Awas banyak typo:!
Naisila menatap lamat seorang gadis yang sedang meminum aqua di bangku taman rumah sakit. Dera—gadis itu sedang apa di rumah sakit? Atau jangan-jangan, gadis itu sendiri yang sedang sakit. Daripada Naisila terus-terusan bergulat dengan pikirannya, lebih baik dirinya menghampiri sahabatnya itu. Sahabat? Apakah Dera masih menganggapnya sahabat atau bukan? Entalah, gadis itu berharap mereka masih tetap bersahabat.Dera terbatuk ketika melihat Naisila yang sedang berjalan ke arahnya, gadis itu kemudian mengelap bibirnya yang basah dengan baju lengan. Dera memperhatikan Naisila yang juga memperhatikannya.
"Dera."
"Nai."
Mereka berucap secara bersamaan. Naisila kemudian tersenyum canggung, Dera yang melihat tingkah gadis itu kemudian menyuruhnya untuk duduk sampingnya. Naisila hanya mengangguk dan kemudian duduk di samping Dera dengan gadis itu yang menatap botol aqua yang sedang di genggam.
"Dera kenapa ada di sini? Dera sakit?"
"Gua gak-papa, lo sendiri ngapain ada di sini?"
"Nai jagain Oma yang lagi sakit, pas mau ke kantin, malah liat Dera di taman. Yaudah Nai, samperin," jawab gadis itu.
Dera kembali meminum air mineralnya itu. "Dera belum jawab pertanyaan Nai!" seru gadis itu yang membuat Dera menyiritkan alisnya.
"Dera ngapain ke sini?"
Gadis itu terdiam, ia kemudian menghela nafas pelan. "Maafin gua Nai," ucap Dera sambil menunduk.
"Hah?" Naisila menatap heran ke arah gadis itu.
Dera memegang tangan Naisila. "Maaf karena gua udah bohongin lo, maaf karena gua, lo jadi sakit hati." gadis itu kemudian menunduk.
Naisila masih bingung, sebelumnya gadis itu bertanya alasan Dera ada di sini, tapi kenapa gadis itu malah meminta maaf padanya. Naisila kemudian berfikir, gadis itu kemudian mengangguk dan tersenyum tipis. Kali ini, Naisila baru paham dengan apa yang akan dikatakan gadis itu.
"Dera liat mata Nai deh," titah Naisila sambil menggenggap balik tangan Dera.
Gadis itu menuruti apa yang dikatakan sahabatnya, menatap manik mata yang hitam pekat milik Naisila. "Kenapa?"
"Apa Nai boleh tau, alasan Dera berbohong?"
Dera mengangguk dan menghela nafas sebentar. "Tapi setelah ini, lo jangan marah, janji?" pinta gadis itu sambil menyodorkan jari kelingkingnya.
Naisila membalas uluran kelingking gadis itu. "Janji."
"Lo inget gak, selesai pensi waktu itu, gua bilang sama lo untuk jangan terima saat Langit nembak?" Naisila mengangguk, ia mengingatnya, hal yang membuatnya begitu penasaran.
"Malam hari sebelum pensi, gua ikut kumpul keluarga di rumah nenek. Gua kaget kalau disana juga ada langit dan keluarganya. Dan yang paling parahnya, obrolan yang mereka bahas itu tentang perjodohan." Dera menjeda ucapannya, kemudian menatap Naisila yang menatapnya juga.
"Gua bingung, siapa yang akan dijodohkan oleh Nenek. Ternyata, Nenek menjodohkan Arsila dan Langit. Tapi, Langit nolak dengan beralasan kalau dia udah punya seseorang yang disayangi. Gua udah nebak juga kalau itu elo, karena selama ini, lo sama Langit itu deket banget."
"Al Terima perjodohannya?" potong Naisila.
Dera menggeleng. "Dia nolak, tapi Arsila maksa, dia paksa Nenek supaya lanjutin perjodohan ini. Saat Langit mau ngebantah, Neneknya Langit sendiri bilang kalau dia menolak perjodohannya dengan Arsila. Dia akan pindah sekolah ke luar negri."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAISILA [SEGERA TERBIT]
Teen FictionNote: Cerita sudah END dan proses revisi Happy Reading♥ "Kita itu apa?" "Al Nanya sama Nai?" tanya Gadis itu begitu polos. "Terus sama siapa lagi? di sinikan cuma ada aku sama kamu," jawab laki-laki itu gemas. "Masa Al enggak tau! Kita itu manusia y...