Seoul, Korea

667 68 1
                                    

Notifikasi terus menerus timbul dilayar ponsel Aira. Merasa terusik tangan Aira meraih ponsel yang berada diatas nakas. Tangan kirinya mengucek mata lalu membaca satu persatu pesan yang masuk.

Dino :

GILS, ADA YG KURANGGG

Misha :

krts HVS lu krg, don ?

Zigo :

DINOSAURUS g ush bct pgi2

Dino :

MSLHNYA SI SEA PC GUE, GR2 KTA G NGJK DIA

GMN DNG INI

GUE DI TERORRRRR

AAAAAA TOLONGGG

Misha :

Ada fitur blok, gunakan_-

Aira :

AJAK AJA EY KASIANNNN

NANTI DIA DIHUKUMMM

GAK BOLEH GITU SAMA TEMEN

TAPI DIA BUKAN TEMEN GUE SIII

Jawaban Aira tak kalah banyak dengan Dino, jika saja mereka berdua tidak dipertemukan dunia akan tentram, tidak ada suara toak serta pesan tak bermutu.

Tak sadar waktu terus berlalu, Aira melirik jam berbentuk gitar diatas nakas. Saking terkejutnya ponsel yang ada digenggamannya dilempar sembarang. Lari terbirit – birit ke kamar mandi. Pasalnya ini hari jumat dimana sekolah itu akan melaksanakan senam pagi. Jam kedatangan itu hal terpenting, percuma kalian datang kalau tidak absen. Absen akan diambil pukul 05.30, siapapun yang sekolah disana akan merasa terbiasa dengan berangkat sekolah sebelum ada matahari dan pulang sekolah sudah tidak ada matahari.

Tanpa sarapan Aira meminta kakaknya untuk mengantar dirinya, waktu yang tersisa hanya 10 menit agar mendapatkan absen. Jantung Aira berpacu dengan cepat setiap pagi, kebiasaan itu tidak lagi membuat Aira mimisan.

"Kak, ayok cepetan. Nanti gue diomelin Bu Suwiti," rengek Aira.

Mesin motor sudah dinyalakan, Farzan mengendarai motor dengan kecepatan diatas rata – rata sesuai permintaan Aira. Udara dingin menusuk kulit mulus Aira tetapi tak membuatnya kedinginan, sebab bayangan Bu Suwiti lebih menyeramkan dibanding dinginnya angin. Dinginnya dia aja aku tahan, Cuma dinginnya pagi itu biasa.

Aira berlari dari pintu gerbang hingga lapangan. Aira menghelai napas lega karena ia tidak terlambat. Setelah menaruh tas di kelas Aira berbaris dikerumunan teman sekelasnya seraya mengatur napas mata Aira menatap sekeliling mencari Dino dan kawan – kawannya.

"heh!" Aira menoleh merasa pundaknya ditepuk,

"Njir," ucap Aira ketika melihat Dino.

"Lo kok gak bales chat gue ?" tanya Dino.

"Sorry gue telat tadi," jawab Aira cengegesan.

"Lo bawa tugas koran yang kemaren dibagi – bagi gak ?" Dino melotot seraya menatap Aira dengan tatapan kaget.

"jangan bilang lo gak bawa ?" Dino hanya menunjukan cengiran dengan tangan meremas ujung baju olahraganya.

"MANTUL SEKALI." Aira menyetil pelipis Dino

"please ampun, nyai." Dino menunjukan jari telunjuk dan jari tengan membentuk peace.

"Yasudahlah, pasrah aja." Keduanya menghelai napas bersamaan. Mereka menyiapkan mental sebelum mendapatkan ucapan kasar yang menggunakan bahasa sunda. Asal tidak main fisik semuanya akan baik – baik saja.

Ketika keduanya pasrah, Zigo datang dengan wajah yang sulit diartikan.

"HEH! mana bisa pasrah gitu aja kita harus cari cara, lah. kemaren kita nyari koran udah susah - susah, pulang gue diomelin mak gue. masa sekarang duit 1 juta keluar si ?" saut Zigo.

"ya tapi, go ?" ucap Dino melemah.

Aira dan Misha menundukkan kepala, pikirannya setuju dengan ucapan Zigo, kalau tahu seperti ini dari kemarin tidak perlu bersusah payah. tetapi takdir tuhan siapa yang tahu ? Aira ingin mengatakan sesuatu. Namun, melihat suasana seperti ini Aira berpikir ulang untuk mengatakan hal itu. 

Misha diam karena tidak ingin memperkeruh keadaan, apabila ia ikut berceloteh Dino akan semakin terpojoki, Misha tidak ingin pertemanan mereka bertengkar karena masalah bunga, koran dan remedial.

"yasudah gue yang beli bunga bugenfilnya." Aira terbelalak kaget. pasalnya Dino bukan dari keluarga berada, kakaknya saja kuliah seraya kerja.

"pake solusi lain gue gak setuju," saut Aira dengan cepat.

Zigo menghelai napas panjang, "TAPI KALO KITA HARUS BAYAR 1 JUTA KEMARIN GAK USAH NYARI, CAPEK - CAPEKIN AJA TAU GAK ?!" 

"Zigo, kan gak ada yang tau bakal kaya gini, masih ada solusi lain kok, jangan ribut gini." Misha mencoba untuk menengahi.

mendengar priwitan kencang semua siswa baris rapi, perdebatan mereka berakhir. semuanya sudah tidak ada mood, melakukan gerakan senam sesukanya saja. Toh, akhirnya bakal dimarahin juga.

"SEMANGAT WOI MASIH PAGI," teriak seseorang dari sebrang sana. Aira menoleh mendapatkan Sea yang sedang tersenyum. 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang