Harare, Zimbabwe

222 23 1
                                    

Hari semakin larut mereka memutuskan untuk pulang ke rumahnya masing – masing. Aira diantar pulang oleh Sea karena Ayman mengantar Nasla, gadis yang tiba – tiba datang tanpa diundang. Awalnya Aira menolak untuk diajak pulang dengan Sea dan berniat untuk naik taksi atau ojol. Tetapi, mengingat uangnya yang tiris, sudah malam juga mau tak mau Aira pulang bersamanya.

Keadaan canggung masih meliputi mereka, Sea tidak mau memulai percakapan untuk saat ini. Biarkan Aira beradaptasi lagi buat sementara waktu. Gadis itu memamerkan senyum manisnya sebagai tanda terima kasih. Tanpa basa basi suruh mampir, sebab sudah malam pasti Sea juga paham, dia sendiri juga akan ditanyai oleh orang tuanya. Berhubung rumahnya sudah tidak dekat lagi, jadi Aira masuk ke dalam rumah tanpa menunggu Sea masuk rumah juga.

"Assalamualaikum," salam Aira.

"Waalaikumsalam." Aira kaget didalam rumah sudah ada Ayman. Tak bisa dipungkiri sekenceng apa dia bawa motor, ya kebiasaan laki – laki kalau kalut bawa motor gak nanggung – nanggung, kecepatan cahaya aja kayanya lewat. Kasian sama Nasla, apa jantungnya masih aman setelah diboncengi titisan setan ? wkwk.

"Tumben pada ngumpul diruang tamu gini," ucap Aira.

"Ini si Ayman, ada – ada aja masa pengen nikah padahal masih koas." Aira melirik kearah laki – laki itu.

"Gapapa kali, nek. Udah bangkotan gitu daripada jadi bujang lapuk, kan mending kawinin aja," jawab Aira asal.

"Heh kalo ngomong gak pake filter." Aira hanya terkekeh samar.

"Emangnya kalau kamu nikah, kamu mau nyambi apa ? kamu belum punya gaji tetap, nanti ngasih makan istri kamu gimana ?" tanya Lestari.

"Ayman juga bingung tante, Cuma gimana ya. Si Nasla itu hamil," ujar Ayman dengan ragu.

"Kamu ngamilin anak orang ?" tanya nenek,

"Enggak, dia dihamilin sama pria brengsek yang Nasla gak kenal, ini lagi diusut sama dia. Nah, waktu Ayman nganterin pulang, papanya marah – marah gitu minta pertanggung jawaban. Disitu salah paham dikira Ayman yang lakuin," jelasnya.

"Rumit juga, tapi kalo menurut gue nikah aja si gapapa, masalah rezeki mah udah ada yang ngatur. Siapa tau selama lu masih koas, bokapnya sic ewe mau nanggung dulu," saran Aira.

"gimana nek, mah ? keren, kan saran aku ?" ucapnya seraya cecengesan.

"Kalau kamu siap sama resikonya, kami setuju kok. Kamu mantepin diri dulu, kita siap nemenin kok." Keputusan ada ditangannya, orang lain hanya mendukung. Ayman sudah besar pasti dia paham resiko apa yang bakal dihadapi selanjutnya.

Nikah sambil koas bukan hal mudah. Katanya adek koas selalu salah. Bebannya memang berat tapi dia laki – laki kuat, dan nenek tau banget hal itu. Pasti dia bisa ngelewatin semuanya dengan mulus.

***

Dino mengantar Misha pulang dari McD. Didepan pintu gerbang rumahnya Dino menahan gadis itu agar tidak masuk lebih dulu karena ada hal yang ingin dibicarakan. Ia sempat ragu namun kalau bukan sekarang kapan lagi waktu yang tepat.

"Mish," panggilnya.

"ya ?"

"Lo sebenernya tau gak si kalau gue suka sama lo ?" Misha membulatkan mata sempurna.

"Selama ini gue ngodein lo, loh. Yang diledekin di grup itu maksudnya gue sama lo. Dan asal lo tau gue sempet berantem sama Zigo gara – gara lo. Dia playboy banget selain deketin lo, dia deketin anak sekolah sebelah juga. Karena gue kesel, gue hajar dia." Lagi – lagi Misha kaget.

"Hari ini gue mau jujur, gue suka sama lo gak tau sejak kapan, gue bener – bener ngerasa cemburu kalau lo deket sama Zigo. Gue pengen lo jadi pacar gue, tapi kalo gak mau ya gapapa. Setidaknya gue udah lega ngungkapin ini ke lo." Misha masih diam.

"Gue pulang ya, Mish."

Misha menarik tangan Dino hingga tubuh laki – laki itu berbalik, tanpa aba – aba Misha memeluknya sangat erat. Dino mengerutkan dahinya lalu membalas pelukan itu.

"Gue tau kok, Cuma gue gak mau nanggepin serius. Gue takut gue kegeeran. Jadi, gue nganggep itu guyonan lo doang. Tapi setelah denger omongan lo tadi gue sadar ternyata gue gak bertepuk sebelah tangan."

"Lo suka gue juga ?" tanya Dino kaget.

"iya."

"Fix kita official."

Keduanya terkekeh lalu melepaskan pelukannya. Dino pamit untuk pulang karena malam semakin larut.

Di depan gerbang ternyata sudah ada ayah Misha, membuat Dino sedikit kikuk lalu menunduk sopan sebagai ucapan pamit. Ayahnya Misha melihat dengan tatapan tajam kaya singa mau nerkam mangsa, alias serem coy.

Mereka saling melambaikan tangan, Misha masuk kedalam rumah setelah kenampakan Dino hilang ditelan jarak.

"Eh papa," ucap Misha cengegesan.

"Oh anak papa sudah gede, toh."

"Papa ngapain berdiri disitu ?"

"Ngeliatin drama anak gadis papa, pulang malem pake acara pelukan. untung tetangga udah tidur, kalau enggak bisa - bisa kamu dinikahin malem ini juga," ucapnya seraya terkekeh.

"Aku si yes aja, gak tau papa." 

"Udah gak waras kamu, buruan masuk sebelum papa kunciin."

Keduanya masuk bersamaan seraya meledek satu sama lain. terlihat galak kepada orang lain namun sangat penyayang kepada anak - anaknya. Sayang papa banyak - banyak.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang