Naisila #duapuluhtujuh

1.8K 95 9
                                    

Awas Banyak Typo:!

Arvan melepaskan pelukan-nya ketika melihat pintu yang berada di belakang Leri terbuka, dan menampakan Oma Ila yang menggunakan baju rajut, juga syal yang melingkar di lehernya.

"O-Oma," ucap Arvan terbata-bata.

"A-Arvan ... Cucu-nya Oma?" Arvan mengangguk. Laki-laki itu kemudian memeluk Oma Ila yang berdiam di tempat.

Ada perasaan yang tidak dapat dijelaskan yang Oma Ila rasakan kali ini. Naisila dan Hani hanya bisa berdiam diri melihat mereka.

Naisila bingung, apa yang Oma katakan tadi. Cucu? Oma memanggil Kak Arvan dengan sebutan Cucu. Berbagai pertanyaan pun mulai bermunculan di kepalanya.

Arvan melepaskan pelukan-nya. Ia menatap lamat wajah Oma Ila. Kemudian laki-laki itu teringat sesuatu.

"Han, kamu bisa nunggu aku di mobil?" titah Arvan pada Hani. Gadis itu mengangguk. Ia kemudian berjalan meninggalkan Naisila yang masih berdiam diri.

"Queen, kamu boleh masuk sekarang," titah Leri pada gadis itu.

Naisila menatap wajah Om-nya. "Om gak marah? Om enggak mau hukum Queen? Oma juga?"

Om leri menghampiri keponakan kesayangan-nya itu. "Om enggak pernah bisa marah sama Queen. Sekarang, Queen masuk ke kamar ya."

Gadis itu mengangguk patuh. Ia menatap dalam wajah Oma. "Maafin Queen Ma," ucapnya tulus.

Oma Ila mengecup kening Naisila. "Oma maafin. Tapi jangan di ulang."

Naisila tersenyum lega. "Kak Arvan makasih udah ngenterin Nai," ucap gadis itu pada Arvan.

Laki-laki itu mengangguk. Setelah Naisila masuk. Arvan menatap Oma dan Leri bergantian.

"Sekarang, Om sama Oma bisa jelasin semua yang terjadi kan?" tanya Arvan to de point.

Leri terkekeh. "Kamu seperti ayah kamu. Tidak bisa basa-basi. Nanti Om bakalan jelasin."

"Tapi kapan?"

"Besok," sahut Oma Ila.

"Jangan menghindar lagi," pinta Arvan.

Oma Ila menggeleng. "Enggak akan."

Arvan tersenyum bahagia. "Boleh peluk Oma lagi?" tanya Arvan memastikan. Oma Ila mengangguk. Keduanya kembali berpelukan untuk melepaskan rindu yang sudah menumpuk lama.

"Oma rindu Arvan."

°°°°

Matahari di pagi hari begitu cerah. Secerah perasaan Naisila hari ini. Semalam, Om dan Oma memaafkan kesalahan-nya. Biasanya, jika ia berbuat kesalahan. Semua orang akan mendiamkan-nya.

Namun hal itu tidak terjadi malam tadi. Oma dan Om Leri bersikap seperti biasa padanya. Tidak menanyakan sesuatu. Apa mungkin, itu karena ada Arvan yang menjelaskan.

Berbicara soal Arvan. Naisila melihat mobil yang Ia naiki selamam baru saja berhenti tepat di depan-nya. Perasaan, Ia tidak memiliki janji apapun dengan laki-laki itu. Atau mungkin, Arvan hanya sengaja berhenti untuk menyapa.

Laki-laki itu keluar dari mobil. Naisila memperhatikan pakaian Arvan. Dengan menggunakan kemeja kotak-kotak juga celana jins hitam yang begitu kontraks dengan badan yang dimiliki oleh Arvan.

"Kak Arvan kenapa ke sini?" tanya Naisila ketika Arvan sudah berada di hadapannya.

"Kakak ada urusan sama Oma kamu," jawab Arvan sambil tersenyum.

"Urusan? Nai buat sesuatu yang salah ya sama Kak Arvan? Sampai-samapai ada urusan sama Oma?" cerca Naisila.

Arvan terkekeh, ia mengacak pucuk kepala Naisila pelan. "Kalau iya kenapa?" goda Arvan.

NAISILA  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang