Praha, Ceko

177 22 0
                                        

Aira sudah tiba di rumah sakit sekarang ia berada di depan kamar Setyo bersama Ayman dan Farzan---sang kakak. Gadis itu tidak mengeluarkan suara apapun sejak ia melihat wujud nyata aslinya. Sedikit berbeda dari yang ia lihat terakhir kali. Kakaknya lebih gagah dengan jas yang ia kenakan, rambut yang tersusun rapi dengan memperlihatkan keningnya yang mulus, lalu ia mengenakan kacamata terlihat sangat menawan.

"Aira ?" panggilnya.

"Kak Farzan ?" tanpa aba – aba Aira memeluknya dengan erat, tak sadar air matanya pun ikut meluruh.

"Kakak selama ini kemana aja ? kenapa tega pas aku pindah kakak malah pergi ? kakak tau gak hidup aku berat banget, banyak masalah yang aku hadapin, tapi aku ngelakuin semuanya sendiri, karena kakak yang selalu aku andelin pergi tanpa kabar dan gak tau kemana," curhat Aira menyampaikan segala keluh kesahnya.

"Sekarang kakak gak bakal kemana – mana lagi, kok." Farzan menepuk – nepuk pundaknya.

"BTW, kamu dianter siapa ? pacar kamu ? udah ganti gak sama Sea lagi ?" tanya Farzan ketika matanya bertemu dengan seorang Pria yang memperhatikan drama adik – kakak itu.

"Enak aja, itu cucu angkatnya nenek Namanya Ayman dia calon dokter, loh." Aira mengenali keduanya, dan keduanya saling berjabat tangan.

"Kak, jawab pertanyaan aku," tuntut Aira.

Akhirnya mereka memilih untuk duduk dibangku ruang tunggu depan kamar rawat inap Setyo, Farzan menjelaskan kenapa dia bisa hilang tanpa kabar, selama ini dimana, dan kenapa tidak mengabari dirinya. Oke, kita mulai.

Waktu itu Farzan sedang Kuliah semester akhir, di kampus Setyo menghampiri dirinya yag sedang berkumpul dengan teman – temannya. "Farzan," panggil Setyo. Farzan sebagai anak yang penurut datang menghampiri tanpa membantah.

Saat itu sang ayah memintanya untuk pergi ke Thailand, Farzan kaget mendengar permintaan ayahnya. Namun, ia tetap menurutinya. Selama berbulan – bulan ia berbicara mengenakan Bahasa Inggris karena belum fasih Bahasa Thailand. Laki – laki itu masih tidak mengetahui alasannya kenapa disuruh tinggal disana beberapa tahun.

Farzan tinggal disalah satu rumah besar dengan segala fasilitas yang memadai, ia disana dirawat dan disayang layaknya anak. Lalu ia menyadari setelah satu tahun tinggal disana bahwa ia telah dijual oleh ayahnya demi perusahaan. Itu merupakan awal dari keserakahan ayahnya sampai rela melakukan apapun. Lestari pun tidak tau kalau anaknya diperlakukan seperti itu. Aira juga menimpali dirinya juga dijual ke seorang laki – laki hidung belang, yang sudah punya istri dan anak, dan dirinya ingin dijadikan simpanannya. Farzan kaget mendengar penjelasan itu, untungnya Aira cepat mengalihkan sehingga Farzan kembali menceritakan hidupnya.

"Kakak beruntung banget karena mereka baik banget sama kakak, tapi mereka gak pernah ngizinin kakak buat balik ke Indonesia bahkan sekedar mengirim pesan untuk mengabari kalian aja gak boleh. Ini kaka kesini bilangnya ada urusan bisnis padahal enggak, kakak kangen sama kamu," jelas Farzan, Aira tercengang gimana bisa kakaknya tertekan di negara orang, hidup sendiri di negara orang dengan Bahasa asing. Ternyata bukan hanya dirinya yang tersiksa diri tapi kakaknya punya merasakan hal yang sama. Gadis itu tidak pernah menyangka ayahnya akan sekejam dan setega itu menjual anak – anaknya.

"Kak Farzan disini aja jangan balik lagi ke Thailand, please kak." Farzan mengangguk lalu memeluk kembali adik kesayangannya itu. Walaupun dulu mereka sering beradu mulut tentang hal sepele itu tidak membuat mereka benci satu sama lain.

"Permisi, keluarga dari Bapak Setyo ?" tanya suster yang baru saja keluar dari kamar ayahnya.

"Iya dok, kami semua. Gimana kondisi ayah kami ?" tanya Farzan.

"Ayah kalian mengalami patah tulang rusuk, lalu kepalanya yang terpukul cukup keras membuatnya koma, kami tidak biasa memastikan kapan pasien sadar, jadi mohon yang doa yang terbaik saja. Jika terjadi tanda – tanda pada pasien silahkan pencet tombol darurat yang ada disebelah brankar," jelas suster.

"Kak Farzan, kenapa ayah bisa kaya gitu ?"

"Ayah kamu dipukulin sama bodyguard kliennya, laki – laki kaya raya yang mau dinikahin sama kamu. Karena ayah gak berhasil nepatin perjanjiannya ya ini resikonya." Aira menundukkan kepalanya.

"Berarti semuanya salah Aira ya ? karena Aira gak mau nikah sama dia yang kena imbasnya malah ayah sendiri. Apa aku anak yang durhaka ?" tanyanya dengan suara lemah.

"Gak Aira, itu semua salah ayah kamu gak salah. Ini semua hasil dari sebuah ketamakan ayah terhadap harta jadi kamu jangan merasa bersalah seperti itu." Ayman maju selangkah menyamai posisi tubuhnya tepat disamping Aira.

"Udah jangan sedih terus, ayok masuk liat ayah kamu." Ayman menengahi agar tidak semakin overthinking.

Kini Setyo terbaring lemah sekujur tubuh yang dipenuhi selang, beberapa anggota tubuhnya diperban seperti telapak tangan kiri, kepala, juga banyak bekas luka yang mulai membiru. Ngilu sekali melihat keadaan Setyo seperti ini. Aira sebagai anak walaupun kelakuan ayahnya kaya setan tetap saja ia tidak bisa membencinya. Terlebih lagi sebelum keserakahan menyerang ayahnya sangat baik kepada dirinya.

Aira meringis.

"Ayah, ini Farzan masih inget gak ?" tanyanya.

"Disini juga ada Aira sama Ayman, loh."

"Ayah, dikit lagi aku lulus SMA dan bakal kuliah. Aku bakal nyari uang yang banyak biar hari tua ayah tinggal uncang – uncang kaki aja di rumah sama mama. Ayah cepet sadar, cepet sembuh juga biar kita bisa sama – sama main lagi. Aku kangen nonton bioskop bareng ayah, main timezone bareng kak Farzan dan sekarang ada Ayman pasti makin seru. Ayok yah bangun," rengek Aira. Gadis itu tau tidak akan mendapatkan jawaban apapun dari sang Ayah.

"Om, kita belum sempet kenalan ya, nama saya Ayman om. Selama ini yang jagain putri om yang super cerewet ini saya, loh, om. Keren, kan saya ? saya harap pas om sadar nanti bisa nerima saya, ya." Ayman tersenyum kecil.

"Tuh yah liat, banyak orang yang nunggu dan peduli sama ayah, cepat sadar ya." Farzan mengelap air matanya yang membasahi kedua pipinya.

Beberapa saat hening mereka larut dalam pikirannya sendiri namun sorot matanya tetap tertuju pada Setyo yang terbaring lemah dengan napas yang beraturan. "Permisi." Seseorang yang mengenakan pakaian seragam polisi terlihat di ambang pintu seraya memegang kertas ditangannya.

"Ada apa ya pak ?" tanya Farzan.

"Maaf kami menganggu kalian, saya harus menyampaikan bahwa Pak Setyo terlibat kasus penjualan anak, lalu hutang dimana – mana salah satunya Bank Asoy, dan terdapat laporan bahwa Pak Setyo pengedar narkoba yang sudah lama diburu. Lalu perusahaannya sudah kami sita, dan beberapa asset lainnya seperti rumah yang berada di Kawasan Depok. Bisakah diantara kalian yang bersedia memberikan keterangan di kantor polisi ?" Farzan dengan suka rela ikut, dan menitipkan Aira kepada Ayman.

"Kabarin kalau Ayah kenapa – kenapa. Nanti kaka telpon kalau sudah beres di kantor polisi, jangan khawatir." Farzan mengikuti langkah pak polisi itu menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil polisi.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang