Manila, Filipina

295 38 0
                                    

Matahari masih malu – malu untuk menampakkan diri, seorang Sea Anggara sudah berada di rumah Aira dan sedang berbincang – bincang dengan Ayman. "Ngapain si lo ?" tanya Aira sewot.

"Nungguin lo, lah," balas Sea.

"Ya maksud gue, tumbenan banget pake jemput – jemput gue segala. Lo kan biasanya ngeselin tingkat dewa," ungkap Aira.

Sea memutarkan bola mata malas, dasar cewe dibaikin salah, dibikin kesel juga salah. "Dia takut lo diapa – apain lagi, lagian niat Sea baik mau nganterin lo. Jadi, gue gak perlu repot – repot nganterin lo," cerca Ayman.

Aira mundar – mandir, sang nenek menepuk pundaknya dari belakang. "HEH! Berangkat sana, nanti telat." Aira terkejut hingga mundur beberapa langkah.

"Ah, iya nek." Aira mencium punggung tangan kanan sang nenek.

"Ayo cepet," Ajak Aira.

Ayman menepuk Pundak Sea dengan mata yang mengisyaratkan sesuatu. Tetapi Aira tidak peduli ia melanjutkan aktivitasnya mengenakan sepatu.

Aira kembali pada rutinitasnya berangkat sekolah, belajar dengan rajin, olahraga tiap hari, selalu mencari gara – gara dan jangan lupa rebahan dimanapun dan kapanpun. Contohnya sekarang, Aira merebahkan kepalanya dimeja karena jenuh.

"Ai," panggil Misha.

"yang abis ketemu gebetan lesu banget," ledek Alisha.

"Tau diem – diem aja. Jangan – jangan udah jadian ya ?" terka Misha.

"Ya gak lah gila, dia ngechat gue aja enggak. Ih parah banget dia bisa nyari topik selama perjalanan tapi sampe sekarang gue gak dichat." Bahu Aira melemas.

"Lo sempet tukeran no wa, atau ID line gak ?" tanya Alisha.

Aira menggeleng lemah Misha menepuk jidat lalu berkata, "Iyalah, gimana mau ngechat tukeran kontak aja enggak." Aira terkekeh.

Notifikasi masuk ponsel Aira bergetar. Misha dan Alisha mendekat "Anjir, baru diomongin udah nongol aja." Tak sadar senyuman terukir diwajah manis Aira.

0813******* :

Ini zamas, save ya

Aira langsung menyimpan kakak gebetannya. "Heleh, giliran gitu aja cepet," sindir Misha.

"Haruslah, masa depan gue udah keliatan, nih," seru Aira.

"Halunya mulai," ejek Alisha.

"Ih syirik aja ya kaum jomblo, ini calon imam dah deket gak boleh dianggurin. Udah sana kalian jangan ganggu gue." Aira mengusir teman – temannya seraya menjulurkan lidah.

Aira :
Oke, dpt dri mn no saya kak ?

Zamas :
Ada deh, rahasia
Sore ini kmu sibk gk ? saya mau ajak km
Jalan

Aira tersenyum sumringah, jarinya langsung mengetik cepat.

Aira :
Gak kak, boleh. Jmbrp kak ?

Zamas :
Abis asar, saya jmpt km ya ?
Rmh km msh yg smlm kan ?

Aira :
Iyalah kak, rmh saya cma Satu

Zamas :
Siapa tau kamu pindah – pindah

Aira :
Memangnya saya Keong pindah – pindah segampang itu

Zamas :
Iya, kamu susah saya dapetin

Aira :
Gombal aja kakanya

Zamas :
Sama km mah gpp,
Yaudh see nanti ya.
Saya ada kels lgi
Bye Ai!

Aira hanya membaca pesan itu tanpa niat membalasnya. Mana kuat ia digombalin seperti itu, ah ambyar padahal hanya dichat biasa. Senyumnya terus mengembang, Misha dan Alisha menduga – duga apa yang terjadi dichat. "Ngapain si liat – liat," murka Aira ketika menyadari temannya itu memperhatikannya.

"Udah gila senyum – senyum sendiri."

"Woy, Ai," Panggil Sea.

"Liat PR dong." Aira melirik sinis

"Lo ngeledek gue apa gimane ? lo tau gue gak masuk sekolah dari tiga hari dan lo nanya PR ? KENAPA LO GAK NGASIH TAU GUE, BUJANG." Sea terkesima hingga berkali – kali mengerjapkan matanya.

"Lo kenapa ?" tanya Sea.

"LO MASIH NANYA GUE KENAPA ?" Aira sudah menggebu – gebu, moodnya rusak sejak kedatangan Sea.

"DIKIT LAGI GURU MASUK, GUE BELOM NGERJAIN PR, BUSET." Aira mengeluarkan buku serta pulpen dengan tergesa – gesa.

Alisah, Misha, Dino, Zigo juga Sea mentertawakan kebodohan Aira. Hari ini guru – guru rapat untuk membicarakan ujian akhir semester dengan system online. "Kalian kenapa ketawa ? ada yang lucu ?" ujar Aira.

"Lo bego," ejek Dino.

"Guru – guru rapat, gak akan masuk sampai istirahat kedua." Muka Aira sudah merah padam menahan amarah, bagaimana bisa ia terkena prank teman – temannya.

"Makanya jangan chatan mulu, mentang – mentang si doi ngechat duluan," sindir Misha.

"satu, dua, ti---" gumam Dino terpotong.

"SEAA," teriakan Aira menggelegar keseluruh ruangan.

Sang empunya nama sudah lari entah kemana.

"itungan gue kurang cepet," gumam Dino.

"payah, gak tepat perkiraan lo," timpal Zigo.

Misha, Alisha hanya memandangi tingkah temannya seraya menggelengkan kepalanya. Pelajar SMA layaknya anak TK main kejar – kejaran begitu. "Berasa liat drama India gue," ungkap Misha dan Alisha mengangguk setuju.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang