Naisila #Dua

7.2K 297 14
                                    

Happy Reading^^


"Assalamuallaikum anak-anak," salam seorang pria paruh baya dengan seragam guru yang dikenakannya.

Semua murid yang berada di dalam kelas dengan kompak menjawab salam Wali kelas mereka. Laki-laki yang berprofesi sebagai guru—Wali kelas Sepuluh Ipa 2 itu memberitahukan informasi tentang ujian semester. Seperti apa yang sudah beliau katakan bahwa semester kali ini, untuk setiap ruangan yang ditempati siswa akan digabung dengan kelas lain.

Naisila mendengar bahwa, kelas sepuluh Ipa 2 akan digabungkan dengan kelas sepuluh Ips 2. Untuk setiap ruangan, masing-masing kelas akan dibagi menjadi dua bagian. Misalkan dari absen nomor 1-20 untuk ruangan 1 dan absen nomor 21-40 berada di ruangan 2. Begitupun dengan kelas lain. Sehingga setiap ruangan ada 40 murid,  tempat duduk merka akan bersebelahan dengan kelas lain.

"Untuk kartu peserta akan dibagikan oleh ketua kelas. Dan untuk ruangan juga  jadwal, kalian bisa melihatnya di mading."

Semuanya yang ada di dalam kelas hanya mengangguk. Setelah berpamitan, laki-laki yang menjabat sebagai Wali kelas sepuluh Ipa 2 itu pun meninggalkan kelas. Kini giliran ketua kelas mereka yang membagikan kartu peserta. Tak berselang lama, bel sekolah pun bebunyi menandakan waktu pulang.

Naisila menengok ke arah samping, didapatinya Dera yang sedang membereskan buku yang akan dimasukan kedalam tas.

"Dera, sebelum pulang kita kemading dulu kan? Nai ikut ya," pinta gadis itu.

Dera meresponnya dengan berdeham. Gadis bermbut pendek itu kemudian berdiri dengan tas yang sudah berada di pundaknya. Naisila memperhatikan gadis itu. "Lama!"

"Sabar," ucap Dera dengan mata mendelik.

Setelah gadis berkacamata itu menggendong tas kepunggungnya, mereka kemudian berjalan beiringan meninggalkan kelas menuju mading.

Setelah sampai didepan mading, mereka tidak langsung melihatnya, kedua gadis itu telebih dahulu menjauh dari kerumunan yang sangat padat. Mau tak mau keduanya harus menunggu sampai mading nya agak sepi. Karena Naisila tidak menyukai berdesak-desakan. Ketika para siswa sudah mulai bubar, kedua gadis itu kemudian berjalan mendekati mading. Mereka melihat kertas yang tertempel di sana, sambil mengecek daftar nama Mereka.

"Nai, lo Ruangan berapa?" tanya Dera sambil menoleh ke arah Naisila.

"Ruang 4."

Gadis berkacamata itu memanyunkan bibirnya. "Kita gak seruangan," keluh Dera.

Naisila kemudian menoleh dan menatap manik mata gadis itu.  "Kenapa?  Bukannya bagus ya?"

"Bagus apanya samyang?"

"Biar Dera enggak nyontek," kekeh gadis itu.

Dera menatap sinis Naisila, oh ayolah, kenapa gadis begitu menyebalkan, kenapa pula sahabatnya itu sangat pelit. "Kok lo jahat sih? Gua liat, lo bakalan seruangan sama Langit. Gua juga mau Nai ...."

"Mau apa?"

"Nyontek," ucap Dera sambil nyengir.

"Apa manfaatnya nyontek?"

"Eits, Jangan salah ya. Menyontek adalah salah satu olahraga yang melatih kecepatan dan kefokusan mata."

"Bacot!" sahut seorang laki-laki baru saja datang dan kemudian berada di samping Naisila.

Dera menoleh, disusul Naisila. Dera juga mengubah mimik mukanya menjadi judes. "Apasih lo! Kabel butut nyambung aja," cetus gadis itu.

"Eh, ada Dora," ledek laki-laki itu.

NAISILA  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang