Ayman baru saja keluar dari kampusnya, hari ini ia praktek hingga pulang larut malam. Selain itu ia juga mengikuti beberapa organisasi kampus dan sudah biasa pulang tengah malam seperti ini.
Setelah cepaka cepiki bersama temannya Ayman memutuskan untuk pulang. Ia mengendarai motor maticnya. Pikirannya sangat dewasa ia tidak ingin membeli motor mahal sebelum benar – benar sukses. Pasalnya, untuk apa bergaya sok kaya, sok keren padahal tak punya apa – apa.
Teman – temannya juga tidak mempermasalahkan hal itu, mereka berteman dengan tulus tak mandang harta atau apapun itu.
Jalan besar sudah sepi, kendaraan yang lewat bahkan bisa dihitung jari. Hawa dingin menyusup masuk kulit putihnya, walaupun sudah memakai jaket bomber tetap saja terasa dingin.
Sayup – sayup telinganya mendengar sebuah tangisan seseorang. Sekujur tubuhnya mulai merinding apalagi jembatan merah yang ia lewati sekarang, rumornya pernah ada seorang wanita bunuh diri akibat diperkosa secara bergilir.
Lampu jalanan yang tidak begitu terang membuat penglihatannya sedikit buram ditambah lagi ia mengantuk. Beberapa kali Ayman mengerjapkan matanya untuk memperjelas yang dilihat. Gadis berambut Panjang duduk lesehan dengan kedua kaki ditekuk, umpatan serta ocehannya semakin terdengar jelas. "Gak mungkin setan, mana ada setan yang suka mengumpat," gumam Ayman untuk menyakinkan dirinya sendiri.
Ia berhenti tepat didepan gadis itu, lalu turun menghampiri gadis itu. "Sista, ngapain malam – malam sendirian ?" tanya Ayman.
Tangisannya semakin kencang.
"Brengsek."
"Tenang, saya orang baik bukan brengsek. Rumah kamu dimana ?" Gadis itu mendongakkan kepalanya.
Mata yang hitam akibat lunturnya maskara dan eyeliner, rambut yang berantakan, 3 kancing teratas dimejanya terbuka, sudut bibir yang memar membuat Ayman ternganga. "Kamu kenapa bisa gini ?"
Ayman mengeluarkan kotak P3K bekas praktek tadi. Sangat telaten tangannya mengobati luka – luka yang tersebar diwajahnya. "LO NASYLA ?" kaget Ayman ketika menyadari dia merupakan teman lamanya.
"ikut gue pulang." Ayman menarik gadis itu tanpa menunggu respon darinya.
Perasaan Ayman berkecamuk, ia masih tak percaya gadis yang ia bonceng adalah teman masa SMA nya dan cinta pertamanya. Ingat sekali, gadis itu peduli padanya namun karena satu dan lain hal mereka tak bisa melanjutkan hubungannya.
Ayman merapalkan doa – doa agar tidak terjadi traumatik dengan temannya itu. Ayman tau gadis itu masih menangis, "Jangan nangis, hati gue sakit."
***
Ayman mengobati luka lebam itu dengan telaten. Sesekali matanya melirik ke wajah gadis itu, ia masih tak menyangka bisa bertemu dengan teman lamanya. Setelah selesai, Ayman merapikan P3Knya. Nasyla menundukan kepalanya, kedua tangannya dipakai untuk menutup muka agar meredam isak tangisnya.
"ekhm," dehem Ayman untuk mencairkan suasana.
"mau cerita gak?" tanya Ayman.
Nasyla mengangkat kepalanya menatap penuh arti, entah dorongan dari mana Ayman memeluknya sangat erat. Tangan kanannya mengusap punggung gadis itu. "tenang ya, ada gue."
"gue takut," lirihnya.
"Kenapa ? gue gak ninggalin lo."
"gue kotor, man. Gue udah gak ada harga dirinya lagi, gue bukan perempuan baik – baik." Perasaan berkecamuk hingga emosinya tak dapat ditahan.
"Siapa yang ngelakuin, La ?" tanya Ayman.
Nasyla diam.
"jawab gue," lirih Ayman.
"Gue gak tau, gue gak kenal. Laki – laki brengsek entah dari mana, yang gue tau dia selalu nyebut nama Aira," ungkap Nasyla.
Deg.
Seakan alam membenci dirinya, kebetulan macam apa yang ia hadapi sekarang ini ? Ayman menggeleng kepala kuat, berusaha berpikir positif yang Namanya Aira banyak bukan dia doang.
"Lo tau ?" tanya Nasyla.
Ayman tersenyum kikuk, lalu menggeleng cepat. "Lo nginep disini, ya ? lo ke kamar gue aja, biar gue di ruang tamu." Ayman mengantarkan Nasyla lalu kembali ke ruang tamu. Badannya direbahkan di sofa yang cukup sempit.
Matanya memandang langit – langit rumah, pikirannya terus berkeliaran, mulut yang terus – menerus menguap, membiarkan matanya terpejam hingga terlelap dengan sendirinya.
Aira yang baru saja bangun tidur menemui Ayman berada di sofa merasa heran. "Woy, ngapain lo tidur di sofa ? kaya gak punya kamar aja lo." Aira mengguncangkan tubuhnya.
Ayman yang terusik membuka matanya perlahan. "Kebo," ejek Aira.
"Sana ih, gue masih ngantuk abis lembur," sahut Ayman.
"UDAH SIANG BUJANG, LIATTT JAM SANA. APA LO GAK KULIAH ?" teriak Aira tepat dikupingnya.
"SIAL."
Ayman lari menuju kamarnya, Aira yang masih setia berdiri disana mendengar suara teriakan ikut berlari. "Wah, man lo apain nih cewe ?" tanya Aira dengan mata mengintimidasi.
"Bacot, keluar sana. Lo gak sekolah ?" Aira menggelengkan kepala.
Ayman menaikkan satu alisnya seolah bertanya kenapa. "hari minggu, rajin banget gue sekolah."
"Bajingan, tau hari minggu ngapain bangunin gue ?" Aira hanya cengengesan.
"Btw, siapa man ? gue aduin nenek lo," ancem Aira.
"Brisik sana keluar, temen gue." Ayman menarik Nasyla keluar kamar meninggalkan Aira.
"GEDE JUGA NYALI LO BAWA CEWE NGINEP," teriak Aira.
Ayman berpapasan dengan sang nenek. " eh ? siapa man ?" nenek menatap intens gadis itu.
"temen Ayman, nek. Maaf gak izin nenek dulu." Nenek mengangguk kemudian berlalu begitu saja, ia mengerti ekspresi Ayman yang sudah memelas.
"AYMAN, KAPAS MUKA GUE MANAA ?!" ayman terkekeh mendengar teriakan Aira.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Militer
Fiksi RemajaSekolah dengan peraturan super ketat, guru super killer dan olahraga yang tak ada hentinya. selain itu, murid disana harus kuat fisik maupun mental. sekolah itu terlihat biasa saja. Namun, begitu mencengkeram jika terjadi sebuah kesalahan. peraturan...