Happy Reading^^
"Nai, Gua enggak nyangka sama cowok tadi. Gila sih, rumahnya gede banget, kira-kira Bokapnya kerja apa ya? Anaknya juga ganteng, sayangnya, umurnya di bawah Gua. Kira-kira, Dia punya Kakak gak ya?" celoteh Dera.Naisila hanya bisa menjadi pendengar yang baik tanpa, membalas apa yang gadis itu bicarakan. Kasur milik Dera begitu menggoda untuk di tiduri, dirinya merasa ngantuk, hingga perlahan matanya mulai terpejam. Dera yang melihat gadis itu hanya mendengus kesal.
"Dasar tukang pelor, bangun gak Lo!"
"Nai."
Gadis itu menarik tangan sahabatnya yang begitu tenang dengan mata yang terpejam. "Bangun! bangun! Ayo bangun Nai ..."
"Jangan ganggu ih," kesal Naisila karena tangannya yang terus ditarik oleh Dera.
"Udah ayo bangun cepetan!"
Naisila mengalah, gadis itu kemudian menyusul Dera yang duduk di atas karpet. "Apa?" tanyanya to the point.
"Nai, Gua mau cerita sesuatu sama Lo."
Naisila hanya mengangguk, dirinya sudah paham dengan apa yang akan dibicarakan oleh sahabat itu. Dera terlebih dahulu membetulkan posisi duduknya dengan bantal yang berada di pangkuannya.
"Gua akan tinggal di sini sama Ayah, masalah Bunda, Gua enggak akan ikut ke LA, biarin Dia hidup sama suami barunya," ucap Dera mengawali pembicaraan yang serius dengan Naisila.
Keluarga Dera tidak seperti apa yang bayangkan. Keluarga yang begitu harmonis, penuh canda dan tawa, saling menyayangi satu sama lain. Kedua orang tua gadis itu memutuskan untuk berpisah, ketika dirinya masih SMP. Awalnya Dera tidak terima dengan keputusan kedua orang tuanya itu, dirinya sempat berpikir untuk kabur dari rumah, namun terurungkan karena hal tidak ada gunanya juga.
Sebenarnya, dirinya ingin egois, tidak ada kata perpisahan untuk orang tuanya. Lambat laun, dirinya mulai mengerti dengan keadaan, ia harus ikhlas dan menerima keputusan kedua orang tuanya itu.
Dera sempat terkejut ketika mengetahui fakta, jika kedua orang tuanya itu, menikah karena dijodohkan. Walaupun begitu, kedua orang tuanya itu sangat menyayanginya. Kasih sayang berupa harta yang mereka punya, apapun yang Dera inginkan, mereka selalu memenuhinya. Tetapi jika menyangkut urusan waktu, begitu sedikit yang mereka berikan.
Setelah perceraian itu, Bundanya mengajak Dera untuk tinggal dengan beliau di LA bersama Ayah tirinya itu. Di sisi lain, sang Ayah meminta putrinya untuk menetap di Indonesia.
Keputusan yang dipilih Dera adalah, menetap di Indonesia bersama sang Ayah. Bukan tidak mau bersama sang Bunda, Hanya saja, ia tidak mau tinggal bersama Ayah tirinya.
"Nai enggak mau Dera pergi."
Gadis itu menghela napas pelan. "Enggak akan, lagian nih ya, Gua enggak mungkin tinggalin Ayah sendirian. Ya ... walaupun Gua pengen banget ikut sama Bunda, Tapi mau gimana lagi? Ayah cuma punya Gua sebagai Putri satu-satunya yang cantiknya subhanallah ini."
"Serius Dera," kesal Gadis berambut pendek itu.
"Dua rius Nai, Gua pengen hidup bareng sama Ayah. Lagian kalau Gua kamgen sama Bunda, kita bisa telponan atau Video call kalau mau. Sedangkan Ayah? Dia lumayan sibuk karena banyaknya pekerjaan," ucap Dera.
"Terus, Dera di rumah sendirian dong? Kan Om Dodi kerja terus."
"Kata siapa?" tanya Dera.
"Ih! Kan Dera di rumah sendiri, Art juga datang subuh pulang sore kan? Terus Dera malem nya sama siapa?" tanya Naisila khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAISILA [SEGERA TERBIT]
Teen FictionNote: Cerita sudah END dan proses revisi Happy Reading♥ "Kita itu apa?" "Al Nanya sama Nai?" tanya Gadis itu begitu polos. "Terus sama siapa lagi? di sinikan cuma ada aku sama kamu," jawab laki-laki itu gemas. "Masa Al enggak tau! Kita itu manusia y...