Matahari sudah terbit diufuk timur, Aira masih setia menutup matanya napas tenang membuat dirinya terlihat bayi yang sangat menggemaskan. Lestari—ibu Aira melihat anak gadisnya masih terlelap membuatnya geleng – geleng kepala. Lestari dengan sigap membuka gorden lalu mematikan AC dan berakhir menarik selimut seraya berkata, "Bangun Aira sudah siang, masa anak perawan jam segini masih molor."
Aira hanya bergumam tak jelas. Lestari menarik tangan Aira hingga posisi Aira terduduk dengan mata terpejam. "Bangun Aira, malu sama anak tetangga yang udah nyapu pagi – pagi," omel Lestari.
"halah, pencitraan tuh," saut Aira dengan nyawa setengah sadar.
Lengan Aira dipukul "nyaut aja cepet bangun." Aira ditarik hingga ke kamar mandi bawah.
"Mandi cepet," gertak Lestari.
Aira melangkah gontai memasuki kamar mandi, "buat melek aja males, disuruh lagi mandi. Dasar mak tiri," gumam Aira.
Selepas mandi Aira berniat untuk melanjutkan tidurnya. Namun, Lestari memerintahkan untuk pergi keluar menemaninya Arisan. "gak ah, gak mau nanti kaya waktu itu mama malah malu gara – gara bawa Aira." Mengingat kejadian beberapa bulan silam membuat Aira merinding.
"Nah, sekarang tuh mama mau nunjukin ke mereka kalua anak mama udah secantik ini. Sana pake baju yang rapi," titah Lestari.
Aira hanya mangut – mangut lalu menganti pakaian casualnya dengann dress berwarna pink soft dibawah lutut 5 cm dan panjang sesiku. Rambut yang dibiarkan terurai serta wajah yang dipoles sedikit bedak bayi. Sangat terlihat manis.
"cantik banget anak mama," puji Lestari melihat anak gadisnya.
Setibanya disana Aira memasang wajah datar ia tidak suka situasi seperti ini. Ia tidak tahu harus bersikap gimana kepada ibu – ibu yang ada disana. Lestari disambut oleh beberapa temannya. "apa kabar ni, mba ? udah lama gak ketemu," ucap ibu itu dengan gelang yang besar serta kalung yang menjuntai panjang. Sosialita sekali ibu ini pikir Aira.
"bawa siapa ni, jeng Tari ?" tanya ibu – ibu yang lain.
"ini anak saya, Aira ayok salaman."
Aira tersenyum kikuk, ia ingat sekali ibu yang berada dihadapannya ini yang pernah menjatuhkannya dihadapan banyak orang.
"cantik ya, bias ni kita besanan," canda ibu yang sanggul besar, Lestari hanya terkekeh.
Perbincangan ibu – ibu dimulai, Aira merasa sangat jengah, dikacangi mau ikut nimbrung pun tidak mengerti. Aira membuang napas kasar. Mata Aira sibuk memperhatikan sekeliling rumah ini, interiornya sangat mewah serta tataan yang sangat pas. Bagaimana bisa mamanya berteman dengan ibu – ibu sosialita kaya gini ya, pikir Aira.
Aira tak sadar kalua ibu berkalung Panjang itu memperhatikan penampilan Aira dari atas hingga bawah, sampai gelagat ibu itu terlihat aneh. "Mba Rita, kenapa kok aneh gitu ?" tanya Lestari.
"saya lagi merhatiin Aira, dia kok berubah banget ya ?" tanya Rita.
Aira mulai menyadari topik pembicaraan mereka, raut wajah Aira berubah memandang tidak suka ibu Rita itu.
"memangnya anak saya kenapa ?" tanya Lestari yang sudah tersulut emosi.
"waktu dulu kan Aira kurus banget, sempet punya penyakit flek paru – paru kan ya ? terus juga banyak jerawatnya gitu. Kok sekarang bisa cantik si ? oplas ya ?" Aira terbelalak kaget, mulutnya pedas sekali.
"maaf ya mba, kalua bicara pikir dulu," saut Lestari.
"oh anak yang sakitan itu ya ?" menohok sekali ucapannya.
"maaf ya tante, saya memang dulu jelek dan sakitan. And see, saya jauh lebih cantik daripada anak – anak kalian." Aira langsung menarik ibunya keluar dari rumah iblis itu.
Diperjalanan pulang Aira terlihat sangat murung, kata – kata yang dilontarkan mengingatkan Aira pada masa lalu. Masa dimana Aira bulak balik ke rumah sakit buat check up, suntik, ambil darah dan sebagainya hingga akhirnnya dokter memvonis kalua Aira tidak bisa berkembang seperti anak pada umumnya. Semua bayangan itu kembali, melihat ibunya yang menangis, ayahnya yang tak terima dengan keadaan itu sampai tega meninggalkannya. Sungguh Aira membenci dirinya yang membuat ayah dan ibunya pisah.
"Aira, maafin mama ya," ucap Lestari dengan lembut.
"iya mah, gapapa." Aira tersenyum.
" Mah, boleh Aira turun di taman kota aja gak ?" tanya Aira.
"kenapa emang ?" tanya Lestari.
"udah janjian sama temen dari kemarin." Lestari hanya mengangguk pasrah seraya tersenyum.
"Pak, turunin saya di taman kota ya," ucap Aira kepada supir sewaan mamanya itu.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekolah Militer
Fiksi RemajaSekolah dengan peraturan super ketat, guru super killer dan olahraga yang tak ada hentinya. selain itu, murid disana harus kuat fisik maupun mental. sekolah itu terlihat biasa saja. Namun, begitu mencengkeram jika terjadi sebuah kesalahan. peraturan...