Dubai, Uni Emirat Arab

346 41 0
                                    

"Ai," panggil Zigo.

"ya ?" jawab Aira dengan pandangan lurus kedepan.

"lo kenapa si ?" tanya zigo. Aira menggeleng lemah.

"gue baca cerita di wattpad, gadis cantik pengejar jati diri. Nama gadisnya Leoni, dia gak pernah menyerah sama keadaan, dihadapi dengan senyuman yang terus tercipta. Berbagai permasalahan silih berganti tetapi itu semua membuatnya kuat. Masih ada langit tempat lo bercerita, Ai." Zigo tersenyum ramah lalu ikut menatap lurus.

"masuk gih udah malem, dingin diluar," ucap Zigo seraya mengenakan kembali helmnya.

"gue butuh duit, kalo ada yang nyari kerjaan hubungin gue ya, zi." Zigo mengacungkan jempol lalu dibalas senyum tipis oleh Aira.

Ruang tamu terlihat seperti kapal pecah, bantal sofa yang berada didepan kamar mandi, tali menjulur Panjang, pecahan vas bunga, semua sudah berada diluar zonanya. Aira menghelai napas Panjang, tangannya mulai memunguti satu persatu barang yang berserakan. Mengumpulkan disudut ruangan agar tidak terinjak oleh nenek atau mamanya. Setelah terkumpul rapi ia mengambil pengki dan sapu untuk memindahkan serpihan vas ke tempat sampah.

"sini gue bantu," ucap Ayman yang tiba – tiba datang entah dari mana.

"eh gak usah, dikit lagi kelar." Ayman sudah merebut terlebih dahulu sapu dan pengki yang ada ditangannya.

"bagi tugas aja, lo ngepel ya tadi ada air tumpah, tapi hati hati takut ada serpihan vas yang gak kesapu," ujar Ayman.

Aira sempat terpaku mengingat kejadian tadi sore, semua berjalan sangat cepat. Kata – kata yang terlontar begitu spontan, seakan – akan waktu tidak mengizinkan untuknya berpikir sejenak. "apa keputusan yang gue ambil itu bener ?" gumam Aira.

"semua akan berjalan sesuai dengan keinginan lo asal lo yakin. Jangan merubah keputusan demi orang lain, jalanin tanpa ada paksaan itu lebih baik, jadinya lo gak merasa beban." Setelah berucap seperti itu Ayman melengos dari hadapan Aira.

Aktivitas yang sempat terhenti karena pikirannya terganggu dengan kata – katanya sendiri. Bagaimana bisa ia berkata begitu saat emosi, berkata seakan – akan keadaan memungkinkan untuk membayar semua itu, ia sendiri saja belum lulus, pekerjaan mana yang menerimanya dengan gaji besar ? setiap mengajukan naskah selalu ditolak. Aira mengrutuki atas kecerobohan dirinya.

"AI, CEPET GUE UDAH KELAR NYAPU NIH," teriak Ayman dari ruang tamu.

Ia lari tergopoh – gopoh karena membawa ember berisi air dan juga pel-an. "sabar si, man."

"Lagian ngelamun mulu kaya orang banyak utang." Aira memutarkan bola matanya.

Aira mulai menggerakan gagang pel itu ke kanan ke kiri secara bergantian, memperhatikan lantai dengan intens karena ia tidak mau ada yang terluka akibat serpihan vas. "lama betul perawan ngepel," ledek Ayman.

"Bawel banget duda komen mulu," timpal Aira.

"Sial, gue ini masih perjaka, masih suci gue gak terima ya lo panggil kaya gitu." Ayman maju satu langkah mendekati Aira.

"ngapain lo deket – deket ?" Aira mundur satu langkah.

"gue gak akan membiarkan lo larut dalam kesedihan." Aira mengerutkan dahinya "apasi ?"

Aira terus melangkah mundur untuk memberi jarak, tiba – tiba Ayman menarik lengannya hingga tubuh mereka saling bertubrukan. "belakang lo ada ember, kalo tumpah ngepel dua kali lo."

Suasana menjadi canggung ruang gerak terasa sempit, oksigen seakan hilang membuat sesak napas, jantung berdegup lebih cepat keduanya saling memalingkan muka dan menghindari kontak mata. "sana ih, gue mau lanjut ngepel."


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.



Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang