Luanda, Angola

188 19 2
                                    

Ayman mengabari teman – teman Aira sebab sejak tadi ia tidak henti – hentinya menangis seraya menyalahkan dirinya. Laki – laki itu berpikir kalau teman – temannya hadir untuk mendukungnya, suasana hatinya lebih baik.

"Kak, harusnya gue gak nolak kan ?"

"Kak, kalau gue nikah sekarang sama orang itu, ayah bakal bangun gak ?"

"Kak, ayah kaya gini gara – gara aku ya ?"

Dan masih banyak kak kak yang lainnya lagi. Farzan sampai bingung harus bertindak seperti apa, harus menjawab apa, tiap kali ingin menyuarakan untuk menenangkan ia mengurungnya lagi, takut salah bicara. Diam dan mendengarkan mungkin cara terbaik untuk meresponnya saat ini.

"Hai ai." Teman – temannya datang dengan kantong plastic gede ditangan Alisha.

"Kalian ngapain kesini ?" tanyanya dengan suara sendu.

"Kita mau nemenin lo, lo jangan ngerasa sendiri ya kita masih disini buat nemenin lo. Jangan sungkan buat ngehubungin kita." Aira menatap sayu, hidungnya yang memerah, pipi yang basah karena air matanya, lalu tersenyum tipis. Rasanya lega mendengar ucapan mereka, bersyukur sekali Aira memiliki teman seperti mereka.

"Nih, makan dulu." Alisah menyerahkan kantong plastic besar itu.

"Sini bareng – bareng." Mereka duduk melingkar lalu membuka satu persatu makanan yang dibawa gadis itu.

"btw, gimana kalian keterima gak ?" tanya Ayman.

"Alhamdulillah keterima," jawab Alisha.

"Zigo nangis, ngakak banget masa. Jadi pas tadi gue sama Misha jemput Zigo di rumahnya. Dia lagi nutup diri pake selimut gitu sambil sesegukan terus bilang gini 'cengeng lu ah, gapapa gapapa' diulang – ulang. Biasanya kaya preman." Zigo yang mendengar celotehan Dino hanya diam dan pipinya memerah.

"Anjir, malu gue."

"Tapi gapapa gue juga gak diterima ayok berjuang bareng," ucap Dino.

"Lo gimana, ai ?' tanya Sea.

"Alhamdulillah gue keterima FHUI," jawabnya singkat.

"Lo gimana ?" tanya Misha kepada Sea.

"Lah lo tau sendiri gue mah gak dapet undangan SNMPTN dari sekolah, pake nanya lagi. Ngeledek lo ?" ujar Sea dengan nada santai.

"Tapi bukannya lo dapet beasiswa ?" timpal Zigo.

Sea mengode kepada Zigo untuk tidak mengatakannya sekarang tapi apa boleh buat manusia tidak peka itu mana ngerti kalau Cuma dikodein doang. "Lo dapet beasiswa ? dimana ?" tanya Aira.

"Gue lolos si beasiswa, ke Thailand. Lagi ngelengkapin berkas – berkas, doain ya gais supaya lancer." Akhirnya, mau tak mau laki – laki itu mengatakan sejujurnya. Aira memang tidak tau, ia tidak berniat memberitahu teman – temannya tapi saat ia masuk ke BK untuk menanyakan soal beasiswa disana ada Zigo dan Misha yang sedang merapikan ruangan. Alhasil, mereka tau deh.

"Oh gitu, terus kapan lo bakal berangkat ?" tanya Aira.

"Mungkin sekitar bulan Juli akhir atau awal agustus sesuai keluarnya VISA aja," sahut Sea.

"gue kira lo ngambil univ yang masih ada di Indonesia, tau – Taunya langsung keluar negeri gitu. Padahal gue berharapnya bisa satu univ sama lo walaupun beda fakultas tapi mau gimana lagi." Suara Aira terdengar sedih.

"tenang aja si, gue bakal sering – sering ngabarin kalian terutaman lo, ai." Sea diam sejenak, matanya menatap dalam wajah Aira. "Cuma 3,5 tahun aja kok, gak lama. Lo belajar yang bener disini, teman – temen yang lain bakal ikut jagain lo. Jangan merasa sendiri, ok ?" Sea berusaha untuk menenangkan.

"Tapi gue gak tau kondisi lo disana nanti gimana, pasti banyak cewe – cewe cantic juga, gue rasa gue gak berhak untuk itu, karena gue sadar kita gak lebih dari teman kan ?" ujar Aira.

"kata siapa ? gue lebih suka lo daripada cewe – cewe disana. Lo pacar gue mulai sekarang, tenang aja gue bukan tipe cowok yang suka selingkuh kaya Zigo." Sea terkekeh.

Dokter keluar dari kamar ayahnya dirawat tadi. Menampilkan ekspresi yang sulit diartikan. Didampingi oleh satu suster, Aira, Farzan, dan Lestari langsung mendekat kearah dokter dengan wajah cemas. "Gimana dok ?" tanya Lestari.

"kondisi pak Setyo semakin parah, harapan untuk sadarkan diri hanya 5%. Kami tidak bisa bertindak apa – apa lagi selain ada keajaiban. Maaf saya harus mengatakan ibu bisa memilih untuk tetap dipertahankan atau diikhlaskan, karena tubuh Pak Setyo tidak berfungsi secara otomatis melainkan pengaruh alat – alat yang kami pasangkan ditubuhnya," jelas dokter.

Pilihan macam apa ini, "jangan dilepas dokter saya mohon, biayanya akan saya tanggung. Saya akan kerja paruh waktu untuk semua biayanya. Tolong ayah saya dokter, suster," mohon Aira.

"Tapi ai ?" ucap Ayman.

"Aku percaya kalo ayah kuat, ayah pasti bisa bertahan. Kumohon tunggu ayah sebentar lagi, ya ?" Aira terus memohon kepada semua orang yang ada disana.

"Baiklah, jika dalam 1 bulan tidak ada perkembangan, kami tidak punya pilihan lain untuk melepaskannya." Aira mengangguk lemah.

"Mah, Aira gak siap harus ditinggal ayah, selama ini ayah udah pergi, kenapa harus pergi yang lebih jauh lagi sementara Aira belum sempet ngapa – ngapain. Dan Sea juga akan pergi dalam waktu dekat ini, apa alam sedang bercanda dengan Aira, mah ?" Lestari menghelai napas Panjang.

"Semua bakal terlewati, sabar ya yang kuat. Masih banyak orang yang berada disekitar kamu. Ikhlaskan yang pergi, syukuri yang ada dan terimalah yang datang," nasihat Lestari.

Sea mendekat lalu mendekap dengan erat tubuh Aira. Gadis itu menangis semakin kencang didalam dekapannya. Sebagai teman yang baik tak perlu berkata apapun sudah mengerti, tak perlu bertanya, tak perlu diminta semua akan dilakukan dengan tulus. Jagalah jika sudah mendapatkan teman seperti itu, mereka mudah dilepas namun sulit dicari kembali. "Aku berharap bahwa semua ini hanya kembang tidurku, jangan pergi." Sea mengisyaratkan teman – temannya untuk mendekat dan ikut memeluk gadis itu, memberikan segala energi positif, menyalurkan tenaga dan membuatnya merasa nyaman dan ada orang yang peduli dengan dirinya.

"Thanks."

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*hargailah karya seseorang dengan tidak menjiplak ceritanya serta jangan lupa tinggalkan jejak kalian. terimakasih.

Sekolah MiliterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang