Naisila #Delapan

3.3K 162 9
                                    

Happy Reading^^
°°°°°°°°°°
Awas banyak typo:!

Hari kedua ulangan semester berjalan dengan lancar. Hal itu yang Naisila rasakan. Tetapi entah dengan orang lain, gadis itu berbeda dengan yang lain. Hari kedua ulangan semester juga di suguhi oleh pelajaran Fisika. Itu adalah hal kecil yang mampu gadis itu taklukan. Katakanlah Naisila terlalu sombong dengan kepintaranya. Tapi begitulah dengan kenyataannya.

Naisila sedang berjalan menuju halte. Namun, tepukan seseorang dari arah belakang mengagetkan gadis berambut pendek itu. Ia langsung berbalik, ternyata yang menepuk pundaknya adalah Langit.

Laki-laki itu tersenyum. "Pulang bareng yuk," ajaknya.

"Emangnya, Nai enggak bakalan ngerepotin Langit?" tanya gadis itu.

"Ali ... Nai, nama aku memang Langit. Tapi kamu harus panggil aku Ali seperti biasa oke," titah laki-laki itu.

Naisila mengangguk. Gadis itu baru saja mengetahui fakta kalau orang yang sring ia sebut Ali adalah Langit, seseorang yang selalu Dara cerita kan. Naisila mengetahuinya ketika, teman sebangkunya—Naufal memanggil nama laki-laki sedangan sebutan Langit. Dan saat itu juga Naisila mengetahui bahwa nama lengkap laki-laki itu adalah Langit Aliviano.

Saat awal MOS seorang gadis berambut pendek sedang membaca buku di jajaran meja pertama paling pojok. Siswa-siswi yang lainnya sibuk besosialisasi. Sedangkan gadis itu hanya sibuk dengan bukunya.

Gadis itu larut dalam buku yang ia baca, sampai-samapai ia tidak menyadari kalau ada seseorang yang duduk di sampingnya.

"Hai," seseorang yang berada di samping gadis itu menyapa. Gadis itu menoleh. "Hai juga," balasnya.

"Nama kamu siapa?" tanya laki-laki itu. "Naisila." ia melihat name tag gadis itu. Gadis yang bernama Naisila itu mengangguk. "Kamu?"

"Ali!" seru seorang gadis yang baru saja datang dari arah pintu dan menghampiri keduanya. "Oh ... Jadi Nama kamu Ali ya," ujar Naisila.

"Bukan-bukan nama aku itu La—" penjelasan laki-laki itu terhenti oleh seorang gadis yang menarik tangannya. "Ayo cepetan, Mamah lo nunggu lo di gerbang tuh." Ali langsung saja berdiri dan meninggalkan Naisila disana.

"Jadi ... Nama dia Ali."

°°°°

"Mau mampir lagi enggak?" tanya Naisila.

Gadis itu baru saja sampai di depan rumahnya. Seperti biasa, Ali— laki-laki itu mengantarkan Naisila dengan motor KLX miliknya.

"Enggak deh, aku enggak mau ngerepotin." Ali bebicara di balik helm itu.Naisila menggeleng. "Ih ... Enggak ngerepotin kok. Malah Oma senang kalau Ali main ke rumah lagi."

Laki-laki itu terdiam sejenak. Sebenarnya dia inggin mampir ke rumah Naisila. Akan tetapi, dia sedikit tidak enak hati karena takut merepotkan Oma gadis itu. Seperti kemarin, dia ingin menolak untuk makan tapi, dia tidak enak untuk mengungkapkan nya. Padahal ia masih kenyang saat itu.

"Lain kali aja deh."

"Yaudah, Hati-hati ya."

"Iya, tenang aja. Aku bakalan jaga hati," goda Ali.

"Hati Ali kenapa?" tanya gadis itu polos.

"Udah ilang." Gadis itu membulatkan matanya. "Kemana? Siapa yang nyuri?"

"Kamu."

"Ih ... Nai masih punya hati jadi enggak mungkin kalau Nai mencuri hatinya Ali," sangkal gadis itu dengan wajah poloanya.

NAISILA  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang