Naisila #Duapuluhlima

1.8K 100 8
                                    

Awas banyak typo:!

Sejak dari pagi Naisila berada di toko kue milik Oma-nya. Gadis itu sedang bertugas menjadi kasir menggantikan Mbak Rara yang sedang berada di dapur.

Tanggal merah kali ini membuatnya bosan berada di rumah. Apalagi, Oma yang sedang pergi entah kemana bersama Om-nya. Daripada di rumah terus. Ia akhirnya pergi ke toko kue untuk menghilangkan rasa bosannya.

Pengunjung kali ini lumayan ramai. Ia juga sesekali dibantu Kak Opi—perempuan cantik yang berumur 22 tahun. Kak Opi juga menggunakan hijab. Naisila kagum dengan perempuan itu, karena sikap nya yang anggun.

Seorang laki-laki baru saja masuk kedalam toko. Laki-laki itu langsung berjalan ke arah meja kasir. Naisila saat itu sedang menunduk mengambil bolpoint yang jatuh.

"Permisi, Mbak, saya mau ambil kue yang dipesan Bunda saya kemarin," kata laki-laki itu.

Naisila mendonggak. "Apin!" seru gadis itu ketika melihat wajah Arvin yang berada di hadapannya.

"Nabila." arvin tak kalah terkejut ketika melihat Naisila. Yang terlintas di otaknya kali ini. Apakah Naisila sedang bekerja?

"Lagi ngapain?" tanya arvin.

"Duduk," jawab gadis itu cepat.

"Maksudnya tuh. Ngapain lo ada di meja kasir. Lo kerja di sini?" tanya laki-laki greget dengan Naisila.

"Enggak. Nai lagi bantu-bantu aja di toko." Arvin mengangguk.

"Bentar. Tadi Apin pesen apa?"

"Gua mau ngambil pesanan kemarin."

Naisila mengangguk.  "Tunggu bentar." gadis itu kemudian beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Mbak Rara yang sedang membuat adonan.

Perempuan itu kemudian mencuci tangannya dan beranjak menuju kasir setelah diberitahukan oleh Naisila.

"Ini pesanan-nya," ujar Mbak Rara sambil menyimpan kresek yang berisika bolu. Arvin menerimanya. Sebentar, Ia kira Bunda-nya memesan kue. Ternyata Bolu.

Bagaimana cara bawanya? Ia menggunakan motor ke sini. Bolu-nya mau disimpan dimana? Ia perlau bantuan seseorang. Naisila! Ya, gadis itu mungkin saja mau menolong-nya.

"Nai." laki-laki itu memanggil Naisila yang sedang duduk di kursi tunggu. Naisila akan pulang. Gadis itu hendak memesan ojek. Namun, hal itu ia urungkan karena Arvin memanggil nya.

"Ada apa?"

"Bantuin gua mau gak? Lo kan baik. Jadi mau dong," pinta Arvin.

"Bantuin apa?"

"Bantu bawa bolu. Gua soalnya bawa motor." Naisila mengangguk. Ia kemudian berbicara terlebih dahulu dengam Mbak Rara. Sedangkan Arvin—laki-laki itu menunggu Naisila di depan toko.

Arvin menoleh ketika Naisila keluar. "Yuk Nab," ajak laki-laki itu.

"Kalau udah nyampe. Langsung anterin Nai pulang," pinta Naisila. Arvin mengangguk setuju. Itu tidak masalah, yang penting Bolu-nya sampai di rumah dengan aman.

Naisila duduk di belakang Arvin. Laki-laki itu membawa motor matic-nya dengan pelan. Arvin dan Naisila sama-sama terdiam. Karena kalau salah datu diantara mereka berbicapun pasti tidak jelas di dengar. Karena jalanan yang begitu berisik.

Arvin memasuki kawasan perumahan yang begitu besar. Naisila pernah ke sini, karena waktu itu ia sempat mengantarkan Kalvin. Dan sekarang. Seperti mimpi, Naisila bisa memasuki rumah yang begitu besar menurutnya.

Gerbang rumah itu di tutup oleh satpam ketika Arvin sudah memasuki halaman rumah. Naisila turun terlebih dahulu dan disusul Arvin.

"Nai nunggu aja ya," cicit Naisila pada Arvin.

NAISILA  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang