Antananarivo, Madagaskar

319 39 0
                                    

Aira mengangguk pelan, Ayman masih terpukau dengan kedatangan mereka. "Ada apa ya ?" cicit Aira.

"Kami datang untuk menjemput anda." Aira dibuat bingung.

"siapa kalian ?" Tanya Aira dengan wajah kebingungan.

"anda tidak perlu tahu kami siapa, sekarang ikut kami," ucapnya dengan tegas.

"gimana gue bisa ikut kalian, kalau kalian aja gak gue kenal. Gue gak mau," jawab Aira.

"saya tidak menerima penolakan dan tidak butuh persetujuan anda." Ayman tersulut emosi.

"Ya gak bisa gitu dong, kalau dia udah bilang gak mau, ya gak mau. Gak usah maksa," timpal Ayman.

Tanpa aba – aba dua lelaki yang berpakaian sama menghampiri Aira lalu menyeret paksa Aira mengikut dengannya. Aira membrontak dengan menggerakan tubuhnya secara bruntal. "gue gak mau ikut kalian. TOLONGGGG!" teriak Aira.

Baru saja ingin melangkah tangan Ayman sudah ditahan dengan yang lain. "Ayy, tolongg gueee," lirih Aira.

"TOLOOONGGGG!" Aira teruss berteriak meminta tolong namun tak ada satupun yang menghiraukannya.

Aira dipaksa masuk kedalam mobil mewah itu, diimpit dengan dua lelaki asing. "Apaan si jangan deket deket, bukan muhrim." Aira menggeser – geserkan tubuhnya.

"luarnya doang keren dalemnya sempit," gumam Aira.

"ini mau kemana si ? gue kan belom mandi," ujar Aira.

Aira celingak celinguk didalam mobil itu. "gue laperrr mau makann," ucap Aira.

"Gue mau pulanggg." Aira memasang wajah memelas.

"Kang, mas, om guee laperr, ini masih jauh gak si ?" Aira menarik narik lengan pria kaku bak patung itu.

"Mas, gagu ya ? daritadi gue ngomong gak dijawab – jawab. Om, sayaa laperrrr. Tolongg sayaa laperrr, nanti saya mati kelaperan kan gak elit, om," celoteh Aira.

Percakapan yang absurd, selama itu tidak ada yang berbicara keheningan menyelimuti Aira.

"turun." Aira masih kebingunan sudah diseret turun.

"Iya sabar kali, gue bisa jalan sendiri." Kejutan apalagi ini, Aira berdiri disebuah Gedung mewah yang sudah terhias dengan bunga – bunga. "Lo mau ngajak gue kondangan ya ? segitu jomblonya sampe ngajak orang gak kenal buat kondangan." Aira cemberut melihat respon dari lelaki itu.

Kedua tangan Aira digandeng. "lepasin kek," grutu Aira.

"Anjrit, rame banget malu woy, gue masih pake piyama gini." Lagi – lagi ucapan Aira tak dihiraukan.

"Mau ngapain si ? daritadi gue diseret – seret gak jelas, emang gue kambing kurban apa ?" Aira didorong memecah belah krumunan para lelaki berjas hitam.

"Halo sayang," ucap seseorang pria bak sugar daddy.

"Lo siapa ?" ucap Aira panik.

"Gak usah takut, sebentar lagi kamu akan jadi istri saya." Pria itu mendekatkan wajahnya hingga tak ada jarak diantara Aira dan dirinya.

"Gak usah ngimpi deh, gue gak mau nikah sama lu." Aira melangkah mundur.

"Andai saja kamu nurut dengan perintah ayahmu, saya tidak akan berbuat senekat ini,"ucapnya seraya tersenyum samar.

"Gue gak kenal lo, lo siapa ?" tanya Aira.

Pria itu membuka kacamatanya perlahan, Aira menatap intens wajahnya sangat familiar.

"Lo ? UDAH GILA," ucap Aira secara spontan.

"Iya gue gila setelah melihat lo pertama kalinya," ucapnya. 

Aira mengingat kejadian saat berada dipusat perbelanjaan, pria itu menanyakan toilet dimana. itupun hanya sekilas, bagaimana bisa dia mengenalnya dengan begitu cepat, padahal hanya sekilas saja. Aira saja tidak akan ingat kalau bukan matanya yang indah dengan iris mata berwarna abu - abu.

"Lo gak bisa kaya gini, gue gak cinta sama lo, gue gak mau jadi istri lo. Brengsek." Aira menatap tajam Pria yang terkekeh itu.

"Gue ini kaya, ganteng apalagi si yang kurang dari gue ? kenapa lo nolak gue terus ?" tanyanya setengah frustasi.

"karna gue gak cinta sama lo, cinta itu gak bisa dipaksakan." Aira menunduk lemah.

"Bullshit, cinta itu penghalang, dan gue gak percaya soal cinta," pria itu mulai geram.

"Kalau lo gak percaya soal cinta, kenapa lo pengen ni---" ucapan Aira terpotong oleh suara bass yang sangat familiar.

"Sudahlah terima saja, semakin menolak semakin gencar pula saya mengintaimu." Aira menoleh kebelakang, waw, Aira kembali dikejutkan melihat siapa dalang dari semua ini.

"brengsek."

"Anda menjual anak kandung anda ? tega sekali. Apa yang seperti ini masih bisa dipanggil ayah ? apa yang seperti ini masih pantas disebut ayah ?" Aira geram melihat pria tua bangka itu.

"Terlalu bullshit hanya memikirkan itu, uang berkuasa atas segalanya. Jika saya mempertahankanmu, apa yang saya dapat ?" sautnya dengan santai.


"Baik, uang mengendalikan hati Nurani anda," sarkas Aira.



setelah kejadian itu, Aira selalu dibayang – bayangi pria berjas, dimana ia berada pasti ada saja yang mengawasinya. "sial." gerak geriknya diperhatikan, bagaimana caranya kabur kalau begini.

"buat apa gue di rumah mewah bak istana kalau suasananya kaya neraka begini ?" Aira menghelai napas berat.

"Lo disini aja, jangan kemana – mana karena sebentar lagi ada meeting penting. Awas lo sampe lo kabur." Aira tersenyum kecut menanggapinya.

"gue kan mengharapkan pernikahan yang romantis, yang saling mecintai, ini belum apa – apa udah dimarahin. Kalau udah nikah bisa – bisa KDRT," dumel Aira. 


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang