Awas banyak typo:!
Naisila yang masih menggunakan seragam sekolah, baru saja turun dari motor tukang ojek. Setelah membayar ongkos, gadis itu kemudian berjalan menuju taman di dekat perumahan elit.
Naisila terus berjalan seorang diri sambil menyusuri taman yang lumayan agak sepi. Gadis itu kemudian menatap ruang luas yang terbentang di atas bumi, tempat beradanya bulan, bintang, matahari, dan planet yang lainnya. Ketika melihat pemandangan yang berada di atasnya itu, ia teringat dengan seseorang yang membuat hatinya sesak, siapa lagi kalau bukan Langit.
Laki-laki pertama yang membuatnya salah tingkah. Entah perasaan apa yang sedang ia rasakan pada Langit, Naisila tidak tahu, yang pasti. Kini gadis itu baru saja merasakan kekecewaan, pada dirinya sendiri.
Dari arah sebrang jalan, Naisila melihat dua orang laki-laki berseragam Sma yang sedang beradu mulut. Gadis itu tidak melihat jelas muka mereka karena, jarak yang lumayan jauh. Karena penasaran, gadis itu kemudian berjalan mendekati kedua laki-laki itu.
Naisila terdiam—di tempat, gadis itu mengenal kedua laki-laki yang sedang bertengkar. Gadis itu memejamkan matanya ketika tangan Arvin dengan begitu entengnya memukul perut Langit, hingga laki-laki itu terjatuh. Langit kemudian berdiri, laki-laki itu tidak tinggal diam, dan saat itu juga, Langit membalas pukulan dari Arvin. Naisila tidak tahan melihat keudanya yang saling pukul, akhirnya berlari menghampiri kedua laki-laki itu.
"STOP!"
Teriakan gadis itu menghentikan kegiatan perkelahian mereka. Kedua laki-laki menatap heran ke arah Naisila. Kenapa gadis itu berada di sini?
Naisila kemudian berjalan ke arah mereka. Kini gadis itu sudah berda di tengah-tengah Arvin dan Langit. Ia kemudian memperhatikan kedua wajah laki-laki itu secara bergantian. Luka keduanya tidak terlalu parah, hanya saja mereka memiliki bekas ruam di dagu dan pelipis. Jangan lupakan bibir Langit yang mengeluarkan sedikit darah. Naisila bergidig ngeri melihat keduanya.
"Kenapa kalian berantem?" tanya gadis itu.
Kedua laki-laki itu saling terdiam. Mereka tidak menjawab pertanyaan yang di ajukan Naisila. Arvin dan Langit saling memandang dengan tatapan sinis mereka. Apa lagi Langit, laki-laki itu menatap ke arah Naisila.
"Ngapain lo ke sini?" tanya Langit pada Naisila.
Kini gadis itu menatap kaget ke arah Langit. Apa ia tidak salah dengar? Kenap laki-laki itu merubah panggilan? Dan apa kalian juga mendengar kalau Langit memanggil dirinya dengan sebutan 'Lo' bukan 'Kamu' ataupun memanggil dengan Nama seperti biasanya.
"N-nai--"
"Lo ngikutin si Arvin?"
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Enggak! Nai gak ngikutin Arvin."
"Enggak usah ngelak, lo berdua kan ada hubungan," Desis Langit.
"Lo budek ya? Kan Naisila bilang dia gak ngikutin gue," papar Arvin. Ada rasa kesal di dalam hatinya ketika temannya itu membentak Naisila.
"Lo ada hubungan apa sama Naisila?" tanya Langit pada Naisila dan menghiraukan ucapan Arvin.
"Mau ada atau enggaknya, gada sangkut pautnya sama lo," sungut Arvin.
"Jelas ada!" Bentak Langit.
Laki-laki itu kemudian menghampiri Arvin dan menarik kerah baju laki-laki itu. "Mau lo apa sih sebenarnya Lang?" Desis Arvin.
Naisila yang melihat itu langsung melerai mereka. Gadis itu menarik tangan Langit yang memegang kerah baju Arvin.
"Stop! Nai enggak mau liat kalian berantem kaya gini, apalagi gara-gara Nai...." lirih gadis itu dengan pandangan yang terpokus pada Langit.
KAMU SEDANG MEMBACA
NAISILA [SEGERA TERBIT]
Teen FictionNote: Cerita sudah END dan proses revisi Happy Reading♥ "Kita itu apa?" "Al Nanya sama Nai?" tanya Gadis itu begitu polos. "Terus sama siapa lagi? di sinikan cuma ada aku sama kamu," jawab laki-laki itu gemas. "Masa Al enggak tau! Kita itu manusia y...