Naisila #Delapanbelas

2.1K 110 11
                                    

Awas banyak typo:!

"Darvin."

Kedua laki-laki dewasa itu saling terdiam satu sama lain. Sama halnya dengan kedua remaja itu. Kedianya saling pandang. Mereka memiliki banyak pertanyaan di kepala mereka. Apakah Om Leri mengenali Ayah Arvin? Tapi, raut wajah yang keduanya tampilkan menunjukan raut kemarahan.

Tanpa aba-aba Om Leri menarik tangan Naisila dengan cepat, hingga gadis itu langsung berdiri dan mensejajarkan langkahnya dengan Om nya itu. Sedangkan Ayah Arvin menyuruh anaknya itu tetap berdiam di sini. Kemudian ia mengejar dua orang yang berjalan meninggalkan nya tadi.

"Oke gaes. Waktunya main game." sambil menunggu Ayah nya pergi. Arvin memutuskan untuk berdiam diri disana. Apakah Ayah nya tidak tahu, kalau dirinya sudah sangat lapar? Benar-benar jahat. Pikir Arvin. Ia seperti anak yang terlantarkan. Sambil sesekali memegangi perutnya.

Naisila sudah berada di dalam mobil. Sedangkan Om Leri—Laki-laki itu di halang masuk oleh Ayahnya Arvin. Naisila tidak mendengar perbincangan keduanya. Yang ia tau, raut wajah Om Leri begitu panik ketika melihat Ayah Arvin dengan muka memerah.

"Anak saya dimana?" tanya Darvin datar yang berada di hadapan Om Leri.

"Jangan berbohong Leri!" seru laki-laki itu.

Om Leri terdiam. Paman gadis berambut pendek itu tidak menjawabnya. Ia hanya menatap laki-laki yang berada di hadapannya denga wajah datar. Dan berusa mengontrol ke gugupannya. Apakah Paman nya gugup? Karena apa? Naisila juga memperhatikan keduanya dari dalam mobil.

"15 tahun kalian memisahkan kami. Batas kesabaran saya sudah habis. Saya ingin bertemu anak Saya!"

Om Leri tidak berbicara sedikit. Laki-laki itu tetap teguh dengan pendiriannya. Diam.

"Dia dimana?"

Tidak ada sahutan.

"Anak saya dimana Leri!"

Om Leri tetap diam. Dia menatap datar lawan bicaramya itu.

"ARVINA DIMANA LERI!"

°°°°

"Om gak kenapa-napa kan?" tanya gadis itu ketika Om Leri memasuki mobil. Laki-laki itu menoleh dan tersenyum kemudian menggeleng. Memberi tahu bahwa Ia baik-baik saja.

"Queen dengar apa yang tadi Om katakan ketika diluar?" gadis itu menggeleng. Semua kaca mobil tertutup rapat. Naisila hanya dapat melihat raut wajah keduanya tanpa mendengar pembicaraan mereka. Tapi ada satu hal yang Naisila liahat dari bibir Ayah Arvin. Beliau mengatakan 'Anak'. Yang pasti, Naisila tidak yakin dengan pikirannya.

"Syulurlah...." laki-laki itu bernapas lega ketika mendengar jawaban yang keluar dari mulut keponakannya itu. Gadis kecil yang berada di sampingnya itu tidak perlu tahu apa yang terjadi.

"Sekarang kita pulang ya."

"Nanti turunin Queen di mini market depan ya Om," pinta gadis itu.

"Enggak langsung pulang?"

"Enggak, nanti Om kasih tau ke Oma ya."

"Biar Om tungguin."

"Enggak perlu. Queen bisa sendiri oke." Om Leri mengangguk. Toh, jarak mini market dengan rumah Naisila tidak terlalu jauh. Jadi ia yakin kalau keponakannya itu tidak akan kenapa-napa.

Sesuai permintaan Naisila. Om Leri memberhengikan mobil nya di depan mini market. Entah apa yang akan di beli gadis itu. Naisila kemudian menyuruh Om Leri untuk pergi. Setelah mob Om Leri pergi, Ia memasuki mini market.

NAISILA  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang