Di rumah Misha, Dino menunggu detik detik menengangkan. Yap pengumuman SNMPTN. Dino dan Misha sepakat untuk satu universitas tetapi berbeda fakultas. "Sans, Mish pasti dapet." Dino menenangkan Misha. Didepan mereka sudah terdapat dua laptop yang berbeda, dilayar terpampang hitungan mundur untuk membuka pengumaman. 10 detik terakhir Misha semakin deg degan dalam hati terus merapalkan doa – doa. "Ayok buka sama – sama." Mereka mengklik secara bersamaan.
Tuhan berkata lain, Misha diterima tapi Dino mendapatkan tulisan berwarna merah. "Yah." Dino tertunduk pasrah. "Sayang, gapapa kok. Masih ada SBM, kita masih ada harapan buat bersama, jangan berkecil hati. Ayok berusaha lagi, aku bakal temenin kamu belajar sampe pengumuman SBM nanti, dan aku bakal ikut kamu, nungguin kamu pas kamu tes. Semangat sayang." Misha memeluk Dino dengan erat.
***
Mata Zigo tidak lepas dari layer laptopnya, mundar mandir disamping kasur tidurnya. "Gila, napa horror banget si ini ? gue gak pernah belajar berharap banget. Ayolah Zigo sadar diri, realistis sedikit. Kalau lo gak dapet gak kecewa – kecewa amat." Ia berusaha menenangkan dirinya sendiri.
Perutnya sudah mules, seperti orang phobia dia sudah keringet dingin padahal suhu dikamarnya sangat dingin, rasanya mual sekali. "Lama banget njir." Ia terus memperhatikan hitungan mundurnya itu, satu menit seraya satu tahun lama banget.
Waktu yang ditunggu – tunggu pun tiba, tanpa babibu ia langsung mengklik. Matanya penuh harap tapi mulutnya terus berkata, "Please jangan berharap, harus sadar diri." DANNN.....
Warna merah yang timbul "Kan gue udah bilang, lo tuh emang harus ditampar dulu biar sadar diri." Mulutnya emang berkata seperti itu, tapi hati dan matanya tidak bisa berbohong, iya dia tetap mengeluarkan air mata.
"Cengeng lu ah, udah si gapapa." Zigo mengelap air matany secara kasar lalu mematikan laptopnya dan membanting diri ke kasur.
***
Alisha yang ditemani oleh Zamas, ia tidak merasa begitu cemas sebab Zamas sudah pernah seperti ini, lalu ia mengerti seberapa deg degan dan paniknya jadi ia bisa menenangkan Alisha agar tidak terlalu panik.
"Aku yakin kamu dapet, kamu kan pinter. Udah tenang aja kalaupun gak dapet masih banyak kok cara lain, PTS pun aku gak masalah." Alisha hanya mengangguk – angguk pasrah.
"Kamu yang klik aku gak berani." Jari Zamas dengan lincah menekah tombol itu.
"Sinyalnya jelek, loading terus nih. Kamu belum bayar WIFI ya ?" ledek Zamas agar tidak terlalu tegang.
"Heh, enak aja." Seketika pengumuman itu muncul, yup Alisha keterima di UNPAD fakultas Sosiologi.
"Ahh pinter banget calon istri aku, selamat yaa." Zamas orang pertama yang mengucapkan selamat atas keterimanya Alisha.
"HUAA, AKU GAK NYANGKA."
Alisha berlari ke kamar orang tuanya untuk memberikan pengumuman penting nan berharga ini. Sungguh, ini benar – benar membuatnya Bahagia. Terimakasih telah memberikan kesempatan dirinya untuk menimba ilmu disana.
***
Sea, ia tidak mendapatkan SNMPTN dari sekolah, terkesan miris karena teman – teman yang lain dapat, tapi siapa sangka bahwa tadi pagi ia menerima email dari sekolah katanya ia mendapatkan beasiswa ke Thailand. Wow, mantap bukan ? bukan berarti orang – orang yang tidak dapat PTN itu orang bodoh, itu takdir tuhan. Kita sebagai manusia hanya bisa berusaha dan berencana sisanya Tuhan yang mengatur.
Sea bingung harus menerima atau tidak, ia baru saja berbaikan dengan Aira, masa ia harus meninggalkannya lagi ? 4 tahun bukan waktu yang sebentar, tapi bagaimana ya ?
"Kasih tau sekarang apa jangan ya ?" gumam Sea.
"Jangan deh nanti dia kepikiran. Tapi dia dapet SNMPTN gak ya ?"
"AHH TUHAN BERI AKU SOLUSI."
***
Sudah dua minggu ayahnya terbaring di rumah sakit, Aira, Ayman, dan Farzan selalu bergantian untuk berjaga. Lestari dan nenek juga sudah beberapa kali menjenguknya. Namun, tidak ada perubahan semuanya sapa seperti dua minggu yang lalu. Dokter sempat berkata bahwa tidak ada harapan lagi dan memberikan opsi untuk tetap dilanjutkan atau dilepaskan semua alat bantu itu. Farzan bersikeras untuk melanjutkannya, dia yang akan menanggung semua biaya rumah sakit.
Tentang polisi itu sudah beres kok, Setyo memang bersalah tapi melihat kondisinya yang seperti ini, polisi menundanya sampai benar – benar sadar. Jadi didepan kamar Setyo selalu ada polisi yang berjaga – jaga takut mereka melarikan diri.
Hari ini pula pengumuman SNMPTN, Aira gadis pintar mendapat SNMPTN dari sekolah, ia memilih UI fakultas hukum alasannya dekat dari rumah, mamanya juga tidak mengizinkannya untuk merautau jauh – jauh.
"Gila gue deg – degan," gumam Aira.
"Tenang dulu masih 2 menit lagi, Tarik panass 2 jam," canda Ayman.
Mereka berada di rumah sakit, Lestari, Ayman, Farzan, Nenek dan dirinya. Tujuannya agar ayah bisa mengetahui secara bersama pengumamn berharga putrinya ini.
"tremor gue, klikk tolongin, tangan guee udah gemeter gak karuan," ujar Aira kepada Ayman dan Farzan.
"tenang napa, dek. Jangan berisik."
"itungan ketiga diklik ya, jangan lupa bismillah dulu woy." Aira heboh sendiri sang mama dan nenek hanya memperhatikan.
" 1 2 3, KLIK." Aira menutup mata saat detik itu juga.
"Yah, ai." Napas Aira tercekat.
"kenapa woy ?!" Aira masih memejamkan matanya.
"Buka aja mata lo." Ayman greget sendiri.
"Takut, gue gak diterima ya ? yah yaudah deh bukan rezeki." Aira menundukkan wajahnya tapi matanya tetap tertutup.
"BUKA MATA LO DULU, BUJANG." Secara paksa Ayman memegang kepalanya lalu membuka matanya dan Farzan mengangkat laptop tepat didepan wajah Aira.
"Makan noh gak diterima," ujar Ayman kesel.
"GILA GUE GAK PERCAYA GUE DI TERIMA, WOY GUE JADI MAHASISWI HUKUM. MANTEP BANGET AKANG GENDANG." Aira langsung menghampiri ayahnya, berdiri dengan kepala yang condong ke telinga ayahnya.
"Ayah, denger kan kalau aku diterima di FHUI ? ayah gak mau bangun buat ucapin selamat ke aku ? ayah aku mau pas ospek ayah yang anterin. Ayah bangun dong, aku udah kangen. Yah, aku udah bikin ayah bangga belom ? ayah masih marah ya sama aku sampe gak mau liat aku ?" air mata Aira pun meluncur dengan bebas. Isak tangisnya semakin kencang ketika menyadari bahwa detak jantung ayahnya melemah.
Farzan sibuk memanggil dokter, Aira memencet tombol darurat berkali kali seraya memanggil ayahnya. Demi Tuhan, aku belum siap jika harus ditinggal detik ini juga. "Tuhan, izinkan aku sekali saja untuk membanggakan ayah, jangan engkau ambil dulu. Aku belum sempat membanggakannya, aku memaafkan segala kesalahannya, aku tidak benci dengan ayah, kumohon slamatkan." Aira didorong paksa oleh suster untuk keluar ruangan.
Mereka semua panik, berkali kali Aira mengintip lewat kaca pintu, dokter dan para suster bekerja didalam sana, ia benar – benar tidak mengerti apa yang dilakukan. Semua yang dilihatnya begitu menyakitkan. Apa ayah merasa sakit jika tubuhnya ditekan seperti itu ? disuntik oleh cairan yang tidak Aira ketahui, bagaimana jika ia memintanya untuk tetap bertahan, apakah itu egois ? jika saja rasa sakit itu bisa dibagi, Aira siap dan rela untuk menerimanya.
Sekarang ia kesal dengan dirinya, apaa yang bisa ia lakukan ? menangis ? meraung – raung kepada dokter ? menyalahkan takdir ? itu hal sia – sia, tidak berguna sama sekali. Kebahagiaan mendapatkan SNMPTN pun sirna tak ada bekas, semua tertutupi dengan rasa kalut, sedih, kecewa, marah. Seluruh tubuhnya hanya diselimuti rasa itu, Andai ia menuruti untuk menikah, mungkin ini tidak akan terjadi. Huh! Kejam sekali dunia ini.
"Ayah, bertahanlah tapi bila ayah sudah Lelah, tak apa aku akan ikhlas menerimanya."
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Militer
Genç KurguSekolah dengan peraturan super ketat, guru super killer dan olahraga yang tak ada hentinya. selain itu, murid disana harus kuat fisik maupun mental. sekolah itu terlihat biasa saja. Namun, begitu mencengkeram jika terjadi sebuah kesalahan. peraturan...