Kairo, Mesir

198 21 0
                                    

"Raida," Panggil Sea. Sang empunya nama menoleh.

"Bosen," keluhnya.

Mereka sedang mengerjakan tugas bersama dirumah Raida. Rumahnya sangat mewah, luas, barang – barangnya besar – besar dan antik. Nyaman untuk disinggahi, hanya saja Sea tidak suka berlama – lama diam tanpa suara. Kegiatan belajar menurutnya sangat membosankan.

"Gimana kaki lo ? udah baikan ?" tanya Sea.

"Udah, kok masih pake gue-lo si ? kan kita udah pacarana." Sea hanya terkekeh seraya menggaruk tenguknya yang tak gatal.

"kamu laper gak ?" tanyanya dan dijawab dengan anggukan.

"Mau pesen apa ? pilih aja yang mahal juga gapapa, aku traktir."

Sea merasakan sesuatu yang gak enak, dia mengakui bahwa Raida memang anak sultan ya tapi gak gitu juga. Setahunya ia merupakan gadis pendiam, semenjak menjadi pacarnya 2 hari lalu, sifat aslinya mulai terlihat.

Kemarin malam saat Sea mengajaknya untuk memakan soto Betawi dipinggir jalan ia menolaknya dengan alasan tidak higienis. Lalu Sea juga sempat memberikan gelang dengan lambang EXO, karena Raida menyukainya tetapi ia malah menolaknya seraya berkata itu tidak official, aku gak mau.

Berbeda halnya dengan Aira, gadis yang tidak sudah ribet, menerima apapun, sederhana, walau terlihat bar – bar ia tidak pernah menolak pemberian orang lain dengan cara merendahkan seperti itu.

"Sea, kok bengong ? mau pesen apa jadinya ?"

"Apa aja deh terserah kamu," jawab Sea sekenanya.

"Yaudah kalau gitu, aku pesen makanan korea ya." Sea hanya mengangguk tanda setuju.

Tak lama kemudian seorang driver datang mengantarkan makanannya. Didepan mata Sea sudah banyak sekali makanan namun tak ada satupun yang ia tahu, semuanya terlihat asing.

"Ini apa ?" tanya Sea sembari menunjuk.

"ini bulgogi makanan kesukaan sehun," jawab Raida.

"kalo ini ?" tanyanya lagi.

"kimbab, Tteokbokki, kamu mau yang mana ?"

"Yang mana aja deh."

Sea makan dengan perasaan campur aduk, rasanya tidak pas dilidahnya, ia takut sakit perut. Pasalnya nanti malam ia akan makan bersama dengan teman – temannya. Katakanlah Sea kampungan, kenyataannya memang seperti itu, lidah desa. Ia lebih suka memakan makanan warung padang atau warteg disbanding makanan seperti ini. Namanya saja aneh.

"Kenapa, Sea ? gak enak ?"

"Enak, kok. Cuma rada asing aja." Sea tersenyum tipis.

***

"Ayman," panggil Aira.

Selepas pulang sekolah Aira sudah berbicara padanya untuk menemani ke kafenya Dino dengan iming – iming makan gratis. Ayman pencinta makanan gratis katanya makanan terenak didunia adalah makanan gratis. Memang benar si, siapa juga yang gak suka sama makanan gratis, ya kan ?

"Gila lo, rapi banget mau kemana ?" tanya Ayman yang melihat Aira pake dress berwarna marun.

"Mau ditraktir sama bos kudu rapi, biar gak malu – maluin," timpal Aira.

"Ya serah deh."

"Lo kenapa pake kaos doang si ? gembel banget, keliatan kentangnya," ejek Aira.

"Astagfirullah, mulutnya gak ada akhlak, ini ditangan gue ada kemeja, sabar napa belom gue pake," sahut Ayman seraya mengenakan kemejanya.

"Nek, Mah kita berangkat dulu ya." Mereka mencium punggung tangan Lestari dan nenek.

Aira tuh kesel kalau berangkat bareng ayman, pasti reseh dikit – dikit ngebut, terus ngerem mendadak alesannya lampu merah, jika ia marah – marah Ayman akan memelankan motornya selayak naik sepeda. "Ayman, buruan gak enak ditungguin banyak orang."

Kedatangan Aira disambut dengan baik, matanya menatap sekeliling tidak ada pengunjung selain mereka. "Gila, dibooking sama Dino ?" decak kagum Aira.

"Bos mah sabeb," timpal Zigo.

"Oiya, kenalin Ayman kakak gue." Ayman menjabat satu persatu tangan teman Aira.

"Alisha, lo dateng sendiri ?" tanya Aira.

"eh—enggak yang nganterin lagi ke kamar mandi." Aira mengangguk paham.

Ketika mereka sedang asyik makan dan tertawa meledek satu sama lain, pandangan Aira terfokus pada pria yang duduk sendirian dipojok kafe. "Guys, itu yang dipojok kaya Kak Zamas, iya gak si ?"

"Ee—salah liat kali," sahut Dino.

"Udahlah gak usah diperatiin banget, nikmatin aja kapan lagi makan gratis sepuasnya," timpal Zigo.

"Tau, kan elo yang minta, masa lo malah sibuk sendiri," ucap Misha.

"Bukannya gitu, kalau emang itu kak Zamas, ajak gabung aja si sekalian gue PDKT," jawab Aira.

"Eh, jangannlahh."

"Tapi kan lo dah booking, din masa ada pengunjung. Gue samperin dah." Rasa penasaran yang meliputi Aira membuatnya bangkit dari duduk.

"Jangann woy." Sea mencekal tangannya tapi ditepis oleh Aira.

"Punten, Kak Zamas ?" ucap Aira sopan.

"Eh Aira ? kok disini ?" tanyanya bingung.

"Saya lagi makan – makan sama temen saya, kakak sendiri ngapain ?"

"Saya nungguin tunangan saya."

Deg.

"Siapa kak ?" Aira kepalang kepo.

"Alisha." Aira mengerutkan keningnya lalu menggelengkan kepalanya tidak percaya.

"Gabung kak, disana juga ada Alisha." Zamas mengikuti langkah Aira.

Aira mandang satu persatu temannya menuntut penjelasan, ia juga memandang sinis kearah Alisha, Ayman yang takt ahu apa – apa hanya celingak celinguk.

"Kak Zamas boleh gabung kan ?"

"Bo---boleh," jawab Dino gagap.

Suasana mereka berubah canggung, semua diam tak ada yang beraktivitas. "Ini kenapa pada diem ? canggung banget."

"Ayo dong makan lagi, jangan sampe gue yang abisin nih."

Mereka bergeming.

"Alisha lo mau nambah ?" tanya Aira.

"enggak, Ai."

"kenapa si pada diem ? gue ganggu ajak kak Zamas kesini ?" Aira memasang wajah polos, tapi matanya menyorot rasa kecewa. Zigo menatap nanar.

"Ngapain liatin gue ? memandangmu haaa, najiss." Aira berusaha melawak dengan kata – katanya Keanu.

Kejadian itu masih menyelimuti mereka, Aira menghelai napas Panjang. "Man, pulang aja yuk. Mereka kayanya gak suka gue disini." Aira menyambar tas lalu menarik tangan Ayman.

"Makasih Dino traktirannya, gue gak tau harus seneng atau sedih, parahnya kalian menyembunyiin semuanya dan ngebiarin gue jatuh terlalu dalam. Gue berasa pelakor yang gak tau malu, nikung temen sendiri. Makasih semuanya."

Mereka berusaha mengejar, tapi hasilnya nihil.

perasaan Aira saat ini antara menyesal meminta traktiran, menyesal pernah menyukai, menyesal pernah membanggakan jodoh orang lain, menyesal kenapa dirinya bodoh dan tidak menyadari segalanya.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang