Awas banyak typo:!
"Gaes, jadi siapa yang bakalan mewakili kelas kita buat acara pensi?" tanya ketua kelas X Ipa 2 yang bernama Ragil.
Tidak ada sahutan. Semuanya diam, karena memang tidak ada yang mau.
"Ayolah, masa anak A2 kagak ada yang wakilin. Malu dong. Oke, siapa disini laki-laki yang bisa maen alat musik? Coba berdiri" Titah Ragil.
Siswa laki-laki yang berada di kelasnya ada 20 orang. Dan yang berdiri hanya 5 Orang. Astaga, apa-apaan ini. Pasti sebagian laki-laki bisanya bermain online dan mainin perasaan perempuan. Suudzan ae:v
"Kalian semuanya ikutan band enggak?" tanya Ragil. Karena ia tahu kalau di kelas nya banyak yang ikutan band. Dan karena itu juga mereka tidak bisa mewakili kelas.
"Gua, Rifan sama Reza enggak bisa," kata Yoga. Salah satu murid yang bisa bermain alat musik. Ada dua orang di sana. Tinggal sisa Yusuf dengan Dhani. Yusuf tidak bisa karena laki-laki itu yang menjadi panitia.
Tidak ada pilihan lain selain Dhani. "Dhan, berarti elo ya."
Dhani mengangguk ia tidak masalah untuk menjadi perwakilan di kelasnya. Hanya tinggal menunggu patnernya saja.
"Cewek?" Tiadak ada yang berdiri.
"Naisila bisa gil," celetuk Dera yang berada di samping Naisila. Gadis berambut pendek itu melotot.
"Ih, enggak!"
"Boong. Diem diem gini bisa maen alat musik ko."
"Emangnya lo bisa apa Nai?" tanya Ragil.
"Bisa ngerusuh," jawab Naisila. Semua murid yang ada di sana tertawa dengan jawaban Naisila.
"Dia bisa maen gitar," celetuk Dera. Gadis itu kemudian menjulurkan lidah ke arah Naisila. Sedangkan Naisila—gadis berambut pendek itu cemberut karena kesal.
"Ih, Dera ember banget sih. Kalau bisa Nai kutuk juga jadi bakpau biar bisa Nai makan," kesal Naisila.
"Beneran bisa Nai?" tanya Ragil lagi. Naisila mengangguk. "Sedikit."
"Yaudah berarti kamu ikutan ya." Gadis itu menggeleng. "Enggak mau! Kalau nanti Nai demam panggung gimana? Terus kalau panggungnya roboh gara-gara Nai naikin gimana?" gadis itu sedang mencari alasan untuk menolak. Namun hal itu malah di tertawakan sama semua teman-temannya.
"Cari alasan yang logis kek? Pokonya kamu harus ikut." final Ragil.
"Enggak mau!"
"Mau!"
"Enggak!"
"Yaudah, kalau Nai, enggak mau ikutan 2 mangkuk bakso hangus." pupil mata gadis itu membulat. "Emang mau di teraktir bakso?"
Ragil mengangguk. Mata Naisila berbinar. "Kalau gitu mah, Nai enggak mau nolak." laki-laki itu mencibik. Kalau sudah dikasih geratisan langsung nyosor.
"Oke sip. Jadi Dhani dan Naisila main gitar yang vokal siapa? Ada yang mau?"
"Gua aja!" seru Dera.
"Emang suara elo merdu?"
"Ck, ngeremehin. Tanyain aja sama bebek bebek tetangga. Mereka udah denger suara gua besoknya langsung pada mati."
"Si anjir. Serius kunyuk." Dera tertawa renyah. "Si Ragil Kaya kagak tau suara gua aja. Bisa ngalahin toa masjid ko. Speker sekolah aja kalah." bercandanya lagi.
"Oke deh. Dhani, Naisila sama Dera kalian satu tim yang akan mewakili kelas kita." final Ragil.
"Oke sip."
KAMU SEDANG MEMBACA
NAISILA [SEGERA TERBIT]
Teen FictionNote: Cerita sudah END dan proses revisi Happy Reading♥ "Kita itu apa?" "Al Nanya sama Nai?" tanya Gadis itu begitu polos. "Terus sama siapa lagi? di sinikan cuma ada aku sama kamu," jawab laki-laki itu gemas. "Masa Al enggak tau! Kita itu manusia y...