenan sama kita, karena kita menyembunyikan hal penting dari lo sedangkan yang lain tau. Kita ngerti, ai." Suara Zigo lembut sekali hingga meluluhkan emosi gadis ini.
"Kita juga punya alesan kenapa gak cerita sama lo, kita gak pengen kebahagiaan lo sirna gitu aja. Walaupun ujungnya lo harus menerima kenyataan, setidaknya lo sudah merasakan," sambung Zigo.
"Kita juga bela lo kok, setiap lo dijelek – jelekin orang, gue gak segan – segan bungkam mulut mereka, kita lakuin apapun demi lindungin lo," ujar Misha.
"Berita yang kesebar, udah gue bersihin semua. Lo gak perlu takut lagi buat sekolah." Dino mengakhiri kalimatnya dengan tersenyum manis.
"Dan gue sadar kalau gue pacaran sama Raida tanpa rasa, gue lebih seneng berada dideket lo, lebih khawatir pas lo ilang, gue juga gak tau kenapa. Gue rela mutusin Raida karena dia terus jelek – jelekin lo." Sea menatap sendu wajah Aira.
Mata Aira memanas tanpa dikomandokan air matanya meluncur begitu sana. Ia menundukkan pandangannya lekat – lekat. Tak cukup berani untuk sekedar melirik kearah mereka. Perasaan bersalah muncul sebab tak mau mendengarkan penjelasan mereka, pikirannya selalu buruk padahal apa yang dikerjakan temannya semata – mata untuk melindunginya. Apakah ia masih bisa disebut teman yang baik ? sepertinya tidak, mana ada teman yang rela menjatuhkan temannya sendiri.
"Aira liat kita," ucap Sea.
Aira diam sejenak lalu memberanikan diri untuk menatap teman – temannya. Mereka semua tersenyum ramah, menatap penuh harap. "Gak usah merasa bersalah, kita disini saling memahami saja, saling memaafkan, lo tetep temen baik kita, sampai kapanpun." Kelima orang itu berdiri menghampiri posisi Aira saat ini. Saling mengulurkan tangannya untuk berpelukan.
Terasa hangat, diantaranya sudah tidak ada lagi kesalahpahaman, Zamas yang melihat adegan haru hanya bisa tersenyum. Ayman dan Nasla saling menatap lalu ikut berpelukan,
"Maaf gue egois, kalian temen baik gue, maafin gue. Harusnya gue tau malu buat minta kalian jadi temen gue lagi, tapi biasanya gue malu – maluin tanpa diminta jadi temen gue bakalan mau jadi temen kalian, kok." Semua tertawa.
Malam yang indah para pengunjung menjadi saksi keromantisan persahabatan mereka, dan langit malam beserta bulan dan bintang yang menghiasinya menjadi saksi bisu atas kembalinya persahabatan mereka.
***
Malam yang dingin karena rintikan hujan mulai membasahi jalanan. Terkejut campur rasa khawatir menyelimuti tubuh gadis bermata coklat terang itu. Sorot matanya menandakan kegelisahan yang mendalam. Ditengah ruang tamu sudah berkumpul dua keluarga yang sedang bersilahturahmi. Katanya si silahturahmi tapi ada niat terselubung.
"Jadi gimana nih, langsung tentuin tanggal aja ?" ucap pria yang mungkin umurnya hampir setengah abad.
"Alisha, gimana kamu nerima, kan ?" tanyanya penuh harap.
Aira melirik laki – laki dengan kepala yang menunduk itu sebelum akhirnya memutuskan untuk menerimanya. Kedua orang tua mereka menghelai napas lega, Alisha hanya tersenyum kikuk.
"Maaf, om, tante, mah, pah aku boleh ngomong berdua sama Alisha gak ?" tanyanya dengan sopan dan direspon dengan anggukan.
"Ayo." Alisha hanya mengekori laki – laki itu.
Keheningan sempat menyelimuti mereka, namun Zamas mengawali perbincangan. "kamu gak terima ya ?" tanyanya.
"hm, gak enak sama sahabat sendiri," jawabnya.
"Kenapa ?"
"Dia suka kamu."
"Siapa ?"
"Aira."
"Ohiya, kami sempat bertemu tapi aku gak ingat. Dia mengenaliku lebih dulu disekolah saat aku captijar."
"Kamu mau buat perjanjian sama aku gak ?"
"Perjanjian apa ?"
"Kalau kamu ketemu sama dia, bersikap baik, jangan mengacuhkannya."
"Aku gak mau memberi harapan pada wanita lain sedangkan aku sudah memiliki tunangan."
"Kumohon, biarkan dia merasakannya agar tidak bertepuk sebelah tangan."
"Sampai kapan ?"
"Sampai aku berani menjelaskan padanya."
Ya mulai dari situ Zamas berperan sesuai perjanjian walaupun sejujurnya perasaannya sakit. Saat bertemu dibutik hari itu Alisha ada disana, ia gak mau menunjukkan dirinya. Kemudian bertemu di café Dino, entah saat itu tepat atau tidak waktu menjelaskan lebih dulu daripada dirinya. Gadis itu bersyukur, mungkin saja jika hal itu tidak terjadi sampai sekarang ia masih terus menyembunyikan hubungannya dengan Zamas. Lega sekali rasanya, sudah taka da rahasia lagi. Alisha tersenyum tulus sebagai tanda terima kasihnya kepada waktu dan juga takdir.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Militer
Teen FictionSekolah dengan peraturan super ketat, guru super killer dan olahraga yang tak ada hentinya. selain itu, murid disana harus kuat fisik maupun mental. sekolah itu terlihat biasa saja. Namun, begitu mencengkeram jika terjadi sebuah kesalahan. peraturan...