Beijing, Cina

417 57 0
                                    

Taksi sudah siap didepan rumah Aira. Sea berdiri didepan pintu rumahnya, memperhatikan Aira yang sedang mengangkuti barangnya. "Ai, lo mau kemana si ?" teriak Sea.

"Kepo lo." Aira menjulurkan lidahnya.

"masa gara – gara kemaren lo pindah si, sekolah lo juga dong. Nanti siapa yang gue jailin, anjis," dumel Sea.

"bilang aja kangen lo," timpal Aira.

"emang iya." Aira termenung dengan ucapan Sea beberapa detik.

"Ah, reseh lo," rengek Sea kaya anak kecil.

"bacot banget, nih." Aira memeberikan sesuatu buat Sea.

"coklat ?" Sea memandang heran coklat dan Aira secara bergantian.

"biar lo gak berisik, dah sana masuk. Belajar besok kuis Sosiologi." Aira melambaikan tangan kepada Sea yang bergeming.

Aira dan Lestari sudah berada didalam taksi, tangannya melambai – lambai kepada Sea. Saat taksi itu bergerak perlahan – lahan kaca itu tertutup. Aira menghelai napas Panjang "kita gak salah ambil keputusan, kan, mah ?" tanya Aira sendu.

Lestari hanya tersenyum lalu menarik kepala Aira untuk menyender dibahunya. Mengusap kening seraya menatap lurus jalanan. Perlahan Aira memejamkan matanya, rasa hangat memberikan kenyamanan bagi Aira.

Lestari menitikkan kembali Aira matanya "maafkan mama, Ai."

Taksi yang ditumpangi Aira sudah sampai diperbatasan Depok-Jakarta, rumah yang akan ditinggalinya sementara masih berada di Depok. "Ai, bangun. Sudah sampai." Lestari menepuk pelan pipi Aira.

"Ayo turun." Aira turun lalu menurunkan barang – barangnya dari bagasi.

Aira menatap lekat – lekat rumah yang ada didepannya. Sudah berapa bulan Aira tak berkunjung kemari, rasa rindu terhadap neneknya meluap. "assalamualaikum, nek," panggil Aira.

Wanita dengan tergopoh – gopoh keluar rumah, menyambut cucu kesayangannya. "nenek, Aira kangen." Aira memeluk neneknya sangat erat.

Nenek mengajak Aira masuk kedalam rumahnya, disana sudah disediakan makan malam untuk menyambut mereka. "nenek masak semua ini ?" ucap Aira tak menyangka.

"iya dong, untuk cucu nenek yang paling cantic ini." Pipi Aira dicubit manja.

"makasih ya, nek." Aira langsung melahap makanan yang sudah dihidangkan, ia tidak memperhatikan mam dan neneknya pergi kemana.

Uhuk uhuk

Aira lari ke dapur untuk mengambil gelas. Saat sedang meneguk air ada tangan yang menyentuh bahunya. Aira reflek menoleh dan terkejut menyemburkan airnya tepat dimuka orang itu.

"Lo siapa ?" tanya Aira.

"lo yang siapa, gue cucu nenek," saut pria itu dengan datar.

"Lah cucu nenek gue Cuma gue, lo jangan ngaku – ngaku deh." Aira menatap tajam pria itu.

"lo kali ngaku – ngaku."

"apa si ? lo tuh, nenek gue gak punya cucu reseh kaya lo."

"yang reseh itu lo, pake nyembur segala."

Aira dan pria itu saling menjulurkan lidah.

"kalian ini kenapa berantem ? sudah malam," ucap nenek yang entah kapan sudah berada disana.

"gimana gak rebut, masa cowok ini ngaku cucu nenek. Jelas – jelas aku doang cucu nenek." Aira menunjuk pria itu.

"dia reseh, nek. Masa Ayman disembur," tangkas pria yang bernama Ayman itu.

"lo kira gue dukun."

"sudah sudah, Ayman ini memang cucu nenek. Dia yang sudah menolong nenek jadi kalian jangan berantem. Pergi ke kamar masing – masing." Mereka berjalan gontai ke pintu kamar yang sama.

"lo apaan si, ini kamar gue. Ngapain lo ngikutin ?" ucap Aira yang sudah tidak bersahabat.

"ini kamar gue, apa – apaan lo," jawab Ayman.

"Ayman, tidur di sofa dulu, kamar yang satu belum nenek rapiin." Aira merasa menang langsung menarik knop pintu tak lupa untuk menjulurkan lidah. PERANG DIMULAI...

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang