Washington D.C, Amerika Serikat

330 37 0
                                    

Aira merasa jenuh hampir 4 jam ia berada disana, ide jahat muncul dikepalanya. "Gimana kalau gue ngancurin itu rapat, lalu gue kabur. Biar dia gak suka sama gue gak jadi nikah, deh." Aira tersenyum sinis.

Aira mengendap – endap untuk mencari ruangan mana yang dipakai untuk rapat itu. Langkahnya sangat halus hingga tak menimbulkan suara. Mata coklat itu membulat sempurna melihat rooftop itu dipenuhi dengan orang – orang berdasi, dan tak kalah mengejutkannya laki – laki yang ingin menikahinya sudah memiliki pasangan. "waw, keren juga, lagi anniversary," gumamnya.

Aira berjalan biasa agar tidak dicurigai walaupun dari cara berpakaiannya saja sudah cukup mencolok diantara yang lain. Kakinya berjalan untuk menghampiri mereka tiba – tiba saja tangannya ditarik mundur oleh lelaki yang tangannya sangat familiar.

"Lepasin," ucap Aira seraya memberontak.

"diem." Aira mengangguk pasrah ketika tau siapa yang menariknya.

"kenapa lo disini ?" tempat sudah jauh dari acara dimulai, Aira memberanikan diri untuk bertanya kepada lelaki yang merupakan teman Zigo.

"Gue Ridani, temen Zigo. Kok lo bisa ada sini ?" tanyanya.

"gue terlibat kasus perjodohan karena uang, gue disekap disini udah seharian. Gue udah gak sekolah selama 3 hari, pasti guru – guru bakalan ke rumah. Oiya, rumah gue juga udah pindah. Lo mau bantuin gue keluar dari sini gak ?" tanya Aira setelah bercerita Panjang lebar.

"Oh gitu, bisa – bisa aja si, Cuma gue gak bisa anter lo sampai depan rumah. Gue harus balik lagi kesini biar gak ada yang curiga." Aira mengangguk antusias.

Aira mematuhi semua perkataan Ridani, mulai dari mengganti pakaiannya mengunakan jas hitam, memakai kacamata untuk menyamar, lalu jalan menuju parkiran dengan berwibawa agar tidak dikenali oleh bodyguard yang tersebar diseluruh penjuru. "Huft, akhirnya gue bebas dari istana jahanam." Aira menghelai napas lega.

"Lo mau nurunin gue dimana ?" tanya Aira kepada Ridani.

"persimpangan depan, gapapa, kan ?" Aira mengangguk sambal mengacungkan jempol.

Betapa senangnya bisa keluar tanpa manjat tembok cina dengan pecahan kaca diatasnya. Bukannya pulang ke rumah malah pulang ke rahmatullah. Tak henti – hentinya Aira bersyukur memiliki banyak teman dan Zigo sempat mengenalinya waktu itu. Teman sangat dibutuhkan disaat genting seperti ini.

"BTW, lo kenal sama yang punya acara ?" tanya Aira memecah keheningan.

"iya kenal, dia teman bisnis gue. Nanam saham diperusahaan gue lumayan gede. Jadi, berkembang pesat perusahaan gue padahal baru berjalan 5 bulan." Aira mengangguk paham.

"kata lo, lo mau dijodohin. Lo liatkan tadi dia ngadain anniv, lo mau jadi selir ?" tanyanya dengan nada bercanda.

"ya kali, kalo gue mau gue gak bakal kabur kaya gini kali," saut Aira dengan kekehan kecil.

"udah sampe ni, lo hati – hati ya dijalan." Aira turun dari mobil lalu mengucapkan terimakasih kepada Ridani.

***

Sea, Dino dan Zigo mengunjungi rumah neneknya Aira, setibanya mereka disana ia tidak bertemu dengan Aira. "kalo boleh tau Aira kemana ya, tan ?" tanya Sea.

"Tante juga gak tau, Ayman sempat cerita ada banyak pria berjas kemari kemudian menyeret Aira entah kemana, kalian kesini ada apa ya ?" tanya Lestari.

"kami diamanatkan oleh wali kelas Aira untuk menanyakan kabar, karena sudah 3 hari Aira tidak masuk sekolah." Lestari semakin cemas.

"Nak Sea, bisa tolong tante cari Aira ?" tanya Lestari Sea mengangguk patuh.

"tempo lalu saya sempat ketemu Aira di Jakarta sendirian, lalu saya antar pulang. Aira juga sempat bilang kalau ia butuh kerjaan part time. Maaf tan kalau ikut campur, Aira punya masalah SPP ?" ungkap Zigo.

Lestari memasang wajah bingung. "setau tante SPP Aira lancer, selalu dibayar oleh papanya."

"Kalau butuh uang, mungkin Zigo bisa bantu, Zigo punya kerja sampingan uangnya juga lumayan jadi bisa bantu tante sama Aira," ujar Zigo.

Sea dan Dino masih berbincang dengan Lestari—Mama Aira. Ponsel Zigo berdering lalu ia berjalan menjauhi teman – temannya.

"Go, temen lo ada dipersimpangan deket café unch, lo bisa jemput dia gak ? gue gak bisa anterin sampe rumahnya."

"Lo ketemu dia dimana, bro ?" saut Zigo.

"Nanti gue certain, sekarang lo jemput dulu tuh si Aira, kasian sendirian udah mau malam, gue tutup ya."

"Aira dipersimpangan deket café unch, lo pada mau ikut jemput gak ?" tanya Zigo tergesah – gesa.

"yaudah tante, kita pamit dulu." Lestari mengangguk.

Perasaan khawatir dan senang bercampur aduk didalam benak Sea hingga ia tak sadar menjatuhkan sesuatu. Tunggu gue, Ai, ucap Sea dalam hati.

"Semoga kamu baik – baik aja, Ai," gumam Lestari.


-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang