Awas banyak typo:!
Libur semester telah usai. Naisila sudah siap dengan pakaian putih biru yang ia kenakan. Dua minggu libur semester yang telah ia lalui begitu membosankan.
Apalagi Dera yang tidak ada di rumahnya karena sedang berlibur di Bogor. Ia tidak punya teman lain untuk jalan-jalan. Ah iya ... Dera harus menjelaskan tentang semua ucapan yang menggantung waktu itu.
Waktu menunjukan pukul 06.20 sudah ada banyak siswa yang berlalu lalang melewati lapangan. Termasuk seorang gadis berambut pendek yang sedang berjalan menuju kelasnya.
Setelah sampai. Naisila hanya melihat tas teman-temannya yang berada di atas meja. Mungkin mereka sedang berada di kantin.
Naisila memutuskan untuk membaca buku diluar. Namun, niatnya itu ia urungkan. Gadis itu memilih ke toilet terlebih dahulu.
Naisila tidak berani ke toilet sebrang di dekat kelas 11 yang teman-temannya bilang lebih bersih. Ia memilih toilet kelas 10 saja. Walaupun agak kotor, yang penting dekat.
Setelah keluar dari toilet. Ia melihat seorang laki-laki yang sedang berada di depan toilet laki-laki. Gadis itu berjalan acuh melewati laki-laki itu. Namun, tangan Naisila di tahan oleh laki-laki yang Naisila lewati tadi.
"Lepasih." Naisila menghempaskan laki-laki yang memegang pergelangan tangannya.
Naisila menyipitkan matanya ke arah laki-laki itu. Gadis itu seperti pernah melihatnya. Tapi dimana?
"Ada apa?" tanya Naisila tode point. Ia tidak ingin berlama-lama dengan orang asing.
"Gua kangen sama lo," kata laki-laki itu.
Naisila membelakan mata. Orang ini kenapa? Ia baru bertemu. Kenapa langsung bilang kangen? Apa laki-laki itu salah orang?
"Maaf, mungkin kamu salah orang." Naisila meninggalkan laki-laki itu.
"Tunggu!" seru laki-laki itu sambil mengejar Naisila.
"Kamu siapa? Nai enggak kenal," ujar Naisila sambil Menatap laki-laki itu.
"Kamu lupa?" tanya laki-laki sambil menaikan sebelah alisnya.
Naisila mengingat. Ia benar-benar lupa. Laki-laki yang berada di depannya itu memiliki badan yang tinggi. Rambut agak berantakan. Alis yang tebal juga. Hidungnya yang mancung.
Naisila benar-benar tidak mengenali laki-laki itu. Naisila menjawabnya dengan gelengan kepala.
"Ya ampun Nai ... Ini gua. Cowok tampan dari masa depan," jawab laki-laki sambil terkekeh.
Plak!
Laki-laki itu terkejut sebuah tamparan pelan di pipinya. Naisila menatapnya penuh selidik. "Kamu lagi ngigo ya?"
"Ampun dah. Ini gua Alga—Gaga yang tampan sahabatnya Naisila," kesal laki-laki itu.
"Bukan!" seru Naisila. "... Gaga itu suka pakai kaca mata. Ini kan gak ada," ujar Naisila masih belum percaya dengan laki-laki yang berada di depannya.
"Butuh Bukti?" laki-laki menaikan sebelah alisnya. Naisila mengangguk.
Laki-laki itu kemudian mengeluarkan sebuah gantungan kunci berbentuk Naga berwarna hijau. Naisila membelakan mata. Gantungan kunci itu milik Alga.
Waktu di Bogor. Gadis itu pernah memberikan gantungan kunci berbentuk Naga itu pada Alga—yang artinya NA untuk Naisila dan GA untuk Alga.
Laki-laki itu tersenyum melihat ekspresi yang ditunjukan gadis itu. Menggemaskan. Alga mengangkat tangannya untuk mencubit Naisila. Gadis itu menepis tangan Alga. Laki-laki itu terkekeh. Ternyata gadis itu semakin menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAISILA [SEGERA TERBIT]
Teen FictionNote: Cerita sudah END dan proses revisi Happy Reading♥ "Kita itu apa?" "Al Nanya sama Nai?" tanya Gadis itu begitu polos. "Terus sama siapa lagi? di sinikan cuma ada aku sama kamu," jawab laki-laki itu gemas. "Masa Al enggak tau! Kita itu manusia y...