Naisila #Tujuhbelas

2.2K 106 0
                                    

Awas banyak typo:!

Seorang gadis berambut pendek yang memakai sweter pink dipadu celana jins hitam. Sangat cocok dengan tubuhnya yang mungil. Gadis itu baru saja turun dari sebuah mobil Hitam.

Naisila mensejajarkan langkagnya dengan sang Om. Hari ini adalah dimana dirinya melihat hasil ulangan semester kemarin. Oma Ila tidak bisa mengambil rapot nya karena baru saja sembuh.

Gadis itu menunjuk kelasnya. Om Leri mengangguk dan kemudian masuk ke dalam kelas. Sedangkan Naisila-gadis itu menghampiri sahabat nya yang sedang memainkan handphone di dekat tempat duduk.

"Dera," sapa gadis itu ketika sampai di hadapan gadis berkaca mata pink. Dera menoleh ke samping.

"Elo ikut juga?" gadis berambut pendek itu mengangguk. "Oma Ila nya mana?"

"Oma lagi sakit."

"Lah, terus lo ambil rapot sendiri?" kaget Dera.

Naisila menggeleng. "Nai kesini bareng sama Om. Kata Pak Rohmat kan harus ada orang tua atau Wali yang ngambil. Karena Oma lagi sakit. Jadi, Om Leri deh yang ngambil," jelas gadis itu.

Gadis itu hanya mengangangguk-anggukan kepalanya. Dera juga mengenali Om Leri. Mereka pernah beberapa kali bertemu ketika dia mengunjungi rumah Oma Ila.

Keduanya sama-sama diam. Sambil menunggu orang yang berada di dalam kelas. Sesekali keduanya menoleh ke arah kelas yang terdengar berisik dengan tepuk tangan dari para orang tua.

"Gua yakin kalau kali ini. Lo pasti bakalan dapet juara 1," ujar Dera yang sedari tadi memperhatikan Naisila yang memegang ponsel-nya.

Gadis berambut pendek itu menoleh. "Semoga ya Dera." gadis itu kemudian menunduk.

"Loh kok semoga?" heran Dera.

"Soalnya, Nai pernah enggak belajar," lirih gadis itu.

Dera memutar bola matanya malas. "Mau belajar atau enggak juga. Elo tuh bakalan tetap pinter."

"Hai," sapa Ragil yang baru saja datang. Ketua kelas mereka itu datang membawa sebuah minuman yang berada di tangan kanannya.

"Orgil datang juga? Kirain diam dirumah dan melupakan tanggung jawab," ujar Dera bercanda.

"Kan gua ketua bege. Ya pastilah datang," sulut Ragil. Dera terkekeh. "Santuy."

"Oh iya, Selamat ya buat kalian kemarin. Ya, walaupun enggak menang. Kalian tetep keren kok," puji Ragil.

Setelah acara pensi selesai. Dera dan Naisila juga menunggu hasil keputusan dari para juri. Hanya ada tiga piala di sana.

Saat salah satu juri mengumumkan juara pensi. Yang kedua gadis itu dengar. Tidak ada nama kelas X Ipa 2 yang di panggil. Yang artinya, mereka tidak dapat menyumbangkan piala untuk kelasnya.

Juara 1 dan 2 didapat kelas Xll dan juara 3 oleh kelas X Ips 2. Walaupun keduanya tidak medapatkan juara. Hal itu tidak membuat keduanya berkecil hati. Bahkan, anak Band mengajak kedua gadis itu untuk bergabung. Namun sayang, keduanya menolak.

"Ragil," panggil Naisila.

"Apa sayang," balas Ragil dengan godaan.

"Kok Sayang?" heran gadis berambut pendek itu.

"Lo gak mau disayang sama gua emang?"

Naisila menggeleng. "Kenapa?" kini giliran Dera yang menyaut.

"Soalnya Ragil tuh Ingkar janji. Katanya mau di telaktir bakso sama es krim. Tapi, sampe sekarang. Es krim sama bakso enggak ada," ujar gadis itu dengan nada sebal.

NAISILA  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang