New Delhi, India

247 28 0
                                    

Hari ini kelas mereka pelajaran olahraga, biasanya sebelum memulai olahraga mereka harus membersihkan lapangan terlebih dahulu. Memungut batu – batu yang berserakan agar tidak terinjak, pasir yang keluar dari kotak lompat. Karena dulu, pernah kejadian dimana seorang siswa berlari tergelincir karena pasir dan terinjak batu. Tidak ingin kejadian terulang lagi, maka dibuatlah peraturan seperti itu.

Pada umumnya jam olahraga dimulai pukul tujuh pagi, namun Bu Suwiti menyuruh setiap siswa yang akan berolahraga datang pukul 5 pagi dengan alasan agar tidak kesiangan solat subuh. Absen akan ditutup pukul setengah enam.

Aira turun dari motor di depan gerbang, lampu sekolah masih menyalah penerangan yang temaram membuat bulu kuduknya berdiri. Aira mempercepat langkahnya saat melewati lab computer, pintu kelas 11 IPA 1 terbuka lebar, gadis yang sedari tadi menatap lurus tiba – tiba menoleh kea rah sana. Tak disangka kerangka tubuh manusia yang seharusnya ada lab malah terpanjang tepat disamping pintu.

"AAAA." Teriak Aira seraya berlari secepat kilat.

Teman – temannya yang melihat merasa bingung. "HEH! Pagi – pagi udah teriak – teriak," sahut Zigo.

"Kaget anjir gue, itu siapa si yang naro kerangka tubuh disitu bikin orang jantungan aja. Sial," umpat Aira.

"Lo nya aja pengecut," timpal Sea.

"Tapi gue lebih takut sama temen makan temen si," ejek Aira seraya menoleh kearah Sea.

"Anjay juga." Dino tersenyum puas.

"HEH! Itu kenapa malah ngumpul – ngumpul bukannya nyapu ?" tanya Bu Suwiti yang tiba – tiba muncul.

Mereka langsung memisahkan diri dan mengambil posisinya masing – masing. Aira mendekat ke meja absen. "Kamu ngapain ?" tanya Bu Suwiti.

"Absen, bu." Aira menatap polos.

"Jam segini baru datang ? kamu gak salat subuh ?" cerca Bu Suwiti.

"Solat kok, bu," jawab Aira.

"Yaudah buruan absen, abis itu pasangin kaos kaki ibu ya." Aira tersenyum kikuk.

Aira berjongkok tepat didepan kaki Bu Suwiti memasangkan kaos kaki dengan telaten. Bu Suwiti ini memiliki penyakit sama tulang belakangnya, semua tulang punggungnya sudah berganti dengan besi. Tak heran, sebagian siswa menyebutnya wanita tulang besi sehingga beliau tidak bisa membungkukkan badannya. Jika berjalan saja harus bertumpu pada apapun yang berada didekatnya.

Sudah banyak sekali operasi yang dijalaninnya, beliau hidup dengan bantuan obat – obatan yang sangat banyak. Kadang, sedih mendengar ceritanya yang sudah bosan meminum obat, tetapi semangat mengajarnya tidak sirna. Tidak menjadikan penyakitnya sebagai alasan untuk tidak ngajar. Pengetahuannya tentang olahraga sangat luas, siswa disini sangat bangga mengenalnya.

"selesai, bu." Aira berdiri berniat untuk menaruh tas didalam kelas.

"hey nak, mau kemana ?" panggilnya.

"Sini dulu, saya mau minta tolong lagi. Pesankan ibu telor asin 50 butir, besok ibu mau ada acara." Ucapannya sukses membuatnya membulatkan mata.

"Ha ?" kata refleks yang keluar dari mulut Aira.

"Ha ho ha ho. Nih uangnya, jangan lupa ya, nak." Aira mengangguk pasrah.

***

Mereka semua disuruh lari mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali. "Masih pagi, jangan lemes. LARIII."

"AAA DO KYUNGSOO I AM COMINGG," teriak Aira untuk menyemangati dirinya sendiri.

"Brisik lo." Aira melirik sinis.

Brukk

"Raida ?" Sea balik badan menolong Raida yang terjatuh.

Aira menoleh menatap nanar punggung Sea yang sedang membantu Raida berdiri.

Kaki Raida tersandung lubang untuk tiang bermain voli. Aira berdecih sebal sudah 3 tahun sekolah disini masih tidak tau sisi kanan dan kiri lapangan ada lubang tiang. Sea menggendongnya dipunggung membuat sebagian siswa berdecak kagum seraya merasa iri dan ingin jatuh juga. Oiya, Bu Suwiti menganjurkan lari tanpa sepatu jadi kakinya berdarah lumayan banyak.

"Lemah," gumam Aira.

"Iri bilang boss," ejek Zigo.

"Heh! Bacot," timpal Aira.

"BTW, gimana lo jadi nyari duit gak ?" tanya Zigo.

"Jadilah, ini gue udah bikin beberapa naskah. Nanti tinggal dipilih aja yang paling bagus," ungkap Aira.

"Semuanya juga boleh. Gimana kalau nanti sore, lo langsung aja ketemu Ridani nanti gue temenin deh." Zigo menaik turunkan alisnya.

"Dimana ?" tanya Aira.

"Kafe yang waktu itu lo diturunin sama Ridani aja." Aira mengangguk setuju.

Pelajaran olahraga terhenti akibat Raida celaka. Mereka bersyukur lalu menganti pakaiannya.

Sea di UKS mengobati luka Raida. "Tahan ya kalau sakit," ucap Sea dengan lembut.

Tangannya ngoleskan betadine lalu menutupnya dengan kasa. "lo istirahat aja dulu, nanti gue izinin ke guru yang masuk dikelas." Tangan Sea ditarik.

"Gue punya rasa sama lo." Sea bungkam.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang