Pengambilan nilai mata pelajaran olahraga hampir selesai, penderitaan Aira semakin menjadi. Entah kenapa setelah berbincang sebentar dengan Raida membuat moodnya hancur, hingga 4 materi mengulang semua. Sial, saat senam irama ia lupa Gerakan lalu didiskualifikasi, lempar cakram malah jatuh didepan kaki, basket sepuluh kali percobaan hanya masuk 3, dan yang lebih parahnya lagi ketika ia melakukan senam lantai, boro – boro berguling berdiri diatas matras saja sudah membuatnya bergetar hebat.
Satu Angkatan mengejeknya, kelemahannya menjadi guyonan bagi mereka. Raida yang tak habis – habisnya mengunjing bahkan secara terang – terangan menyindirnya. Ingin sekali rasanya mencabik mulut cabenya, menampar pipinya bahkan mendorong tubuhnya hingga jatuh walau harus masuk BK disaat terakhir menurutnya tak masalah. Toh, selagi rasa puas itu ada, kenapa tidak ?
Aira rasanya mau tenggelam di laut, kalau ditanya gimana perasaannya saat ini, malu ? pasti, kecewa ? tentu saja, marah ? iyalah siapa yang gak marah jadi bahan ejekan. Tetapi, apa yang bisa diperbuat ? hanya diam untuk menahan semuanya.
"Ai ?" panggil seseorang dengan lembut menyadarkan Aira dari lamunanya.
"Bisa ngomong sebentar gak ?" tanyanya.
"Gue capek, gue gak mau debat sama lo. Bisa nanti aja gak ?" parau Aira.
Setidak semangat itu, dirinya lemah tak ada sumber kekuatan untuk menjadikannya kuat. Alisha mengangguk mengerti lalu meninggalkan Aira sendirian dikelas.
Matahari mulai tenggelam, langit hampir gelap suara bisik – bisik masih terdengar, pluit masih bertiup, lontaran kata Bu Suwiti masih terdengar. Beliau memiliki semangat mengajar yang tinggi walaupun dirinya tidak sebugar dulu, semangatnya tak pernah patah. Pluit terakhir lalu teriakannya memanggil seluruh murid untuk berkumpul. Aira segan ia memilih untuk berdiam dikelas hingga kelas benar – benar dibubarkan.
"Ini Aira mana ? dia yang remedial paling banyak, kok gak ikut kumpul ?" tanya Bu Suwiti.
"Sea, cari Aira." Laki – laki itu mengangguk patuh lalu berjalan menelusuri setiap kelas. Dia menemukan gadis itu duduk dipojok kelas seraya menatap kearah jendela tak lupa headset yang menyumpal telinganya.
"Ai, dicari Bu Suwiti," ujar Sea tanpa basa basi.
Gadis itu bergeming tak berniat untuk menyusul kesana, sudah tidak peduli. Aira bukan gadis muka tebal yang bisa santai atau bodoamat dengan masalah, sepele ataupun besar semua terasa beban baginya. "Ai ?" panggilnya lagi.
"Gue gak mau," jawab Aira singkat.
Sea menoleh kearah luar ternyata sudah bubar "Udah bubar tuh, lo pulang sama siapa ? mau bareng ?" tawarnya.
"urusin aja pacar lo, gak usah sok peduli sama gue." Aira bangkit dari duduknya lalu berjalan melewati Sea tanpa menoleh sedikitpun.
Baru 5 langkah dari kelas Namanya sudah diteriaki saja. Aira berjalan dengan gontai, wajah datar, hati mendumal. "Ini kamu remedial banyak banget, mau ngulang kapan ?" jarak mereka masih satu meter lebih tapu Bu Suwiti sudah mencercanya.
"Ibu kan liat tadi, saya gak bisa kalau ibu suruh saya ngulang terus yang ada ngabisin waktu ibu tapi saya tetep gak bisa, kalau boleh saya minta tugas pengganti saja seperti biasanya," sahut Aira dengan santai disambut dengan decak marah.
"Kebiasaan kamu mah, yaudah bikin makalah setebel mungkin tapi nilai kamu Cuma 80 gak kaya yang lain." Aira mengangguk lalu pamit pergi.
Parkiran sekolah mulai sepi, gerbang sekolah masih ramai dipenuhi murid – murid yang ingin pulang. Para pentolan sekolah yang merasa sekolah miliknya, emang gak ada adab bisa – bisanya mereka berhenti tepat ditengah jalan hanya untuk menggoda gadis – gadis yang berlalu Lalang. Jumlah yang lumayan banyak membuat jalanan terasa padat, klakson saling bersautan namun tak dihiraukan.
"mau nangis aja," gumam Aira.
"Ayo pulang bareng." Seseorang menarik pergelangan tangannya tanpa izin.
"Gue gak mau." Aira menghempaskan tautan tangan itu dengan kasar.
"Kenapa si ?"
"Ya lo pikir aja, udah punya pacar malah ngajak gue pulang bareng. Lo seneng ya ngeliat gue dikatain PELAKOR ?!" bentak Aira.
"Dia udah putus, kok. Tenang aja." Suara bariton milik Dino.
"Gue tetep gak mau pulang bareng lo." Kalimat final yang keluar dari mulut Aira.
"Lo itu salah paham, kita semua gak nganggep kaya apa yang lo pikirin, lo tetep temen kita, sahabat kita sampai kapanpun itu. Lo jangan sungkan buat minta tolong sama kita," ungkap Zigo hingga memberhentikan langkahnya.
"Gue gak mau naif, gue gak muka tebel mana bisa gue temenan sama kalian lagi, sedangkan gue udah ngerebut pacar orang yang statusnya tunangan ?" cicit Aira yang masih bisa didengar oleh teman – temannya.
Mereka menghelai napas kasar secara bersamaan, Aira melangkah ke gerbang lalu menaiki motor Ayman yang sejak tadi sudah melambaikan tangan kearahnya. "Ai, gue ada kabar suka sekaligus duka," kata Ayman.
"Apaan ?"
"Sukanya ternyata orang yang mencak – mencak waktu itu bilang gagal nikah itu temen SMA gue Namanya Raka, dia kesel sama bokap lo tapi marahnya ke elo karena gak berani, dia karyawan bokap lo. Dukanya bokap lo kena kasus, Ai." Aira tersenyum kecut.
"Bokap lo dilaporin, tadi gue sempet denger pas tante Lestari angkat telpon, bokap lo butuh duit dan bener – bener mau jual lo. Gue mohon banget sama lo, jaga diri lo bisa aja sewaktu – waktu ada orang suruhannya buat nangkep lo," sambungnya.
"Pusing gue, ay."
"Lo mau mampir McD gak ?" tawarnya.
"Ayo, traktir ya."
Ayman memarkirkan motornya dengan rapi, lalu melangkah masuk. Aira mencari tempat duduk sedangkan dirinya memesan makanan. Aira memilih duduk dipojok dekat jendela yang mengarah pada jalan raya.
"Gak usah ngelamun terus, masalah gak akan selesai kalau lo sendiri gak ada tindakan."
Ditangan Ayman terdapat nampan yang berisikan 2 buah eskrim Mcflurry rasa oreo, 2 kentang berukuran besar, dan 2 cheeseburger. "Banyak banget," komennya.
"Buat tuan putri yang sedang badmood, no problem." Ayman terkekeh kecil.
Sedang asik makan seorang gadis seumuran Ayman menghampiri lalu berbincang dengannya. Aira tak peduli obrolannya tak menarik, ia juga tak diajak untuk nimbrung. Jadi, ia lebih memilih untuk menikmati makanannya.
"Man, tolong gue lahh," mohonnya.
"Gue nikahin lo ?" tanya Ayman untuk memastikan, mendengar kalimat itu Aira menoleh lalu menatap keduanya bergantian.
"Gue masih kuliah, nas," jawab Ayman.
"Ya tapi mau gimana lagi, bokap gue gak mau sama raka," timpalnya.
"Yailah, gue gak siap kali, kalau lu nikah sama gue, lo mau makan apa ?" tanya Ayman.
Aira memutar bola matanya, drama macam apa ini ? kenapa disekelilingnya banyak sekali drama ?
"Aira." Aira terbelalak ketika menoleh ke sumber suara, orang yang sangat dihindarinya kenapa bisa disini dan bersama dengannya. UJIAN APA LAGI INI ? NIATNYA MENGEMBALIKAN MOOD MALAH SEMAKIN BADMOOD, teriak Aira dalam hati.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Militer
Teen FictionSekolah dengan peraturan super ketat, guru super killer dan olahraga yang tak ada hentinya. selain itu, murid disana harus kuat fisik maupun mental. sekolah itu terlihat biasa saja. Namun, begitu mencengkeram jika terjadi sebuah kesalahan. peraturan...