Naisila #Empatbelas

2.2K 119 9
                                    

Awas banyak typo:!


Bel istirahat baru saja berbunyi. Seperti biasa, gadis berambut pendek itu mengeluarkan kotak makanan dari dalam tas. Sedangkan Dera—gadis berkaca mata pink itu tidak membawa bekal dan berniat untuk pergi ke kantin.

"Mau ikut ke kantin gak?" tanya Dera. Naisila menggeleng. "Enggak."

Setelah Dera meninggalkan kelas. Gadis itu hanya sendiri di dalam kelas. Semua murid pergi ke kantin. Karena bagi mereka membawa bekal dari rumah itu ribet, mungkin.

"Kantin yuk," Ajak Langit yang baru saja datang.

"Nai bawa bekal."

"Bagi dong," pinta Langit.

"Ali mau?" laki-laki itu mengangguk. "Sini-sini," ajak gadis itu.

Laki-laki itu kemudian duduk di depan Naisila. Gadis itu kemudian membuka kotak makanan dan terdapat tiga roti shanwich di sana. Naisila memberikan satu roti kepada Langit. Laki-laki itu menerimanya.

Setelah membaca do'a gadis itu kemudian memakannya dengan lahap. Laki-laki itu terus melihat kegiatan mengunyah yang dilakukan Naisila.

"Cantik," ucap Langit tidak sadar.

"Hah?"

Laki-laki menggarik tengkuknya itu seperti salah tingkah. "Eh maksudnya rotinya, iya rotinya cantik."

"Coba Ali makan deh," pinta gadis itu. Langit mengangguk. "Enak," puji Ali ketika memakan gigitan pertamanya. Ia tidak berbohong shanwich yang dibawa Naisila memang sangan enak.

"Iya dong."

"Oma yang buat?"

Gadis itu menggeleng. "Bukan, Oma lagi sakit, Nai yang buat Shanwich itu."

Laki-laki menatap Naisila. "Beneran?" gadis itu mengangguk. Ini sangat keren. Ternyata gadis itu pandai memasak. Kalau gitu, Naisila bisa ia bawa ke rumah dan mengenalkannya sebagai pacar. Hmm ... Langit rasa, ia terlalu berhayal. Mengungkapkan isi hatinya saja belum siap.

"Btw, besok kan acara pensi. Nanti kamu nonton aku paling depan ya," ujar Langit ketika selesai mengunyah gigitan terakhirnya.

"Nai enggak bisa janji."

"Kenapa?"

"Soalnya mau nemenin Dera tampil." laki-laki itu mengangguk. Sebenarnya ia ingin melihat Naisila menonton dirinya di barisan paling depan. Karena lagu yang akan dia nyanyikan untuk gadis uang berada di depannya.

"Yaudah, tapi, aku mau kamu nonton paling depan." Naisila mengangguk. "Kalau gitu aku pergi ya," pamit Langit. Laki-laki itu kemudian mengacak-ngacak pucuk rambut Naisila. Hingga sang empu cemberut.

"Ih ... Ali jail!"

°°°°

"Kalian tampil berdua besok."

Gadis berambut pendek itu membulatkan matanya tidak percaya. "Nai enggak mau!" seru Naisila.

"Ayolah Nai, harapan kita cuma kalian berdua," pinta Ragil. Naisila menoleh ke arah Dera. "Dera setuju?" tanya gadis itu.

"Ya, gua sih no problem," jawab Dera santay.

"Tapi kan nai Yes problem."

"Apasih problem lo?" tanya Ragil. Naisila mengembungkan pipi. "Nai takut grogi Ragil."

Laki-laki itu tertawa. "Semua orang yang tampil pasti grogi lah."

"Ini beda!"

"Beda apanya?"

NAISILA  [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang