Happy Reading^^
"Ananda!" teriak mereka bersamaan.Gadis yang di panggil Ananda itu menutup kedua telinganya menggunakan tangan. "Berisik!"
Naisila berdiri-menghampiri gadis itu dan memeluknya. "Nda, Nai kangen tau! Kemana aja sih? Enggak ada kabar, ngilang gitu aja," keluh gadis berambut pendek itu.
"Lebay lo," kekeh Ananda.
Dera memutar bola matanya malas. "Bukannya lebay, Lo kira kita gak khawatir apa sama Lo. Bayangin aja nih, kita tuh terakhir ketemu pas acara perpisahan, kalau gak salah. Saat pengambilan Ijazah pun, Lo gak-ada malah diwakilkan sama Om Sultan. Sebenarnya Lo itu kemana aja sih? Sekolah Lo sekarang di mana?" tanya Dera beruntun.
"Satu-satu kali nanyanya. Jadi tuh, Gua gak kemana-mana, tiap hari main nya di rumah terus. Biasalah, Gua lagi menjalankan hukuman dari Bokap gara-gara ditilang sama Polisi," jelas gadis itu yang membuat Naisila dan Dera saling pandang.
"What! Ko bisa?" seru Dera.
"Ya ... Gitu deh, intinya Gua ketilang karena pake motor ke jalan raya, bukannya minta dianterin supir. Saat itu, lagi ada razia besar-besaran, Gua lupa gak pake helm, Apalagi Gua masih bersetatus sebagai pelajar, belum punya SIM."
"Terus-terus," ucap Naisila penasaran.
"Gua langsung telefon bokap dan bilang kena razia. Bokap datang dan langsung natap Gua serem banget. Asli sih, antara malu sama takut, semua Polisi yang ada di sana malah salaman sama bokap, sedankan Gua, hanya bisa pasrah. Dia juga bilang, 'Anak polisi ko ditilang sama Polisi, malu-maluin Ayah aja' dan setelah kejadian itu. Gua gak boleh bawa kendaraan sebelum punya SIM." jelas Ananda.
Dera tertawa setelah mendengarkan penjelasan dari sahabatnya itu. "Mampus Lo."
"Terus kenapa Nda ada di sini? Bukannya Nda masih kena hukum ya?" tanya Naisila.
"Gua ke sini cuma mampir doang."
Naisila meresponnya dengan anggukan kepala. "Eh, di SMA Lo ada cogan gak?" tanya Dera jenaka dengan alis yang dinaik turunkan.
"Pikiran Lo cogan mulu Ra, Gak-ada, menurut Gua sih, semuanya sama aja," cetus Ananda.
"Ah, Lo mah gak asik, sama kayak Nai."
Naisila yang merasa namanya tersebut, menautkan alisnya. "Kok bawa-bawa Nai sih!" protes gadis itu.
"Udah-udah, mumpung gua ada di sini, kalian mau gak gua telaktir?"
"Mau!"
Ananda mencibir, "Yeu, giliran yang geratisan aja, kompaknya minta ampun."
Naisila dan Dera kembali memangil Pramusaji. Gadis berkacamata itu hanya memesan satu porsi makanan, sedangkan gadis berambut pendek itu memesan tiga porsi makanan. Ananda dan Dara dibuat geleng-geleng kepala.
"Nai, Lo gak takut gendut apa?" tanya Ananda.
Naisila mengeleng. "Gendut? Nai gak takut gendut. Karena prioritas Nai sekarang adalah kenyang."
"Lo mau morotin duitnya Nda ya?" tuduh Dera.
"Nda kan anak Om Sultan, Teraktir Nai segini doang gak bakalan bikin bangkrut kok. Iya kan Nda? Nda ikhlas kan?" tanya gadis itu pada Ananda dengan senyuman andalannya.
Ananda menghembuskan napas pelan, kemudian mengangguk pasrah. "Salah siapa juga yang nawarin telaktiran." gumam Ananda pelan.
••••
Naisila dan Dera baru saja keluar dari cafe, sedangkan Ananda-gadis itu sudah terlebih dahulu pulang sebelum makanan kedua sahabatnya itu habis. Aura kebahagiaan sangat terpancar jelas di kedua wajah mereka, apalagi kalau bukan, berkat telaktiran sahabat sedari SMP-nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAISILA [SEGERA TERBIT]
Teen FictionNote: Cerita sudah END dan proses revisi Happy Reading♥ "Kita itu apa?" "Al Nanya sama Nai?" tanya Gadis itu begitu polos. "Terus sama siapa lagi? di sinikan cuma ada aku sama kamu," jawab laki-laki itu gemas. "Masa Al enggak tau! Kita itu manusia y...