Male, Maladewa

234 22 2
                                    

Hari yang cerah ini sangat pas untuk jalan – jalan sore disekitar taman kota. Zigo bersama pacarnya sedang berkeliling sesekali mampir ke pedagang kaki lima untuk membeli jajanan. Niatnya memang mencari makanan, tangan mereka saling bertautan. Tangan yang lain memegang makanan yang dibeli.

Gadis itu membeli jajanan SD 4c, cilok, cimol, cireng, cilor, makanan penuh micin. Zigo tersenyum melihat sang pacar makan seraya bercerita. "Zigo, kapan – kapan lagi ya." Zigo tersenyum tulus.

Perasaan bersalah datang begitu saja, memaksa mengambil alih perasaannya. Angin sore yang menerpanya tubuhnya seolah – olah membawa perasaan itu, manik matanya melirik gadis yang sedang menyantap makananya. Terlihat ia sangat menikmatinya.

"Mira," panggil Zigo.

"Ya ? kamu mau ?" tanyanya seraya menunjukan cilornya.

"Enggak. Aku mau minta maaf ya." Zigo tersenyum gentir.

"Loh? Kenapa ?" tanyanya bingung hingga dahinya mengkerut.

"Selama ini kamu bukan satu – satunya," ungkap Zigo mampu membuat mata sang gadis membulat sempurna.

"Maksud kamu gimana ? aku gak ngerti."

"Maaf, aku main belakang, aku punya cewe lain."

"Kamu punya berapa cewe ?"

"kamu sama dia," cicitnya.

Mira menghelai napas Panjang.

"Kenapa kamu baru bilang ? alesannya apa ?"

Zigo kaget dengan respon Mira, responnya tidak seperti ekspetasinya.

"Kok kamu gak marah ?"

"aku tau kamu punya alasan untuk itu, aku gak berhak untuk nanya lebih jauh lagi. Yang aku mau sekarang kamu tentuin pilihan kamu, kalau kamu mau dia silahkan tapi putusin aku. Kalau kamu pilih aku, kamu putusin dia sekarang depan mata aku."

Zigo langsung mengeluarkan ponselnya dari kantong tanpa basa basi jarinya dengan lincah mencari nama Zira---sang pacar kedua. Menunggu beberapa saat untuk diangkat, setelah tersambung Zigo langsung mengatakan putus. Tanpa dijelaskan, tanpa alasan langsung dimatikan lagi. Setelah itu semua social medianya diblokir.

"kok diblokir ?" tanya Mira.

"Aku gak mau nyia – nyiain kamu, gadis baik hati, pengertian dan aku ngerasa beruntung dipertemukan sama kamu. Maaf aku sempet nyia – nyiain kamu dan sekarang dengan baik hatinya kamu ngasih aku kesempatan buat memperbaiki semuanya."

"kata siapa aku ngasih kesempatan ke kamu ?"

Zigo melongo.

"Aku gak bisa sama cowok yang suka selingkuh, aku juga tau kamu godain siapa aja di sekolah. Jangan mentang – mentang aku beda sekolah sama kamu, aku gak tau. Kamu sempet berantem, kan sama cowo yang Namanya Dino ? karena kamu deketin Misha."

Zigo kaget bukan main. Gimana bisa gadis itu tau ?

"Maaf yang hubungan kita sampe sini aja, kamu bisa cari cewe yang bisa nerima kamu dan masalalu kamu. Aku permisi."

Ah apa ini karma ya tuhan ? kok rasanya sakit banget ? apa ini yang dirasain cewe – cewe yang didekatinya lalu ditinggali ? Argh kenapa sakit banget ? kenapa rasanya gak rela ditinggal sama cewe sebaik itu ? tapi mana ada cewe baik yang mau punya pacar sejahat dirinya ?

Zigo menjambak rambutnya sendiri, pertanyaan – pertanyaan terus bermunculan membuat kepalanya mumet, pening, rasanya ingin menjedoti kepalanya ke pohon beringin yang ada didepannya. "gak tau diri lo, Zigo."

***

Setyo terus didesak oleh Alfa, berkali – kali Setyo dipukuli oleh bodyguard Alfa. Yam au gimana lagi, anak gadis nya itu melarikan diri. "Stop."

"kalau anda gak sabaran silahkan culik anak saya sendiri."

"Lo laki tapi gak bisa dipegang omongannya ya," ujar Alfa.

"silahkan anda keluar, dan saya akan transfer duit anda kembali, saya tidak peduli saya bangkrut."

"Beraninya lo main – main sama gue."

"saya gak peduli." Setyo berdecih didepan pria angkuh itu.

Jari Alfa menjentik dan detik itu juga para bodyguardnya kembali memukuli Setyo tanpa ampun. Pria paruh baya itu sudah lemah tak berdaya, tubuhnya mengeluarkan darah dari mulut, hidung dan wajahnya yang sudah benyok tak terbentuk.
tubuhnya terkulai lemas "Payah." Alfa meludahi wajah pria itu lalu pergi dari ruangan megah itu.

Para bodyguardnya mengikuti langkah sang bos dengan angkuh. Setalah orang – orang itu keluar, seorang pria dengan tubuh tegap berbalut jas hitam juga kacamata hitam yang bertengger dihidungnya.

"Ayah," lirihnya.

Setyo melirik sekilas matanya buram sehingga tak dapat melihat jelas pria yang berjongkok didepannya. Tak lama kesadarannya pun hilang. Pria muda itu membopongnya lalu membawanya ke rumah sakit terdekat.

Aira sedang menonton film bersama di ruang tengah, ponselnya berdering berkali – kali menganggu konsentrasinya. "siapa si ?" ia berdecak sebal.

"Ini siapa coba orang kurang kerjaan nelpon sampe 5 kali gini, mana gak ada namanya lagi," dumel Aira.

"angkat aja si," timpal Ayman.

Mengikuti saran Ayman ia mengangkat telpon itu, ponselnya ia tempelkan ke telinganya pelan – pelan, ia sempet ragu takut orang jahat yang menelponnya.

"Halo ?"

Aira membesarkan volumenya sehingga Ayman dapat mendengarnya, jaga – jaga siapa tau orang jahat yang berniat menghipnotisnya.

"Aira ?"

"Iya."

"Ayah kamu masuk rumah sakit."

"Ayah ?" tanyanya

"Iya pak Setyo."

"ini siapa ?"

"Kakak kamu."

"Kak Farzan ?" suaranya bergetar.

"Iya."

"kaka kemana aja selama ini ? kenapa gak ikut aku pindah ? kaka apa kabar ? gak tau kalo aku kangen ?" Aira menangis.

"Udah jangan banyak tanya sekarang kamu kesini aja."

"Tunggu aku kak."

Aira langsung mematikan sambungan itu, tanpa menganti baju gadis itu menarik Ayman untuk mengantarnya ke rumah sakit. Tujuan utamanya bukan menjenguk ayahnya tapi bertemu kakaknya yang sudah lama pergi tanpa kejelasan.

"Ayman buruan," teriak Aira dari halaman rumah.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang