Naisila #Lima

4.4K 200 9
                                    

Happy Reading^^

°°°°°°°°°°

"Sekarang Nai mau ngobrolin apa?" tanya Mbak Rara.

"Ehm ...  Jadi gini. Nai lagi cari tahu tentang Orang Tua Nai. Nai Udah nanyain beberapa kali ke Oma. Tapi Oma enggak pernah ngasih tau apapun. Jadi. Nai mutusin buat mencari tahunya sendiri." Gadis berambut pendek itu menjeda ucapannya. "Nai udah tau kalau Mbak Rara kenal Oma sebelum bekerja di sini. Nai juga mau tanya. Apa Mbak Rara kenal Bundanya Nai?" lanjutnya.

"Mbak kenal Bunda kamu. Selain cantik, dia itu orangnya baik. Dan dia juga jago bikin kue kaya Oma Ila."

"Terus, Mbak tau Ayah?"

Mbak Rara menggeleng. "Mbak enggak datang ke acara pernikahan Bunda kamu."

"Mbak pernah foto bareng sama Bunda?"

"Bentar."

Mbak Rara mengeluarkan benda Handphone di saku celananya. Kemudian mulai mencari di galeri. Mbak Rara menepuk keningnya pelan. "Yah. Mbak lupa kalau memori yang ada di Hp Mbak hilang."

"Yah."
Naisila menununduk lesu. "Gimana caranya Nai bisa tau foto bunda."

"Gimana kalau kamu cari di kamar Oma Ila aja."

Naisila menggeleng. "Nai gak berani."

"Mbak cuma bisa ngasih saran itu aja."

Kring!!

Lonceng di atas pintu berbunyi. Dan ketika pintu terbuka. Terlihat seorang laki-laki yang yang umur nya tak jauh dari Naisila.

"Bentar, Mbak kesana dulu." Naisila mengangguk. Gadis berambut pendek itu memicingkan matanya. Ia seperti kenal dengan perawakan  laki-laki bertubuh jangkung itu.

Gadis itu menghampiri meja. "Jadi, uang yang kemaren belum dibayar berapa?" tanya laki-laki yang sekarang ada di samping.

"Totalnya Rp.50.000.00" ujar Mbak Rara sambil melihat buku catatan hutang.

Laki-laki itu memberikan uang berwarna biru itu ke Mbak ila.

"Yarsa kasbon?" ujar Naisila.

Laki-laki yang disebut yarsa itu menoleh. "Eh, ada Naisila. Hehe iya. Gua lupa bawa duit," jawab nya sambil menggaruk tengkuk ya g tidak gatal.

Mbak Rara terkekeh "Udah biasa dia."

Yarsa hanya cengengesan tidak jelas. "Eh Mbak. Yarsa boleh ambil pank cake enggak? Seperti Bi-"

"Jangan dikasih Mbak," potong Naisila.

Yarsa kembali menoleh ke arah Naisila. "Loh kenapa?" Naisila berdecak pinggang. "Karena Yarsa ngutang."

Yarsa mendengus kesal. "Pelit lo mah. Eh ingat ya. Pembeli adalah raja."

"Raja ko ngutang."

"Bayangin aja. Kalau rajanya sedang kesusahan. Apakar rakyat tidak mau membantu? Kalau tidak. Kamu memang jahat." ujar Yarsa yang mulai ngelantur.

NAISILA  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang