Pria paruh baya itu sedang duduk santai dibangku kebesarannya. Ruangan yang tertata rapi hingga siapapun betah berada disana. Namun, ketika menyadari siapa pemiliknya pandangan seseorang akan berubah. Mengingat sifat tempramen menjadikan suasana ruangan ini begitu menyeramkan.
Setyo seorang pengusaha sukses tetapi tidak sukses mengurus rumah tangganya, miris. Kantornya dianggap sebagai rumah pertama untuk mendapatkan ketenangan, walaupun banyak wanita – wanita haus belaian masuk tanpa izin lalu menamparnya. Menurutnya itu wajar dan tidak dipermasalahkan, semuanya dianggap angin lalu.
Pintu berwarna coklat dengan ukiran ditengahnya terbuka lebar menampilkan seorang pria muda yang sangat berwibawa. Pria itu datang bersama dua bodyguard berbadan kekar. Setyo terkejut bukan main, wajahnya berubah menjadi masam. Setyo berdiri menyambutnya dengan pandangan hormat.
"Ada perlu apa anda kemari?" tanya Setyo tegas.
"Gak usah pura – pura gak tau. Aira kabur, saya ingin menagih semua hal yang ada diperjanjian." Alfa pria kaya raya ia memiliki tiga cabang perusahaan, satu mansion, dan satu istri. Dikalangan para pembisnis ia merupakan pemilik saham terbesar, jadi sangat menguntungkan untuk dana suntikan.
"Tenang, Aira pasti akan jadi milik anda dalam waktu dekat ini," ujar Setyo.
"Anda mengiming – ngiming saya dengan hal yang gak pasti. Jika dalam tiga hari anda gagal, semua kontrak saya batalkan," ancam Alfa.
Wajah Setyo pucat pasi mendengar ancaman Alfa. Bagaimana tidak ia salah satu pria gila harta, apapun akan dilakukan demi harta. Ia tak peduli cara halal atau haram yang digunakan asal iya tetap kaya. Egois, bukan ?
"Anda gak bisa gitu dong, kita kan sudah sepakat, anda tidak bisa memutuskan sebelah pihak," timpal Setyo.
"Kenapa tidak bisa ? uang saya, jika saya tidak setuju maka sah sah saja untuk dibatalkan," sahut Alfa.
Setyo geram.
"Saya tidak akan segan – segan menutup perusahaan kecil anda, bagi saya sangat mudah. Jangan coba – coba membohongi saya. Waktu anda 3 hari, saya akan kembali. Permisi." Alfa keluar bersamaan dengan dua bodyguardnya.
Melangkah dengan sangat berwibawa ditambah wajah yang berkarisma membuat para wanita meleleh melihatnya. Pesona yang begitu mengikat seolah – olah ia pria baik padahal jauh diluaran sana ia memiliki banyak wanita malam.
Setyo mengerang keras, tangannya sibuk menjambak rambutnya sendiri. "Sial," umpatnya.
***
Tak tahan berlama – lama bergelut dengan tumpukan kertas. Sejak kedatangan Alfa mood Setyo berubah drastis, ia merasakan hawa panas diruangannya. Mengingat hari ini jadwal padat mau tak mau ia harus menunggu berjam – jam diruangannya.
Pegawai serta sekretarisnya menjadi korban amukan, seperti sekarang. Mia sekretaris setyo yang datang untuk meminta tanda tangan malah kena semprot. "Kamu gak tau saya lagi gak mau dinganggu ? ngapain masih masuk ?" tanya setyo sinis.
Mia hanya bisa menunduk pasrah. "kosongkan jadwal saya dari jam 3 sore, saya gak mau tau," ujarnya.
"Ta—tapi, pak jam 4 ada rapat sama modeling kita," jelas Mia.
Setyo menggeram, ia berakhir dibangku kebesarannya itu hingga rapat selesai.
Setyo menyalakan mobilnya pikirannya kacau, matanya melirik jam ditangan kanannya. Waktu menunjukan pukul 9. "Arghh." Rapat yang ia laksanakan tadi tidak berjalan dengan mulus, klien memutuskan kontrak akibatnya suasana hati Setyo makin buruk.
Mobil yang dikendarainya berjalan sangat cepat, siapapun yang menghalangi jalannya ia tak segan – segan membunyikan klaksonnya berkali – kali bahkan berteriak dengan umpatan – umpatan kasar. "MINGGIR BRENGSEK," teriak Setyo pada pengendara motor yang berada didepan mobilnya.
Pengendara lain memperhatikan tingkah pria itu. Ia tetap tak peduli. Lampu merah saja ditrobos olehnya. Tiba sudah disebuah klub malam. Setyo berjalan dengan gontai, "Satu botol wine."
Setyo mabok berat, matanya sudah berkunang – kunang, kepalanya pusing tapi mulutnya masih saja berceloteh tak jelas. Untungnya, lampu yang remang – remang dan suara deguman yang keras membuat suaranya tak didengar banyak orang. "Hai cantik," godanya.
Penjaga bar itu menatap sinis, membrontak saat tangannya disentuh. "Galak banget si."
Setyo menarik gadis itu dengan sangat kasar lalu gadis itu berkata, "Lepasin brengsek, gue bukan Aira."
"Jangan brisik cantik, kamu itu maunya apa si ? saya nikahin gak mau, saya ajak baik – baik berontak. Gara – gara kamu saya bangkrut, dasar jal***." Tangan setyo menampar pipi mulus gadis itu hingga bercetak telapak tangannya.
Gadis itu sudah menangis tersedu – sedu. Setyo tetap memaksanya masuk untuk melayaninya. Tak bisa berkutik, ia hanya bisa pasrah dengan apa yang dilakukan pria asing dihadapannya. "BRENGSEK."
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Militer
Teen FictionSekolah dengan peraturan super ketat, guru super killer dan olahraga yang tak ada hentinya. selain itu, murid disana harus kuat fisik maupun mental. sekolah itu terlihat biasa saja. Namun, begitu mencengkeram jika terjadi sebuah kesalahan. peraturan...