Kolombo, Sri Lanka

311 33 3
                                    


Sea mengantar jemput Aira sudah hampir dua minggu, sesuatu yang dipikirkannya ternyata tidak terjadi. "Sea, lo rajin banget si," ungkap Aira.

"Yaelah, komen mulu lo kaya netizen. Tinggal nangkring doang ribet banget lo," jawab Sea sewot.

Aira menatap sinis lalu menaiki motor Sea dengan sengaja membanting duduk. "Pelan – pelan, anjir. Kalo jatoh gimana ?" ucap Sea sewot.

"Jatoh kebawah," timpal Aira enteng.

Sea tak menjawab karena ia tahu berdebat denganya kalau belum ada yang ngalah gak akan selesai, bisa – bisa mereka telat sampai sekolah.

Tiba di sekolah Aira mendahului Sea, pria itu sibuk dengan helmnya. Ujung – ujungnya dibawa kekelas juga, dasar.

"Aira tungguin, lo jalan pake jurus Naruto ya ? cepet banget." Aira terus berjalan tanpa menoleh kebelakang.

"Ah, Aira tungguin buset." Sea berlari kecil agar memperdekat jarak.

Sea repot dengan helm hingga lupa melepas jaket bomber. Salah satu peraturan sekolah ini, memakai jaket hanya sampai parkiran kecuali sakit. "SEA ANGGARA." Tanpa perlu melihat kebelakang Sea sudah tahu suara siapa itu.

Sea berlari seraya menarik tangan Aira. Gadis yang takt ahu apa – apa kebingungan apalagi harus menyamai langkah Sea yang super lebar itu. "Ada apaan, anjir ?" disela larinya.

"Udah jangan brisik, kalau ketauan bisa dihukum kita."

"Idih, lo aja kali gue gak buat salah apa – apa tiba – tiba dihukum, kocak lo," timpal Aira.

"Karena lo bareng gue, jadinya lo kena hokum juga, sayang." Aira hanya mendengar samar sebab fokusnya terbagi.

"Gue cape anjir, dengkul gue lemes," ucap Aira.

Sea memperlambat langkahnya seraya berkata, "Yaudah sini." Sea menyuruh Aira duduk ditangga menuju kelasnya. Napas Aira tersenggal – senggal.

"ah, jadi keringetan gue," desis Aira.

Sea memandang lekat – lekat wajah Aira, anak rambut yang basah karena keringat, rambut yang sedikit berantakan, Sea sempat terkekeh "Kaya bocah lo." Sea mengacak – acak rambut Aira.

"Oh, ibu cariin kemana – mana. Eh, malah enak – enakan pacaran." Bu Suwiti sudah berdecak dengan kedua tangan dipinggang.

"Shit," umpat Sea.

"Ikut ibu sekarang." Bu Suwiti menarik kedua tangan remaja.

Wajah Sea terlihat biasa saja tapi berbeda dengan Aira, menekuk wajah seraya mendumel tanpa suara. "Jalanin aja si, ada gue." Aira mendelik kesal.

"Sana, kalian ucapin selamat pagi sama siapa aja yang lewat depan gerbang." Bu Suwiti mendorong Sea dan Aira untuk berdiri disamping pintu.

"Selamat pagii," ucap Sea dengan antusias.

Para cewe – cewe sengaja mundar mandir melewati gerbang hanya untuk diucapkan selamat pagi oleh pangeran sekolah.

"Berasa jadi pegawai indoapril."

"Selamat pagi, Zigong." Zigo menatap bingung.

"Ngapain lo anjir ?" ujar Zigo.

"Lagi nyari pengalaman buat kerja di indoapril," tangkas Sea.

"Anjir cocok lo berdua, kaya penganten tinggal disalamin aja," timpal Dino.

"Gue doain samawa ya," ledek Zigo.

Wajah Aira merona dan disadari oleh Misha yang baru saja turun dari motor ayahnya. "pipi lo merah kenapa tu ?"

"Bacot."

Teman – temannya semakin gencar meledek Aira, sebab ia hanya diam saja. Sea terus menimpali omongan mereka tak sadar bel masuk sudah berbunyi. "masuk sana," usir Aira.

"Lah lo gak masuk ?" Aira menggeleng.

"Yaudah deh selamat menikmati hukuman berdua." Mereka berlalu dari hadapan Aira.

Parkiran mulai sepi hanya mereka berdua yang tersisa. Aira menundukkan pandangannya.

Tangan Aira dicekal oleh seseorang tapi bukan tangan Sea. Ia mendongakkan kepala "Siapa ?" tanya Aira.

"Ikut." Aira menyadari bahwa pria ini adalah pria yang menyuliknya tempo hari. Aira memberontak. "Gak, lepasin gue."

Sea menepis tangan pria itu, dan Aira berteriak "Tolong, tolong ada orang jahat."

Pak satpam dan beberapa guru yang melintas menghampiri tempat Aira berdiri. "Ada apa ini ?"

"Ini pak ada orang gak jelas narik – narik saya," adu Aira.

"Bapak ini siapa ya ?" tanya Pak Suwito baik – baik.

"saya tidak ada urusan dengan anda," sahutnya.

"Aira murid saya, jadi saya berhak tau." Aira mengejek pria tua itu.

"Mending kalian pergi, sebelum saya telpon polisi," ancam Pak Suwito

"Dan kamu Aira Sea masuk kelas." Aira mengangguk patuh.

Pria itu berurusan dengan Pak Suwito sudah bisa dipastikan pria itu akan pergi dengan perasaan gondok. Aira menyeringai memikirkan hal itu.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang